Bukan Hanya Dua Orang

476 94 8
                                    

Sore itu gerimis. Deva dan Otong berlari menuju halte bus untuk berteduh. Di sebelah mereka, ada seorang wanita muda berusia sekitar 20 tahun yang menelepon suaminya dengan suara yang di-loudspeaker. Sebut saja dia Istri.

Istri: Kamu kan tau aku dari dulu gak suka sama ibu dan kakak kamu? Kenapa sih ngajak mereka ikut kita liburan ke Bali?

Suami: Dari kantor itu kasih jatah 3 orang anggota keluarga, sayang kan kalo gak dipake.

Istri: Ya kan bisa ngajak yang lain?

Suami: Mereka berdua kan belum pernah jalan-jalan naik pesawat, makanya aku ajak biar tau.

Istri: Yaudah kalo begitu aku gak mau ikut.

Suami: Lho, jangan gitu dong sayang.

Istri: Pokoknya aku gak mau ikut kalo mereka diajak!

*telepon ditutup*

Ponsel itu terus berdering berkali-kali, tetapi pemiliknya tidak merespons sama sekali. Sampai akhirnya gerimis berhenti dan ia meninggalkan halte itu.

Otong: Kakak denger yang tadi?

Deva: Denger lah, ngomongnya kenceng banget.

Otong: Kok bisa begitu ya?

Deva: Entahlah Tong. Kita gak tau apa yang sebenernya terjadi di antara mereka.

Otong: ...

Deva: Tapi ada satu hal yang harus loe tau. Nikah itu bukan hanya tentang menerima pasangan loe untuk jadi bagian hidup loe, nikah itu juga tentang menerima keluarganya. Baik buruknya, suka dukanya, semuanya.

Otong: Hmm, tapi kak, kalo yang terjadi sebaliknya gimana? Justru keluarga pasangannya yang gak nerima. Banyak kan kasusnya keluarga yang gak merestui gara-gara pekerjaan, harta, pendidikan, suku, agama, de el el.

Deva: Nah, termasuk itu. Loe juga harus menerima bahwa keluarganya gak menerima loe. Makanya nikah itu bukan cuma tentang cinta, tapi juga harus dapet restu.

Otong: Hmm, berarti nanti Otong mau nikah sama anak RT 10 aja tuh.

Deva: Siapa?

Otong: Si Restu. Kalo nikah sama dia kan pasti dapet Restu.

Deva: *sweat*

Dari Ayah Untuk Kamu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang