Home

118 2 0
                                    

*Whuuu~Yeahhh~Keren*

Aku yang tersadar dan reflek langsung berdiri dari tempatku duduk. Beberapa tepukan tangan dan pujian pengunjung café menyadarkanku. Tersenyum seadanya sambil mengangguk lemah untuk berusaha membalas rasa terimakasih telah mengapresiasi permainanku. Aku rasa sekarang harus mulai membiasakan dengan kondisi seperti ini, jika ingin masuk dalam dunia hiburan.

Si pemilik café pun juga terlihat sanggat senang dengan permainanku. Aku tahu dari ekspresinya dan beberapa kali dia tepuk tangan. Kurasa tes masuk buat kerja sambilan di sini bisa dibilang sukses. Tapi ada yang aneh dengan Nayra. Dia hanya berdiri di tempatnya, di depanku, mematung tak bereaksi apapun dan tak berkata apapun.

"Hey, Nay? Nayra? Kak Nay!?" Aku mencoba memanggilnya beberapa kali namun tak ada respon sama sekali. Tapi begitu aku menyentuhnya, seperti kesadarannya baru saja kembali ke raganya.

"Ehh! Ahh..." Dia mendongak ke atas, menatapku. Dan tanpa aku duga dari sudut mata sebelah kanannya langsung mengalir air mata. Hah!

"Sesakit itu kah perasaanmu?" Bola mataku melebar kaget sekaligus heran, tapi aku langsung segera kembali mengendalikannya. Aku baru ingat untuk jurusan musik di atas semester empat sudah harus bisa menguasai jiwa musik dan memahaminya. Apa lagi dia adalah salah satu mahasiswi seni musik terbaik yang tergabung ke dalam BEM. Ada keresahan dalam hatiku secara tiba-tiba, untuk menebak apakah Neyra memahami dengan benar apa yang tadi aku sampaikan dalam permainanku. Sesakit itu kah perasaanku katanya. Hemm, aku rasa dia mungkin paham.

"Sudah lah. Anak kecil gak usah tahu urusan orang dewasa." Perlahan ku usap air matanya dengan ibu jari dan segera mengacak rambutnya sambil tersenyum menenangkan. Gila, Aku menggodanya? Aku menggoda kakak angkatanku sendiri dan menyebutnya anak kecil? Sungguh cara cari mati yang tidak keren, kalau mengingat sikap galaknya sejak tadi. Tapi biar lah, ini juga cara tercepat untuknya tak lagi memikirkan tentang permainanku tadi.

Benar saja, wajahnya otomatis berubah ke dalam mode marah. Alisnya mengerut bersamaan dengan bibirnya yang mulai mengerucut lucu. Mulutnya lalu terbuka bersamaan dengan tangan kanan yang sudah siap bergerak entah mau memukulku atau apapun, yang pasti dia akan menyerang. Tapi ternyata tidak. Nayra kembali melunak dengan hembusan napas yang terbuang berat.

"Terserah lah." Dia langsung balik badan dan berjalan pelan menuju ruang dalam café. Nyerah gitu aja? Atau mungkin dia marah ku sebut anak kecil? Biar lah, gak begitu penting juga. Kalaupun marah ya tinggal minta maaf aja nanti.

Akhirnya aku juga mendapatkan kontrak tetap bermain di café Loffe setiap malam selasa dan jumat. Semoga perubahan dalam hidupku ini memang yang terbaik, aku harap sih begitu.

***

"Baru balik Ar?" Sapaku ke Aries begitu aku sampai rumah. Cewek tomboy berusia dua puluh lima tahun dengan pesona seksi ini adalah salah satu penghuni rumahku sekarang. Aries juga merupakan keluarga di panti tempatku tinggal dulu, satu ruangan denganku menjadi anak inti. Mosternya anak-anak panti kalau mereka dulu pada bilang. Galaknya melebihi para pengasuh panti asuhan sendiri. Terlepas dari galaknya Aries, dia aslinya baik kalau kita memang berperilaku baik terhadapnya.

Awalnya aku dulu menemukannya gak sengaja tertidur di halte bus daerah kota baru. Aries adalah tipe cewek yang sangat ambisius dalam meraih segala apa yang dia mau. Meski harus mengorbankan kesehatan tubuhnya sendiri seperti ini. Dulu dia tinggal sendiri di apartemen yang diberikan oleh pihak perusahaan tempatnya bekerja. Tapi menurutku lebih terlihat seperti sarang penyakit waktu melihat tumpukan kantong sampah yang sudah beberapa hari tidak dibuangnya.

Ada juga botol minuman dan kaleng-kaleng minuman berserakan di mana-mana. Tumpukan pakaian kotor dan bahkan beberapa alat kontrasepsi bekas yang tak dibuang pada tempatnya. "Gak usah protes!" Itu yang dia katakan begitu aku kaget melihat isi apartemen lalu melirik heran ke arahnya waktu itu. Akhirnya dia mau juga menerima ajakanku untuk tinggal di rumahku bersama Icuk dan Mizu. Agar ada orang lain yang memperhatikan gaya hidupnya ini.

Senandung JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang