Jarak Jatuh Cinta dan Patah Hati

50 2 0
                                    

"Mending sekarang ikut aku, dari pada di sini nanti kamunya jadi bulan-bulanan mereka." Bisikku pelan pada Nayra di sampingku. Dia masih terlihat canggung untuk berbicara dengan orang-orang yang ada di sini.

"Tapi aku ada kerja nanti habis magrib." Bisik Nay balik.

"Iya nanti aku anter kamu ke café." Kataku yang hanya dibalas anggukan pelan. Kadang senyumnya terlihat lucu sambil sesekali matanya curi-curi pandang padaku. Bisa seberubah ini kah karakter orang kalau lagi jatuh cinta?

"Ahhg! Makin pusing ini gua, gimana nanti ngomongnya sama Meli. Mana Alvi dah bolehin gua pegang tangannya lagi. Ahh, Kancil nih bikin masalah aja sih."

"Loh kok jadi aku yang disalahin?" Nayra mulai buka suara.

"Coba kalo lu gak galau kaya gitu, gak mungkin gua nyuruh Rendra buat bantuin ngobrol sama lu, Kancil!" Winas garuk-garuk kepalanya sendiri yang sudah mirip sarang kutu.

"Mbak Nay, cilok bagianmu buat aku ya, kamu nak nggak mau tho?" Tanya Wafi yang buru-buru mengambil seplastik lagi cilok dari dalam kantong sebelum Nayra berubah pikiran.

"Udah ganti sasaran aja, Bos. Coba pdkt sama anak baru tadi, yang katamu sampai ngiler liatnya. Hahaha." Lanjut Wafi sambil membuka ikatan plastik ciloknya.

"Iya, makan aja." Jawab Nayra mempersilahkan meski sudah duluan dibuka sama tuh orang.

"Kelasnya jauh, Waf, gak mampu gua ngidupin cewek model begituan." Jawab Winas pasrah.

"Gak ada yang gak mungkin lah, Bos. Liat aja mereka. Yang satu tinggi cakep, satunya pendek, galak lagi. He..he,-"

*Pakk* Tangan Nayra melayang ke belakang kepala Wafi yang langsung membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Sudah berani ya, kamu ya, sekarang ngatain aku!" Kata Nayra kesal.

"Ada benernya juga apa kata lu, Waf, si Kancil aja bisa masa gua enggak." Rasa optimis Winas kembali lagi.

"Behh, nanti kalau kamu jadian sama tuh anak baru Bos! Satu kampus bakal pada ngiri pastinya liat keserasian kalian. Julukan kalian jadi Beauty and the Beast. Behh, bakal jadi bintangnya kampus seni seratus persen." Rayu cowok berewokan ini berapi-api.

"Gitu ya, Waf, keren pasti gua ya." Aku mau ketawa tapi kayanya dia udah seneng banget dapet julukan kaya gitu. Biarin aja lah. Eh! Dah jam segini.

"Waduh, udah jam setengah lima, aku tak balik dulu mas, Winas. Makasih juga lho ini ciloknya. Kamu jadi ikut kan, Nay?" Tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

"Yaa." Senyumnya terlihat sudah mulai ceria kali ini. Nayra segera berdiri dan pergi ke sudut ruangan untuk mengambil barang-barangnya kurasa.

"Hedeh, Ya udah lah. Salah gua juga buat minta lu tadi, Men. Tapi lu tetep harus ikut rapat besok senin. Karena kita sudah gak bisa ganti anggota lagi ini. Satu jurusan cuma bisa ganti sekali soalnya. Sama satu lagi, kalo tuh kancil nyusahin lu, buang aja. Sakit juga gua rasa lu ya, Ren. Heran, mau-maunya sama cewek pecicilan kaya gitu." Ucap Winas sambil merangkul ku hingga keluar ruangan BEM.

"Gak lah, Mas, Kak Nay aslinya nggak kayak gitu. Kadang orang suka berperilaku konyol agar diterima di lingkungan mereka bukan? Begitu juga dia." Jawabku menjelaskan sambil memandang pakaian Winas, mencoba memberikan penjelasan sederhana dengan membandingkan Nayra dengannya.

"Terserah lu aja lah." Jawab Winas malas disama-samain.

"Eh, udah? Yuk." Tanyaku ke Nayra yang sudah muncul di sebelahku.

"He'em. Bye ketua." Tangan Nayra sengaja menampar punggung Winas sebelum keluar ruangan.

"Seneng amat lu Kancil, Ate-ate." Ucap Winas sambil kakinya menendang ke udara membalas perlakuan Nayra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandung JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang