part 4

2 1 0
                                    


...

Gue berlari keluar dari cafe menuju masjid yang ada di sekitaran sini, syukurnya hanya melewati satu komplek gue udah bisa menemukan masjid.

Kenapa gue ngga pergi ke musholla aja?

Jelas karena disana gak ada musholla.

Setelah gue menunaikan solat zuhur dan memohon ampun atas dosa-dosa gue maupun dosa orang lain yang gue turut serta melihat orang itu berbuat dosa kepada tuhan YME, gue menghela napas dengan berat dan menyandarkan punggung pada dinding kosong.

Dinding kosong ya bukan bahu yang kosong.

Gue mengambil ponsel gue dan membuka aplikasi yang gue gunakan untuk bertukar pesan. Seperti biasa tidak ada notifikasi khusus. Boro-boro notif khusus, yang ngechat aja kaga ada hih.

Ting

Ting

Ting

Suara pesan masuk menyerbu ponsel gue.

Disana tertera nama Amber manusia babi. Hah ternyata tuh manusia udah sadar dari dunia maya.

Amber sibabi

oi

mane lu

heh jwb

Saras gpke wati

oh udh sadar toh

tunggu, tar lgi

Usai membalas pesan dari Amber gue melipat mukenah dan meletakkannya ketempat semula. Gue berjalan keluar masjid dan hendak memakai sepatu akan tetapi gue melihat bayangan yang familiar.

Dia, si cowo yang gue temuin di gudang dan he's wear a new rolex. Damn it

Finally i realize and know the reason why he put his hand on my face! Oh god!

Kalau tau dia mau menolong mata gue agar tetap perawan, gue gak bakal injek kakinya dan arghhh

Tapi tapi

Dia sendiri juga salah ya. Kenapa coba harus diem waktu gue nanya maksud dia apa gituin gua. Aturan dia bersuara dan menyampaikan aspirasi dia! Jadi ngga timbul salah paham kek gini astagaa

Gue jadi malu. Seorang Saras malu? behh seandainya Amber tau udah pasti dia ngetawain gue dah.

Bayangan seseorang terlihat dari ekor mata gue. Beberapa saat gue merasa sangat familiar.

Bukannya dia sicowo berjam rolex?

Nggak. Gue gak boleh nunjukin muka gue dihadapan dia lagi. Gak boleh.

Karena gue pintar, jadi gue putuskan untuk gue memutar badan gue 180 derajat dan mulai berjalan menyamping melewatinya.

Aish. Kenapa pintu masuknya harus satu sih.

bruk

Nah. Masalah apalagi yang datang menimpa gue?

"Yak! Jalan yang bener dong!" sebuah bentakan ditujukan kepada gue

"Sorry" gue minta maaf dengan suara yang sekecil mungkin.

Gue mengambil tas yang gak sengaja gue senggol dan memberikan kepada mbak tadi dan segera beranjak karena gue merasakan hawa-hawa tidak sedap.

Yaitu hawa diliatin banyak orang.

Huhuhu kenapa masalah selalu datang sama gue sih mana suara mbaknya gede lagi segede alisnya. Kan persentase gue ketahuan sama mas rolex bisa meningkat.

Saat gue mau pergi tangan gue ditahan. Iya ditahan. Tadi muka gue yang dibekap sekarang tangan gue yang ditahan, gue curiga sejam lagi kaki gue yang ditahan.

"Hoi! Yang bener dong kalo mau minta maaf"

Yaampun

GAK SEKALIAN SURUH GUE NUNDUK 90 DERAJAT DULU HAH

Lagian gila ya ini perempuan. Masa didepan masjid dia teriak-teriak sih, mau prepare lomba adzan without mic apa begimana dah

"Maaf mbak, saya lagi buru-buru" kata gue dan bergegas lari.

Tapi sepertinya dewi Fortuna lagi sibuk kencan jadi gue dikacangin gini.

Heol. Lengan gue dicengkram dong guys yuhuu asik banget nyari keributan didepan mesjid.

Tapi gue ingat, gue harus invisble biar mas rolex gak sadar kehadiran gue. Jadi gue gak boleh nyari ribut, be invisible. Oghey.

"Eh? Pak ustadz? Assalamualaikum"

Cengkraman dilengan gue lepas. Good. Artinya alibi gue berhasil.

Mbak tadi menoleh kebelakang dan sebelum mbak tadi menyadari kebohongan gue, gue lari.

Miris.

Be invisible sialan!

...

560 words

19-12-2020

9.37 pm

SARAS STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang