Pukul sepuluh pagi. Pagi hari yang cukup dingin. Tidak banyak yang bisa orang-orang lakukan kecuali mencari sebuah kehangatan. Duduk di depan perapian yang menyala seraya minum kopi hangat, membaca koran, dan hal lainnya yang mungkin bisa menjadi penghilang rasa jenuh, melakukan hal-hal positif dengan merajut ataupun mengajak jemari-jemari terampil seniman untuk menggores tinta di kanvas.
Namun, tidak dengan wanita muda yang sedang duduk di sofa panjang, mengenakan gaun merah tipis dengan belahan dada rendah sambil menenggak beberapa minuman memabukkan yang memiliki kadar alkohol lumayan tinggi.
Kedua mata sembab, rambut acak-acakan, dan posisi duduk yang tidak beraturan. Ia mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Sepertinya, pengaruh alkohol itu sudah mulai bekerja.
Tidak berselang lama, seorang wanita muda dengan balutan jas serta celana panjang warna senada, rambut disanggul rapi dengan make up tipis, mendekat ke arah Nona Peng.
"Nona, ada yang ingin bertemu dengan Anda. Dia---" Peng Yui lebih dulu memotong kalimat asisten kepercayaannya.
"Jika bukan A-Chong, aku tidak sudi bertemu dengan siapa pun!" Peng Yui melempar botol red wine ke dinding hingga pecah tidak beraturan. Ia merentangkan kedua tangan di sofa dengan posisi kaki saling bertumpu.
Peng Yui terkekeh. Entah hal apa yang membuat gadis itu tertawa. Ia menurunkan satu tangan dari sofa dan memutar tubuh hingga menghadap ke arah wanita yang tadi menghampiri. Satu tangan ia gunakan untuk menyangga pelipis dengan siku menekan sandaran sofa.
"Kenapa kamu tidak segera keluar, ha?! Aku sedang ingin sendiri, pergilah!" Peng Yui memejamkan netranya, mengibaskan tangan satunya yang bebas agar wanita di hadapannya segera meninggalkan ruangan itu.
"Pemuda itu bernama Xie Yun, Nona." Sang asisten mengembuskan napas senatural mungkin.
"Ia sangat memaksa bertemu dengan Anda, sekarang." Peng Yui yang mendengar penuturan wanita di depannya, membuka mata dan melotot ke arah sang asisten dan memaksakan tubuh untuk berdiri dan berusaha agar tidak terjatuh.
Ia berjalan dengan langkah yang tidak beraturan seraya mendorong tubuh asisten itu agar tidak menghalangi jalannya. "Minggir! Aku mau lewat!"
Peng Yui membuka pintu, keluar dari ruang pribadinya seraya merapikan tatanan rambut miliknya yang sangat tidak beraturan. Ia berhenti sejenak, memutar tubuh dan menendang kaki si asisten agar membuka sepatu hak tinggi yang ia kenakan. "Berikan sepatumu, Cepat!"
Sepersekian detik berikutnya, sepatu hitam itu sudah berpindah kepemilikan. "Apakah penampilanku sudah lebih baik, sekarang?!"
Asisten itu mengangguk dua kali dengan cepat. Sejujurnya, ia bingung, harus mengatakan sebuah kejujuran ataukah sebuah kebohongan. Pada kenyataannya, hasilnya tetap sama---mendapat sebuah umpatan dan juga tamparan yang menyakitkan.
Ia berjalan untuk menemui Xie Yun dengan segala keangkuhan nyaris tidak terkendali. Sang asisten hanya bisa menggeleng beberapa kali. Ia mengikuti langkah Nona Peng, memastikan harimau betina itu akan berjalan dengan benar meskipun ia tidak begitu yakin.
Xie Yun duduk di ruang tamu dengan gusar. Ia mengusap wajah berulang, mencoba menetralkan degup jantung yang seperti kuda tengah dipacu, berdebar tidak keruan.
Ia sempat berpikir berulang, antara harus melakukan hal ini ataukah tidak. Xie Yun beberapa kali menghentikan laju mobil karena merasa ragu. Namun, kata-kata yang ayahnya telah sampaikan beberapa jam lalu, membuat benaknya tidak bisa berpikir dengan benar. Belum lagi dengan pernyataan Liu Enji yang membuat ia terkejut tidak keruan.
"Maaf, Dokter Xie. Membuatmu harus menunggu lama." Peng Yui berdiri menghadap Xie Yun di sisi sofa sambil bersedekap bersamaan dengan senyum angkuh yang tidak pernah luntur dari bibir. Xie Yun mengernyit. Aroma red wine begitu kentara ketika harimau betina itu melontarkan ucapan angkuh itu barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Perjalanan (Tamat)
RomanceXie Yun Ji Chong Penulis hanya meminjam nama yang mereka perankan untuk melengkapi imajinasi. R 18+ Modern AU