Bab 26

144 30 12
                                    

Ji Chong berguling-guling di sisi ranjang yang kosong milik kekasihnya seraya menghilangkan rasa bosan. Lima hari berlalu sejak kepulangan Xie Yun dari rumah sakit, tidak satu kali pun pemuda manis itu pulang ke rumah keluarga Ji. Tidak satu atau dua kali Xie Yun berusaha untuk memberi pengertian. Namun, hasilnya tetap saja percuma.

"Yak! Kamu mengusirku?!" Ji Chong menatap tajam ke arah Xie Yun yang sedang menyandarkan punggung di kepala ranjang seraya duduk dan melempar guling yang sejak tadi ia peluk.

"Dengar dulu, A-Chong. Bukan seperti itu maksudku!" Xie Yun mengusap wajah kasar. Ia menggeser duduk ke arah pemuda yang sedang bersedekap itu sembari mengembuskan napas lelah beberapa kali.

"Bilang saja kamu mau berduaan dengan Dokter Lie, 'kan?!" Ji Chong berdiri dengan kedua lutut sambil menuding ke arah Xie Yun. Raut muka marah Ji Chong bersamaan dengan deru napas yang terlihat sedang menahan marah, membuat pemuda tampan bermata elang itu menepuk dahi.

"Baiklah, aku pulang!" Ji Chong turun dari pembaringan dan menyambar mantel panjang abu untuk ia kenakan. Namun, sebuah tangan kokoh menarik lengan serigala muda itu hingga tubuhnya terhuyung ke belakang dan membentur permukaan kasur.

"Aku senang ketika melihat kekasihku cemburu." Xie Yun menyangga pelipis dengan tangan kanan sembari memiringkan tubuh. Ia mengusap wajah Ji Chong yang menunjukkan raut muka sebal. Xie Yun tersenyum-senyum, mengembuskan napas perlahan sembari mengucapkan kalimat-kalimat menenangkan untuk serigala muda yang sedang merajuk di sebelahnya.

"Bibi khawatir. Seharusnya, kamu lebih tahu dari pada aku." Xie Yun mencium kening Ji Chong.

"Aku terlalu takut untuk pulang, Xie Yun. Itu sangat mengerikan." Ji Chong menutup wajah dengan telapak tangan. Ia masih mengingat dengan jelas peristiwa yang terjadi di depan kedua netranya hingga lelehan cairan kental merembes melalui leher Peng Yui.

Rasa takut itu pasti ada meskipun tidak begitu besar. Namun, kilasan kejadian yang mengerikan tersebut belum bisa sepenuhnya hilang dari benak serigala muda keluarga Ji.

"Haruskah aku menemanimu pulang?" Alis Xie Yun naik turun. Ia memeluk sang kekasih hingga tubuh mereka tidak ada lagi jarak. Secara perlahan, Ji Chong membalas pelukan di tubuh sang kekasih lebih erat, menenggelamkan wajah manisnya di ceruk leher Xie Yun.

"Tsk! Aku selalu datang di saat yang salah!" Lie Enji berdecak. Ia menyandarkan bahu di tepian pintu yang terbuka seraya menyilangkan kedua tangan di dada. Dua pemuda tampan itu menoleh bersamaan, tersenyum kecil sambil mendudukkan diri secara perlahan.

"Aku datang terlambat sedikit, mungkin akan melihat sesuatu yang lebih seru!" Lie Enji melangkah perlahan. Ia melepas mantel hangat serta syal yang melingkar di leher dan meletakkan di sofa yang dekat dengan tempat tidur pemuda itu.

"Sepertinya, aku sudah tidak dibutuhkan lagi," Liu Enji berucap sedikit mengejek. Ia mengeluarkan peralatan yang diperlukan untuk memeriksa pasien di hadapannya yang justru dengan santai memeluk tubuh sang kekasih.

Liu Enji harus mati-matian menahan kesal ketika melihat perlakuan Ji Chong yang sengaja menunjukkan kemesraan di depan dokter muda itu. Ia hampir saja lupa mengganti perban di lengan Xie Yun karena perasaan kesal dan segera ingin keluar dari ruangan yang membuat kedua netranya meradang.

"Yak! Setidaknya, hargai perasaanku sedikit, Ji Chong!" Liu Enji marah, melempar potongan sisa kain kasa yang ia genggam ke wajah menyebalkan serigala muda itu. Ji Chong terkekeh hingga nyaris terbahak. Xie Yun yang menyaksikan hanya mampu menggeleng perlahan karena menyaksikan dua anak kucing yang sedang saling mengejek.

"Terima kasih, Enji. Maaf, jika Ji Chong sudah membuatmu kesal." Liu Enji mencebik, meletakkan seluruh peralatan ke dalam tas dan menyerahkan obat untuk pemuda singa itu minum.

Ujung Perjalanan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang