Bab 23

127 29 6
                                    

Derap langkah tergesa memenuhi koridor panjang rumah sakit tempat Xie Yun bekerja. Ji Chong beberapa kali mengusap mata sembab yang masih saja mengeluarkan tangis tidak kunjung berhenti. Ia memegangi jemari Xie Yun erat. Takut, cemas, dan juga rasa tidak ingin ditinggalkan teramat kentara hingga membuat wajahnya memucat.

"Xie Yun, bertahanlah!" Ji Chong mencoba menyamai langkah beberapa dokter yang tengah mendorong ranjang pesakitan Xie Yun menuju ruang operasi. Kaki pemuda manis itu terasa lemas serta sulit untuk sekadar bergerak cepat. Namun, sosok yang sedang terbaring seraya menutup mata dengan alat bantu pernapasan bertengger di hidung, membuat Ji Chong mau tidak mau harus terus bergerak.

"Maaf, Tuan. Sebaiknya Anda menunggu di luar. Biarkan kami memberikan prosedur penyelamatan untuk Dokter Xie dengan segera!"

Ji Chong terpaksa melepas tautan di jari mereka, napasnya tercekat, mata nanar serta sarat akan rasa takut hingga membuat tulang-tulang di tubuh pemuda manis itu seolah menghilang. Pemuda manis itu terdiam. Ia mendudukkan diri di kursi panjang tempat beberapa orang terbiasa menunggu.

"Dewa, dia akan selamat, bukan?" Benak Ji Chong terasa kosong. Ia menaikkan kedua kaki ke atas kursi dan memeluk lututnya sendiri. Pemuda manis itu mencoba menenangkan diri. Setidaknya, hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

"Tuan Muda Ji," Sang Lang menepuk bahu kekasih tuan mudanya seraya memberikan ketenangan, "Tuan Muda Xie pasti akan baik-baik saja." Sang Lang tersenyum kecil. Ji Chong semakin mengeratkan pelukan di lutut seraya mencoba menenangkan diri.

Sang Lang bergegas menuju rumah sakit setelah selesai dengan pekerjaan yang Tuan Besar Xie berikan, menuju rumah sakit secepat yang Sang Lang bisa.

Beberapa dokter sedang berusaha mengeluarkan peluru yang bersarang di lengan Xie Yun. Mulai dari kontrol perdarahan, pencegahan dan pengendalian kontaminasi atau infeksi pada luka tembak.

Dokter bedah segera melakukan prioritas pada fase perawatan segera dan beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan yakni berupa pemeriksaan darah lengkap, golongan darah dan crossmatch---memeriksa kecocokan antara darah pasien dan pendonor---untuk persiapan transfusi darah. Lalu, pemeriksaan penunjang lain seperti evaluasi jaringan tubuh mana saja yang sudah mengalami kerusakan, melihat derajat keparahan dari luka tembak itu sendiri.

Ji Chong masih setia dengan posisi duduknya. Ia bergeming, air minum kemasan yang beberapa saat lalu Sang Lang berikan, tetap utuh dan tidak pemuda manis itu sentuh sama sekali.

Sang Lang tidak bisa berbuat banyak. Ia sendiri tengah sibuk memberikan laporan kepada Tuan Besar Xie mengenai perkembangan proses jalannya operasi Xie Yun.

Sudah lebih dari tiga puluh menit waktu berlalu, belum ada tanda-tanda operasi pengangkatan timah panas itu selesai dilakukan. Namun, tidak berselang lama, seorang dokter muda yang kebetulan teman satu profesi Xie Yun, keluar dari ruang operasi.

"Dokter Liu?" Sang Lang segera mendekat ke arah dokter muda yang sedang melepas masker agar ia bisa berbicara dengan leluasa. Ji Chong yang sedang duduk tidak jauh dari mereka, menurunkan kedua kaki dan segera berdiri dan menghampiri Liu Enji.

"Ji Chong, peluru di lengan Xie Yun sudah berhasil dikeluarkan. Transfusi darah juga sudah dilakukan. Kita hanya tinggal menunggu waktu Xie Yun tersadar dan segera pulih." Lie Enji tersenyum dan meninggalkan dua pemuda itu menuju ruangannya.

"Nona Enji, terima kasih." Ji Chong tersenyum tulus. Enji melihat Sang Lang sejenak lalu mengangguk dan meneruskan langkah, meninggalkan dua pemuda itu.

******

Kapten Wang beserta tiga orang berusia setengah abad itu sedang melakukan perbincangan yang serius. Tuan Peng menjelaskan secara terperinci mengenai putrinya yang pernah beberapa kali berurusan dengan aparat kepolisian.

Ujung Perjalanan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang