Budayakan tekan bintang setelah membaca.
Maafkan typo.
.
.
Cerita Ara, Arden, & Gama belum ada lapaknya. Dan ... Untuk sekuel mereka, hmmm ... Nanti aku pikirkan lagi.
Soal cerita yang akan kupublish tahun depan ... Aku masih mempertimbangkan antara friendSweet dan Mogwolfs.
.
.
Cerita Ara, Arden, & Gama hanya bisa kalian baca di sini. Gak banyak part yang aku publish.
Tapi ... Semoga bisa menemani akhir tahun kalian.🤗💚
.
.
✨✨✨✨"Ra! Udah belum pemanasannya?" teriak Sena yang sudah berdiri di lapangan.
"Bentar, belum panas." Ara berlari di tempat, mencoba mengeluakan keringat.
"Ara! Ayo, cepat! Giliran kamu sama Sena yang lari!" teriak guru olahraganya. Gadis itu tersenyum lalu berlari menghampiri Sena yang menatapnya sebal.
"Lama, ih!"
"Eh, sebelum olahraga harus pemanasan, tahu!"
"Kan, tadi udah. Kalau mau badan lo panas, mending berjemur di lapangan belakang sana!"
"Ck. Iyaudah, ayo buruan. Yang kalah harus balikin bola ke ruang olahraga," kata Ara dengan percaya diri.
Sena tertawa pelan. "Oke."
"Sena ... Ara! Sudah siap belum?"
"Udah, Pak!" seru keduanya.
"Oke. Dalah hitungan ketiga, kalian mulai, ya. Satu ... Dua ... Tiga!"
Ara dan Sena berlari mengitari lapangan sebanyak satu kali. Dan tentunya itu adalah perlombaan. Ara memang tidak terlalu jago berlari, itu sebabnya ia kalah. Sejujurnya ia sudah tahu akan kalah. Namun bukan Ara namanya jika tidak percaya diri lebih dulu.
Sena tertawa pelan dengan napas ngos-ngosan. "Lo kalah!"
Ara mendengkus sebal. "Iya, gue ngaku kalah. Puas?"
Sena langsung merangkul sahabatnya itu. "Ck, muka lo gak pantes ngambek gini. Jelek banget sumpah."
"Ya ampun, gue jelek aja lo permasalahin, Na. Gimana kalo beneran gue jelek. Lo pasti gak mau temenan sama gue, ya?" tanya Ara.
"Lo jelek atau cantik, asal lo gak makan orang, gue tetep jadiin lo teman. Emang gue orang macam apa yang mandang fisik kaya gitu?"
Ara mencubit kedua pipi Sena gemas. "Ih, gemas, deh. Pengin gue makan bareng sambal."
Sena langsung menepis tangan Ara. "Lo bukan teman gue!"
Gadis itu pergi lebih dulu, disusul Ara yang tertawa.
------
Ara tengah menata bola-bola ke atas lemari yang ada di ruang olahraga. Nasib jika kalah perlombaan ya begini. Untungnya lemarinya tidak terlalu membuatnya kesulitan. Ia hanya perlu naik kursi dan selesai. Hanya tinggal satu bola lagi. Ia menaruhnya agak dipinggir, namun bolanya malah jatuh ke lantai. Ara mendengkus. Bola itu bergelinding ke arah seseorang yang baru datang.
Gama--cowok itu mangambil bola di dekat kakinya. "Enggak gitu cara rapihinnya."
Gama ikut naik ke atas kursi satunya, lalu merapikan bola yang ditaruh Ara. Gadis itu tersenyum simpul. Begini saja ia sudah senang. Ah, sekali lagi Ara beritahu. Namanya adalah Agara Mahesa--biasa dipanggil sayang. Ups maksudnya dipanggil Gama. Tapi, cuma Arden, Andi, Heri yang memanggil Gama dengan panggilan "Gamang".
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadline √
Romance(PINDAH KE INNOVEL) Alya harus menikah dengan dosennya--Devano Rendra--dosen menyebalkan yang selalu mengibarkan bendera perang padanya. Jika bukan karena kesalahpahaman yang terjadi, mungkin Alya tidak akan berada dalam situasi sialan bersama dosen...