t i g a t i g a

1.2K 145 2
                                    

"Papih...huhuhu..."

Polesan riasan cantik Mamih luntur dengan air mata. Usai menemukan anak ketiganya bertingkah luar biasa gila, Mamih menyusul Papih yang duduk santai menunggu giliran muncul di part ini setelah kemarin authornya tidak menyertakan kemunculannya. Seolah tak berdosa, Papih cukup duduk santai di gazebo sambil kipas-kipas dengan gepokan dollar. "Papih dengerin mamih dulu jangan kipas-kipas pake dollar!" Mamih membuang semua dollar Papih sampai jatuh ke lumpur sawah.

"Aduh mamih kenapa sih, papih baru kelar ngitung duit nih..."

"Ngapain duit diitung sih papih kek org gak pernah pegang duit aja deh."

Mamih melipat kedua tangan di dada, bibirnya mengerucut lebih maju membuat sebuah ekspresi cemberut yang bikin Papih gemas. "Ya udah sini, Neng Irene cerita sama Aa Suho yuk...yuk..." Papih menyandarkan kepala Mamih di bahunya. "Jadi, Neng teh kenapa dateng-dateng ke sini sambil marah-marah gitu atuh?" Papih mengusap atas kepala sampai helaian rambut panjang Mamih paling ujung. "Pih aku wes mumet karo anakmu itu loh..."

"Anakku ya anak kamu juga dong neng..."

"Iyo aku ngerti, tapi yo sirahku rasane meh pecah ki..."

"Ngomong apa kamu teh, enggak ngerti aku Mih..."

"Kepalaku rasanya mau pecah Pih, Jisoo makin aneh aja kelakuannya..."

"Sabar...sabar..." Papih beralih mengelus punggung Mamih, "Mungkin ini akibat dari dulu kamu ngidam nyemil dedak beras sama bubuk mesiu Mih..." Plis jangan tanya, ini komedi apapun bisa terjadi 😭. "Hah...aku nyerahlah. Mbuh mas, aku gareti sesuk Jisoo rabi kepiye ya mas."

"Neng... pake indonesia dong aku ga ngerti."

"Ah kamu, intinya aku pasrahlah kalo Jisoo nanti udah nikah gimana."

"Sabar, semua anak kita. Apapun sifatnya, kita tetep sayang sama anak-anak kan neng?"

"Nggih mas..."

Mamih bergelayut manja bersandar di pundak Papih berteman belaian lembut Papih di rambut dan punggungnya.

"Wendy...Wendy...Wendy..."

Suara bariton besar menganggu kemesraan Mamih dan Papih di saung bilik kayu pinggir sawah. "Halo...halo...dek Wendy, kamu dimana?" Chanyeol masuk ke tempat orang tua semendanya. "Eh papih..." Chanyeol menemukan ayah mertuannya yang sudah kentara melotot padanya, "Eh ada ibu mertua cantik jelita mempesona..." Papih semakin melotot pada menantunya yang kelewat kerdus.

"Maksudnya...maksudnya halo Mamih...halo Papih..."

Chanyeol kikuk dipelototin mertuanya sendiri.

"Maaf nih ya ganggu hkk...mmmh...aduh..." Chanyeol seperti menahan sakit di bawah perutnya. "Seret banget sumpah..." ditambah ia menggerutu seperti ada yang mengganggu aset pribadinya. "Kamu kenapa Yeol?" Tanya Papih.

"Chanyeol lagi cari Wendy pih, ini ada urusan penting banget."

"Emang urusan apa?"

Mbiyen aku jek betah
Suwe suwe wegah
Nuruti kekarepanmu
Sangsoyo bubrah...

Ponsel di saku celananya bergetar, yang sedang Chanyeol cari akhirnya menelepon. Kalian sudah bisa pastikan itu telepon dari istrinya Chanyeol, alias Wendy.

"Halo Wen, kamu dimana?"

"Hah...kantor kecamatan?"

"Oh iya...iya...aku ke sana ya, ada yang perlu aku urus sama kamu sshhh..." Chanyeol meringis menahan sakit di balik celananya. "Nah iya Wen, aku juga mau bicarain itu sama kamu." Ada reaksi yang senyawa dengan apa yang sedang ingin Wendy bicarakan lewat telepon.

SINTING SISTERS (SuRene + BlackVelvet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang