SuRene 1991
Kala 'ku seorang diri
Hanya berteman sepi dan angin malam
Kucoba merenungi
Tentang jalan hidupku
Ho-o-o-oooKulangkahkan kakiku
Dan menyimak sebuah arti kehidupan
Hati selalu bertanya
Adakah kasih suci
Dalam cinta ha-haAdakah cintamu ha-ha-ha-ha-ha
Seberkas cahaya terang
Menyinari hidupku
Sesejuk embun-embun di pagi hari
Dambaan insan di dunia iniDi bumi priangan berteman kaset pita Nike Ardila yang diputar lewat radio pemutar kasetnya, yap Suho Kusubagio adalah penggemar berat Nike Ardila pada saat itu. Kamarnya saja dipasangi poster sang legenda. Kalau ada lagu, album, atau bahkan film yang ada Nike Ardila pasti Suho gencar mencari. Bahkan rambut Suho yang model belah tengah juga terinspirasi dari idolanya, tak tanggung-tanggung Suho menyuruh kakaknya untuk mengubah gaya rambutnya mirip Nike Ardila.
"Suho atuh gandeng ih, kecilin volume radionya!" Protes kakaknya Suho alias Teteh, "Aing lagi nyeri huntu, maneh teh nanaonan malem-malem nyetel lagu gandeng-gandeng teuing." Teteh mengusap pipinya yang ditempeli koyo, dia sedang sakit gigi.
"Emang ga boleh? Ini itung-itung impas minggu kemaren Teteh maksa Suho nonton Persib di stadion."
"Ini mah namanya ganggu yang lagi gering bukan impas." Orang sakit gigi biasanya memang sensi, "Asik... minggu depan anter nonton Nike Ardila atuh sekalian beli kasetnya ya ya..."
"Suho...Suho maneh teh kacida ya, boleh jadi penggemar tapi ga usah model rambut aing ikut dimodelin kaya Nike Ardila atuh!"
"Maaf maaf, waktu nganter Teteh ke salon gak sengaja nemu fotonya. Biarin atuh Teteh da rambut kaya gitu teh lagi ngetren." Suho mengacungkan jempolnya tapi Tetehnya malah sebal akibat adiknyayang keranjingan penyanyi legendaris itu.
Dari jauh kulihat kau datang
Rasa rindu ingin jumpa kamu
Baru kali ini kurasakan
Mungkin ini cintaku yang pertamaTak sengaja Suho menjatuhkan benda dari mejanya, itu gantungan kunci berbentuk ikan bandeng yang Suho beli di toko souvenir sebelum ia kembali ke Bandung. Melihat itu mengapa ia jadi mengingat gadis pengantar bandeng yang minggu lalu ia temui di Semarang ya?
Kini kutahu ada getar di jantungku
Bila bertemu jadi salah tingkah rasanyaJumpa pertama di lantai kaca
Seolah tiada yang istimewa
Jumpa kedua kau senyum padaku
Itu awal rasa simpatikuTersenyum Suho mengingat gadis itu, pertemuan mereka memang singkat tetapi kenangan bersepeda sampai hujan-hujanan di Kota Lama itu masih terasa.
***
Kriingg...Kringgg...Kringgg...
"Halo keluarga Slamet Leeteuk Santoso, ada yang bisa saya bantu?"
Malam Minggu, Mama Taeyeon mendapat telepon, "Temannya Irene? Sebentar saya panggilkan Irene dulu ya!" Panggilan telepon itu tertuju untuk putri semata wayang keluarga Santoso. "Nduk..." Mama mecari Irene di kamar, kebetulan juga anak itu sedang membaca buku.
"Ada telepon dari teman kamu, katanya dia orang Bandung."
"Bandung?" Irene langsung teringat dengan Suho, dia satu-satunya orang yang Irene ketahui berasal dari Bandung. Cepat-cepat Irene ke ruang tengah mencari telepon rumah .
"Halo..."
"Halo... apa saya sedang bicara dengan Irene?"
"Iya betul, ini siapa?"
"Kamu masih ingat dengan sepeda kumbang yang tercebur di kali di atas jembatan Mberok?"
"Ini Suho ya?"
"Syukur kamu ingat, bagaimana kabar kamu?"
"Baik, kamu?"
"Sama seperti saat kita bertemu."
Irene mengulum senyum, sebuah refleks tubuh yang terjadi tanpa rencananya. Aura di wajahnya juga jadi berbeda kala mendengar suara pemuda yang mengisi harinya walau singkat. "Rene... ada tamu di depan!" Panggil Mamanya, belum selesai padahal ia melepas rindu yang selama ini terpendam. Harus Irene akui semenjak Suho menemaninya mengantar pesanan bandeng, Irene jatuh cinta pada pemuda kaya itu. Namun, rasanya itu tak akan mudah mengingat...
"Mas Bogum?"
Irene sudah punya kekasih waktu itu. Setiap Sabtu malam Bogum datang mengapeli Irene. Terkadang mereka juga jalan-jalan menggunakan motor Vespa milik Bogum. "Kamu janji kan kita mau nonton malam ini?"
Irene hampir lupa ia sudah berjanji menonton film bersama Bogum."Oh iya, aku gak lupa kok." Biasanya ia akan senang bertemu kekasihnya di malam Minggu, tetapi hambar rasanya mendengar ajakan Bogum malam itu. "Jam 10 kamu sudah ke rumah ya Rene!" Pesan Papa Irene.
Usai menonton film di bioskop di Plaza 21 yang ada di daerah Simpang Lima, Bogum mengajaknya makan dulu sebelum mengantar Irene pulang. Uangnya Bogum cukup terkuras gara-gara tiket bioskop, ya jadinya mereka makan di tempat yang murah-murah saja.
"Rene..."
Pemuda berambut mangkok itu memanggil kekasihnya, wajah Irene terlihat memikirkan sesuatu. "Eh iya?" Irene tersadar dari lamunannya. "Minggu depan aku sama pakdheku mau ke Bandung, kamu mau ikut tidak?" Ajak Bogum. Mendengar kata Bandung, Irene langsung sumringah, walau mungkin Bogum akan menyangka ia senang karena Bogum mengajaknya jalan-jalan di ibukota Jawa Barat itu.
"Aku mau ikut."Gadis itu berharap ia bisa bertemu dengan pemuda tempo hari.
***
"Rene...aku harus bantu pakdhe antar pesanan, kamu mau ikut atau bagaimana?" Sampai di Bandung, Bogum tak bisa langsung mengajak kekasihnya jalan-jalan di Kota Kembang karena tujuan utama ia kesini adalah membantu pakdhe.
"Aku rapopo mas, aku jalan-jalan dewhean bae, mas karo pakdhe ra usah khawatir yo."
"Rene iki Bandung dudu Semarang, kalo kamu nyasar piye?"
"Percaya sama aku mas, aku pasti bisa."
Bogum melepas Irene untuk jalan-jalan sendiri di Bandung. Lagipula niat Irene kemari adalah mencari Suho, pemuda yang membuatnya benar-benar jatuh cinta. Memang rasanya ini tak benar, mengingat Irene sudah punya kekasih tak seharusnya ia melirik lelaki lain.
Gadis itu menyusuri sekitaran daerah Braga di Kota Bandung, sebuah kawasan yang terkenal dengan bangunan lamanya. Tak tahu mengapa kawasan Kota Tua di daerah manapun ingin ia kunjungi, termasuk Braga yang terkenal dengan Kota Tuanya. Irene takjub dengan suasana klasik itu, sampai tak sadar ia menabrak pemuda di depannya karena tak memperhatikan jalan dengan benar.
"Auh..." Pemuda itu mengaduh ketika dahinya berbenturan dengan dahi Irene. Ia memasang kembali headphone dari walkman nya. Seberkas cahaya terang menyinari hidupku bertepatan dengan lirik itu manik hitam Suho melihat cantiknya gadis yang selama ini ia rindukan.
"Irene?"
"Mas Suho?"
Keduanya tersenyum, apa ini bagai pepatah garam di laut, asam di gunung bertemu dalam belanga?
***
Perjalanan cinta Mamih dan Papih masih berlanjut, apa yang terjadi pada Suho kalau ia tahu Irene sudah punya kekasih?
Mau tau kelanjutannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SINTING SISTERS (SuRene + BlackVelvet)
FanficDulu sempat dipublish di akun @ngalor_zone Usahakan usia anda 16+ ⚠️JANGAN SALAH LAPAK⚠️ ⚠️BACA BENER2 DESKRIPSINYA⚠️ #harshword #adultjoke #sengklekzone Mamih Irene dan Papih Suho punya delapan anak cewek petakilan semua kagak ada yang waras Meet w...