13. Ngepantai

39 0 0
                                    

Melvin tertegun. Matanya menatap Azell dari atas sampai bawah, Azell terlihat begitu cantik memakai dress berwarna ungu selutut. Tunggu, apa yang dipikirkan Melvin tadi. Cantik? Sepertinya dia sudah gila mengatakan hal ini. Dan lagi, kenapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Melvin menggelengkan kepalanya pelan.

"Melvin kenapa?" tanya Azell.

Melvin kembali menatap Azell. "Gue kenapa?"

"Geleng-geleng kepala dari tadi."

"Gak," elak Mevlin. "Kita berangkat." lanjutnya kemudian berjalan menuruni tangga.

Azell mengangkat bahu acuh, mengikuti Melvin dari belakang.

Ini bukan yang pertama kalinya Azell jalan bersama Melvin. Hanya saja belakangan ini mereka memang sudah jarang keluar untuk liburan. Kali ini Melvin juga pergi bersamanya tanpa paksaan. Biasanya Azell harus merengek berjam-jam dulu, atau mungkin mengandalkan ayahnya agar bisa bepergian dengan Melvin.

Awalnya Melvin mengajak Azell untuk ke pantai pasir putih, tapi Azell menolak dengan keras. Bisa-bisa beban tidak enak hati Azell bertambah, jika saja ia tidak sengaja bertemu dengan Demon disana. Akhirnya mereka memutuskan  ke eternal oceanfront, pantai yang tidak jauh beda dengan tujuan awal Melvin. Sama-sama indah dan menawan, intinya apapun jenis pantainya Azell tetap suka. Karena itu adalah tempat wisata yang paling Azell sukai untuk di kunjungi. Ia berencana melakukan preweed di pantai nantinya, doakan saja.

Perjalanan menuju eternal oceanfront lumayan jauh. Karena tidak ada pembicaraan Azell memilih menatap keluar jendela. Menurunkan kaca jendela mobil, menikmati angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya.

"Sejak kapan lo punya teman baru cowok?" tanya Melvin membuka suara, ia sebenarnya sudah dari kemarin ingin menanyakan ini. Tapi kemarin begitu banyak gengsi, ia berfikir Azell akan gr. Apalagi ia sangat tau kelakuan gadis yang satu itu seperti apa.

"Sejak kemarin." jawab Azell.

Melvin berdecak kesal mendengar jawaban bodoh Azell. "Kemarinnya kapan bego."

"Kepo,"

Wah, anak satu ini. Sudah ada peningkatan dalam menguras emosi. Bukannya Melvin kepo, hanya saja ia tidak pernah melihat Azell sedekat itu terhadap laki-laki atau bahkan perempuan manapun di sekolah selain dirinya, Geby dan kedua sahabatnya. Azell itu bukannya anti sosial, tapi karena pertemanannya di masa lalu buruk, ia selalu antisipasi jika ada yang mendekatinya. Tapi Demon, begitu mudah menjadi teman Azell.

Dan lihatlah, Liora murid baru itu. Melvin dapat melihat Liora begitu mepet dan sangat ingin berteman dengan Azell, seperti ada tujuan tertentu. But, ntahlah. Liora juga tampak dengan mudah menjadi teman Azell, ntah kata manis apa yang ia berikan kepada Azell. Hingga gadis polos dan bodoh ini terpengaruh.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama kini mereka sudah sampai di eternal oceanfront.  Mereka berjalan masuk setelah memarkikan kendaraan di tempat parkir.

Wajah Azell terlihat begitu sumringah, bersiap berlari ke tengah pasir yang terlihat banyak pengunjung. Namun sebelum melangkah untuk bersiap menggas kakinya, Melvin dengan siap memengang tangan Azell, menahan.

"Lo jangan lari-lari, ntar capek." tegur Melvin memicing tajam.

Azell menghela nafas malas. "Kesini mau ngapain kalau gak main. ish." ujarnya menggerutu.

"Mainnya yang bener, jangan pingsan. Lo pikir gampang ngangkat tubuh lo yang seberat karung beras itu?"

Azell melotot tidak suka. Yang benar saja, mana ada tubuh Azell berat. Jelas-jelas dia mungil dan terlihat imut, dasar bon cabe satu ini sangat menjengkelkan.

DETAK [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang