2.1 Tinjauan Pustaka

459 298 232
                                    

Teruntuk pembaca terhormat,

Apakah kalian masih setia dengan cerita saya? Hah? Hah? Jawab oi :'(((( huhu

Kuharap begitu ya :')))

Abis ini ada klimaks seru yang menanti loh jadi stay tune and enjoy! CHECK THIS OUT!

Jadi tambahkan ke perpustakaan kalian yaw :'))))

Salam, Rose Maiden (Kang Bucin)

.

.

.

Keesokan harinya, Universitas Gajah Mada dihebohkan dengan berita pencurian artefak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Universitas Gajah Mada dihebohkan dengan berita pencurian artefak. Semuanya langsung gagap gempita.

Bagaimana tidak? Sayembara yang dilakukan klub detektif bukan main. Peserta diiming-iming beasiswa dan berkesempatan lulus tiga tahun lebih cepat. Setelah dirundingkan kemarin, keputusan itulah yang diambil oleh para dekan.

Srek!
"Udah dengar kabar belum?" Tahu-tahu kedatangan Udin berhasil menarik perhatian seisi kelas.

"Memang ada apa?" tanya Zeline bingung.

Udin mengangkat tinggi-tinggi selebaran yang dirobeknya dari papan bulletin. "Nih BACA!!!"

Selebaran itu sontak disahut Brian saat ia bermaksud memasuki ruang kelas. Lantaran dibacanya sekilas. "Siapa saja yang berhasil menangkap pelaku akan wisuda lebih cepat dan mendapatkan beasiswa ...."

Rinjani yang tahu kabar itu segera membuka ponselnya lalu mengirimi pesan kepada anggotanya. Aku harus berbicara dengan kalian nanti!

Selama kelas berlangsung, Rinjani kesulitan mencerna mata kuliah Pak Waras. Apalagi metode yang dipakai amatlah runyam kadang diulang-ulang, sangat membosankan. Kalau pun ada yang paham pasti orang itu sakti. Selain itu, dia juga memikirkan nasib para temannya kelak.

Dia berpikir, apakah ini jebakan? Atau dirinya yang telah dijebak? Rinjani menggeleng kuat. Bukan saatnya merenungkan hal ini. Yang terpenting ialah, bagaimana caranya menangkap dalang di balik layar.

"AH SIALAN!" Rinjani menggerutu. Kesabarannya sudah di luar batas. Amarahnya makin memuncak. Lama kelamaan emosinya sulit terkendali. Lihat aja! Abis lo di tangan gue!!!

***

Rinjani meletakkan pamflet yang dibawa Brian ke meja. "Jadi ... kalian bisa jelaskan maksudnya ini?" katanya dengan tatapan menusuk. Sejenak terasa hening.

"Permisi, kak." Ilya datang membawa nampan aluminium berisi pesanan mereka. Masih tidak ada reaksi. Terutama Gusti yang suka menggoda Ilya. Sekarang, dia terdiam seribu bahasa.

Mahasiswa Anjay [✔️SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang