3.5 Probabilitas Subjektif

119 30 3
                                    

Tak salah apabila kita seorang manusia saling mencinta. Namun janganlah sampai salah menaruh rasa juga.
.

.

.

Sila berspekulasi ….

Rinjani terbangun di suatu tempat yang amat asing dalam ingatannya. Asbes putih tulang, bau obat menusuk lubang hidungnya, kedua tangannya sulit digerakkan, pipi kiri dan pelipis kanannya terasa sakit. Cewek itu mencoba menyentuh pelipis kanan, namun ia mengurungkan niat. Sebuah selang plastik menempel di punggung tangannya.

Setelah kedua matanya dapat melihat dengan sempurna,Rinjani sempat terkejut kedua tangannya diinfus. Ikat rambutnya juga hilang secara misterius. Di samping kiri kanannya ada dua cairan yang mengalir. Cairan pertama berwarna putih sedangkan cairan kedua berwarna merah seperti darah. Rinjani pun kebingungan.

Di sisi lain, para anggotanya dapat bernapas lega karena melihat Rinjani siuman. Pasalnya Rinjani mendadak pingsan tanpa alasan kemudian membuat panik teman-temannya. Jarang-jarang bajingan berkelas itu tiba-tiba pingsan. Yang mereka tahu Rinjani adalah sosok yang kuat baik secara fisik maupun mental.

Dia tidak pernah menunjukkan sisi lemahnya di hadapan para sahabatnya yang setia. Dia juga tak mau merepotkan mereka hanya karena masalah pribadi yang tak urung jua usai. Sebab Rinjani ingin teman-temannya bahagia dan bebas. Kalau bisa memendam masalah sendiri mengapa harus diumbar?

"Alhamdulillah, Rin ... lo sadar juga." Jamal merasa bersyukur.

"Gue kira lo gak bangun," ucap Gusti sesuka hati.

"Ngotak dong, Gus!" Zeline berdecak sebal.

"Apa otak-otak? Pikiran lo makanan mulu. Kapan mikirin gue," kelakar Gusti yang makin ngelantur entah ke mana.

"Iiih najisss!" sahut Dora bergidik ngeri.

Zeline melipat kedua tangan di dada. "Rasa ingin menampol, stonk."

"Gue waras dan gue diem," gumam Jamal. Jika dipikir-pikir lagi memang Jamal lah orang yang paling waras di antara kelima temannya. Lihat saja cowok itu tidak pernah komentar yang macam-macam dalam arti mengompori.

Dengan wajah seperti orang bodoh, Rinjani menyimak dialog receh teman-temannya. Cewek itu memilih bengong, tak tahu arah pembicaraan para temannya. Sementara Jamal, dia mengabaikan Gusti yang kelihatannya tengah berdebat dengan Zeline dan Dora.

Akhirnya karena gabut dan tidak ada yang mengajaknya bicara, Jamal pun mangambil duduk di samping Rinjani. Lalu menanyakan keadaannya. "Gimana kondisi lo? Masih ada yang sakit?"

"Gue di mana ini?" tanya Rinjani masih dengan wajah bodohnya.

"Di rumah sakit, tadi lo pingsan."

"Kok bisa pingsan?"

"Ya bisa, Rin ...." Jamal menggantungkan dialognya, mengusap wajah kasar, dan mendengus kesal. Gini amat punya temen! Yang satu goblok, yang satu bucin, yang satu nyerocos gak karuan, terus satu lagi gampang marah. Ya Tuhan cobaan apa lagi ini. Batin Jamal.

Rumit sudah kalau berbicara dengan Rinjani saat wajah bodohnya keluar. Sebab disaat itu juga Rinjani mendadak menjadi orang paling tolol sedunia. Beruntung Brian tidak ada di sini. Seandainya cowok itu ada pasti dia sudah mencela Rinjani dengan beragam pujian. Ya hanya Brian lah yang gregetan melihat sikap tolol Rinjani.

Karena Jamal sudah tidak lagi mengajaknya bicara. Kini Rinjani mengalihkan pandangannya ke arah tiga sahabatnya yang sedang beradu mulut. "Kalian bertiga ngomongin apa sih? Berisik banget dari tadi."

Mahasiswa Anjay [✔️SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang