EPILOGUE [SPECIAL Promnight]

239 29 3
                                    

.

.

.

Sila berspekulasi ….


Kedatangan Gusti secara mendadak sempat mengejutkan Rinjani. "Eh, Rin! Lo dapet undangan gak?"

"Undangan apa?" Rinjani terserentak lantaran bertanya-tanya. Lalu gadis itu mengingat-ingat kembali kejadian yang menimpanya pagi ini.

"Itu loh Rin--"

"Undangan promnight kan?" Ya gadis berambut ponytail itu ingat kalau ada seseorang misterius yang meletakkan sebuah amplop berwarna hitam dengan ukiran emas sebagai cover di depan pintu indekosnya.

Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri koridor sambil berbincang ringan sekalian membicarakan mengenai undangan promnight. Sepanjang lorong yang mereka lewati teramat sepi hari ini. Biasanya banyak mahasiswa yang berlalu lalang, mondar-mandir membawa kertas atau sekedar lewat sebagai jalan pintas.

"Ya itu! Lo ikut gak?"

Mata Rinjani menerawang ke langit-langit. "Emang siapa sih yang kirim itu? Gabut amat!"

"Lah mana saya tau saya kan ikan."

Rinjani memutar mata malas. Ia menatap Gusti sinis. Lantaran mendecih. "Yang bener dong, Gus! Ck!"

"Guys! Guys!" Langkah Rinjani dan Gusti mendadak terhenti. Salah seorang cewek berlari ke arahnya sambil melambai-lambaikan tangan. Rinjani terheran sedangkan Gusti mempertajam pengelihatan. Mereka berdua seperti tidak asing dengan suara serta pergerakannya.

Dia semakin mendekat. Juga ia melengkingkan suaranya yang menyebabkan gendang telinga siapa saja rusak. "GUSTII!!! RINJANIIII!!!"

"Dora? Itu Dora bukan?" tanya Gusti.

Rinjani mengangguk.

"Eh Rin, Gus kalian dapet undangan promnight enggak?" tanyanya.

"Ya kami berdua dapet. Entah siapa yang ngirim." Gusti membalas sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Sementara Rinjani menatap undangan itu dengan heran. Dalam batinnya siapa orang misterius yang mengirim undangan tersebut. Sesekali ia menggaruk kulit kepalanya. "Siapa ya yang ngirim undangan ini?"

Tak lama kemudian Zeline, Jamal, serta Brian menyusul Dora di belakangnya. Zeline menelengkan kepala setelah melihat Rinjani tengah kebingungan menatap undangan tersebut yang dipegangnya.

"Lo kenapa, Rin?" tanyanya sembari terus memerhatikan Rinjani.

"Gue heran aja siapa yang ngirim undangan ini?"

"Btw gue juga dapet loh." Zeline mengeluarkan  undangan berbungkus amplop hitam dengan ukuran 1 : 1 dari totebag-nya.

"Gue juga dapet," sambung Jamal.

"Gue juga," timpal Brian.

Rinjani mengangkat sebelah alis. Menelengkan kepala dan mengernyitkan dahi. Heran. Siapa orang yang berani-berani mengirimkan undangan promnight ini? Yang paling mengejutkan lagi acaranya malam ini! Ah, entah gaun apa yang dipakai si gadis tomboy itu. Dan--hei dia benci memakai gaun. Apalagi make up.

Seumur hidupnya Rinjani tak pernah bermain-main dengan alat make up sekali pun. Jangankan bermain-main menyentuh peralatannya saja ia enggan. Rinjani berpikir mungkin lebih baik ia tidak datang. Daripada kehadirannya hanya membuat malu teman-temannya karena tak pandai bersolek.

Mahasiswa Anjay [✔️SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang