Bagian 3 : Kabur Untuk Mengadu

6.9K 623 35
                                    

"Terima kasih untuk kerjasamanya Pak hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih untuk kerjasamanya Pak hari ini." tangan jurnalis wanita itu menjulur bersalaman sembari mengatakan terima kasih.

Sebastian hanya mengangguk, ekspresi wajahnya datar mengingat ia sedang merasa kesal akan sikap putranya itu. Lalu kembali menghela napas untuk ke sekian kalinya.

Menatap sang jurnalis wanita sembari mengatakan, "Maaf untuk sikap Arvie tadi, dia masih seorang remaja labil."

Sang jurnalis menanggapi dengan tersenyum, "Kami sangat memakluminya Pak, terlebih saya masih ingat betul tentang sikap Arvie dulu yang menolak keras ikut syuting lagi. Seharusnya kami yang minta maaf karna meminta Arvie ikut wawancara tadi."

Terlihat dari raut sang jurnalis, ia benar-benar paham kenapa Arvie marah tadi. Setelah percakapan singkat itu, para jurnalis mulai bergegas keluar dari kediaman Sebastian. Sedangkan tuan rumah hanya mengantar sampai pintu depan saja. Rautnya datar memikirkan kejadian kurang mengenakkan yang diperbuat putranya.

"Huftt... Apa Jensen sudah berhasil menangkap Arvie?" tanya Sebastian kepada ajudan pribadinya yang menjelma sebagai tangan kanan yang berada di belakang tanpa menoleh sedikitpun.

"Belum tuan, informasi yang saya dapat tadi dari Jensen tuan muda Arvie berbelok ke gang kecil jadi rombongan mobil tidak bisa masuk mengikuti." jelas Edwin dengan menundukkan kepala.

"Kerahkan yang lain jika perlu."

"Baik tuan."

Sebastian berjalan ke dalam rumah. Meninggalkan Edwin yang mulai mengkoordinir ajudan lainnya.

🍁🍁🍁

"Mas lu tunggu bentar yak, mau minta duit dulu buat bayar."

"Lahh ngapain naik ojek kalo gaada duit." si mas mendengus, sudah tadi membuat motornya hampir menabrak rumah orang malah penumpang yang dibawa tidak membawa uang.

"Yaelah mas, ini mau diambilin duluu.. Diem sini aja tunggu saya ke sini bawa duit." perintah si penumpang alias Arvie.

"Iyeiyee.." saut si mas ojek, rautnya sedikit judes.

"Yeee malah judes gitu tuh muka. Mau di bayar kagak?!"

"Maulah, ya udah sono ambil cepet." mas ojek malah dorong-dorong Arvie. Yang didorong cuman pasrah terus jalan ke area security rumah.

Di sisi lain tepatnya di atas motor, mas ojek memperhatikan setiap inci rumah di depannya ini. Satu kata yang telintas, 'mewah' untuk menggambarkan. Dilihat dari depan saja banyak pekerja yang sepertinya bertugas sebagai keamanan rumah. Bukan security melainkan semacam bodyguard? Sudah dipastikan yang mempunyai rumah bukan orang biasa.

When Your Father Was a SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang