Bagian 14 : Menerima tawaran

2.9K 260 23
                                    

Drtt Drttt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Drtt Drttt

Terdengar sebuah suara nada dering telepon yang berbunyi diantara ramainya suara berisik yang dihasilkan orang-orang disekitar. Sontak sang pemilik telepon mengangkat panggilan tersebut. Ia menjadi harus menunda makan siang yang masih tersisa sedikit itu.

"Hallo?"

".........................."

"Ya, dia memakan makan siangnya dengan baik. Tenang saja, aku mengawasinya."

"............................"

"Tidak. Dia sedang menemui seseorang sekarang."

".........................."

"Dengan senang hati. Aku dan yang lainnya akan mengantarnya pulang. Dia aman bersama kami."

"........."

"Sama-sama, om tidak perlu khawatir soal anak om." jawab orang tersebut setelah dirasa panggilannya sudah selesai.

Sosok tersebut mematikan sambungnya saat dirasa telah selesai. Meletakkan kembali telepon genggamnya ke tempat semula. Matanya menengok sebentar ke arah samping kanannya, lebih tepatnya pada sesosok lain yang sedang asik itu. Ia memandang tanpa ekspresi. Setelah dirasa cukup, dia kembali fokus menyantap makan siangnya, menghiraukan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang ada didekatnya.

🍁🍁🍁

"Tante Lynda ngapain tadi kesini Vie?" tanya Andaru.

Arvie melangkah gontai ke arah para sahabatnya itu duduk. Mukanya juga sedikit masam.

"Ngapain lagi kalo bukan ngurusin anaknya." jawab Arvie ketus.

"Tuh muka masam amat dahh.." celetuk Nevan.

"Hooh, jelek kali ku tengok." sahut Darsa dengan logat Medannya. Padahal dia sama sekali tidak memiliki darah Medan, hanya saja dia sering bergaul dengan si Abet kawan kelas sebelah, jadi ikutan dia logatnya.

Arvie tak menjawab. Dia malah melirik sinis ke dua kawannya itu dengan tatapan sok tajamnya. Kesal dia karena diejek oleh dua kawan gesreknya itu.

Padahal jika dilihat-lihat, dimata mereka itu malah menambah kelucuan diwajah Arvie. Seperti balita kata mereka. Bahkan sekarang Darsa dan Nevan menjadi tertawa sendiri begitu pula dengan yang lainnya. Bedanya hanya Kiran saja yang terkekeh.

Merasa ditertawakan Arvie tambah kesal pada mereka. Dia berniat pergi dari kawan-kawan laknatnya itu, tapi sebuah tangan sudah bertengger manis mencekal pergelangan tangannya.

When Your Father Was a SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang