N-PORTAL.NEWS ㅡ Telah terjadi sebuah ledakan besar di kota Neutron, Senin (29/4). Ledakan yang diduga berasal dari sebuah gudang penelitian itu mengakibatkan ribuan korban meninggal dan membuat hewan serta tumbuhan di sekitarnya mati. Kota kecil yang hanya terdiri dari kurang lebih lima ribu jiwa tersebut terancam kehilangan seluruh penghuninya. ... lanjutkan membaca.
.
.
.
Neutron tampak berbeda. Kota paling maju itu kini tersisih dan perlahan lenyap. Suram, mencekam, dan tidak terjangkau mencerminkan kehidupan di sana. Gedung-gedung yang dahulunya berdiri kokoh kini berbaur dengan tanah. Kendaraan yang berlalu-lalang tanpa henti hanya tinggal bangkai. Kehidupan kota yang indah, sekarang telah menjadi masa lalu.
Ekosistem telah berubah. Manusia tidak lagi memimpin. Ribuan mayat hidup itulah yang menjadi pemburu dan membabat habis manusia normal yang tersisa. Tidak ada bantuan yang datang, karena kota Neutron telah diisolasi dan dinyatakan mati. Kota itu hilang, seakan tidak pernah ada sebelumnya.
Bunyi peringatan terdengar di mana-mana. Kobaran api menyambut sejauh mata memandang. Kematian mengiringi langkah. Kekeringan, kelaparan, dan ketakutan selalu menghantui setiap hembusan napas. Neutron, kota mati yang entah masih dihuni 'manusia seutuhnya' atau tidak. Kota yang sepenuhnya sudah hilang, seperti tidak pernah tampak ke permukaan.
Di belahan penjuru Neutron, seorang lelaki muda terperangkap. Semalaman penuh ia lalui dengan menangis, duduk termenung seorang diri. Kini air matanya sudah kering, tidak ada lagi yang tersisa, hanya tatapan kosong yang ia tunjukkan. Bunyi dentuman keras di sekeliling rumahnya pun tidak ia hiraukan. Raganya ada, akan tetapi jiwanya seolah pergi entah kemana. Setelah puas berdiam diri, lelaki itu pun bangkit perlahan. Masih dengan tatapan kosongnya, ia berjalan menuju laci di mana perkakas tersedia dengan lengkap.
Setelah mendapatkan benda yang ia butuhkan, saat ini langkahnya pergi menuju satu-satunya ranjang yang ada di sana. Tepat di hadapannya, terbaring lelaki berumur yang sudah renta dengan tali mengikat kuat di sekujur tubuhnya.
"Yeosang ...." Suara itu serak, terdengar menyakitkan.
"Ini tidak akan berhasil," ujarnya kesulitan. "Bunuh saja aku."
Ucapannya seolah menghempaskan jiwa Yeosang kembali. Ya, lelaki muda itu bernama Yeosang, atau tepatnya, Kang Yeosang. Salah satu dari entah sekian orang yang masih bertahan di kota mati itu.
"Ayah, bagaimana bisa aku melanjutkan hidupku?"
Yeosang terdengar sangat putus asa. Tatapannya tidak bisa lepas dari luka menganga di lengan kiri sang Ayah yang seolah mengejek hidupnya.
"Virus itu sudah hampir menguasai seluruh tubuhku, nak. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Bunuh aku sebelum aku menjadi salah satu makhluk menjijikkan itu."
Entah datang dari mana, air mata itu kembali menetes. Sangat banyak seolah tidak mau berhenti. "Ayah ...," isaknya pilu.
"Pergilah ke ujung kota sebelum makhluk itu menjadi semakin ganas. Di sana jauh dari pusat ledakan, jadi kemungkinan besar virusnya belum tersebar. Kau harus cepat bergerak. Pergilah saat malam menjelang agar lebih aman."
Erangan kuat nan menyakitkan itu terdengar jelas. Urat-uratnya semakin menonjol. Yeosang menahan diri untuk tidak histeris, sungguh menyiksa dan menakutkan.
"CEPAT BUNUH AKU DAN PERGI!" teriaknya kembali disertai erangan kuat. Erangan itu berakhir bersamaan dengan pisau tajam yang menancap tepat di jantungnya.
╳
Malam tiba, itu artinya Yeosang harus segera pergi ke ujung kota: harapan terakhirnya. Bagaimanapun Yeosang tahu, Ayahnya ingin ia tetap hidup. Yeosang berjanji untuk dirinya sendiri dan mendiang sang Ayah, bahwa ia akan selamat dari serangan para mayat hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exile : Sansang ✔
Fanfiction𝐄-𝐏𝐎𝐑𝐓𝐀𝐋.𝐍𝐄𝐖𝐒 ㅡ Telah terjadi sebuah ledakan besar di kota Neutron, 𝐒𝐞𝐧𝐢𝐧 (𝟐𝟗/𝟒). Ledakan yang diduga berasal dari sebuah gudang penelitian itu mengakibatkan ribuan korban meninggal dan membuat hewan serta tumbuhan di sekitanya ma...