C H A P T E R 8

61 10 1
                                    

Hari ini sudah Jumat lagi. Thank God it's Friday. Hari terakhir di minggu melelahkan ini. Aku datang lebih cepat tiga puluh menit karena terlalu bersemangat untuk menghabiskan akhir pekan dengan Morgan.

Selama bekerja, aku dan Morgan jadi jarang bertemu. Saat aku sampai rumah, Morgan sudah berangkat kerja dan saat dia pulang, aku sedang tidur dan berangkat lagi. Jadi kami jarang mengobrol. Hanya kadang aku suka meneleponnya tengah malam hingga Morgan tertidur dan aku mendengarkan dengkurannya.

Pintu rumah Mr. Eldrich masih terkunci, jadi kubuka dengan kunci yang diberikan Theo. Pintu belakang menuju langsung ke halaman belakang dan kolam renang besar.

Dari dalam, aku mendengar suara televisi menyala, tidak seperti biasanya. Kulirik ruang televisi dan mendapati seseorang duduk di sofa.

"Hey," sapaku.

Seorang gadis menoleh ke arahku. Dari penglihatanku, dia tidak lebih tua dariku atau mungkin seumuran. Aku pamdai menilai seseorang dari wajah mereka, seperti sebuah bakat aneh yang menguntungkan kadang-kadang.

"Kau pasti pacar Elijah," serunya kegirangan.

Aku mengerutkan kening. "Bukan," bantahku.

Sekarang gadis itu justru yang kebingungan. "Kalau begitu kenapa kau punya kunci rumahnya?" tanyanya.

"Aku bodyguard-nya," jawabku.

Gadis itu menatapku seolah tidak percaya. "Oh, kau Jordan Michael." Aku mendengar nada kekecewaannya.

Aku mengangguk.

"Aku kira kau seorang pria," katanya.

"Ya, banyak orang berpikir begitu saat mendengar namaku. Dan siapa kau?" tanyaku balik.

Gadis itu membenarkan posisi duduknya. "Aku Victoria, kau bisa panggil aku Tori. Aku adik Elijah."

Aku tidak salah dengar? Elijah Eldrich memiliki seorang adik. Tunggu, aku ingat saat itu Eldrich muda yang menyemangatiku untuk menjadi diriku yang sekarang pernah mengatakan bahwa dia memiliki seorang adik yang umurnya sama denganku.

Saat itu aku berumur 10 tahun dan kejadian itu 14 tahun yang lalu. Yang berarti dia berumur sama sepertiku, 24 tahun.

"Berapa umurmu?" tanyaku tiba-tiba.

"24, kenapa?" tanya Tori balik.

Dugaanku benar, yang berarti Mr. Eldrich adalah anak muda yang waktu itu. Aku tahu aku telah melupakannya karena pria itu sulit dijangkau, tapi sekarang melihat Mr. Eldrich begitu berbeda dengan anak muda yang aku temui 14 tahun yang lalu.

Apa semua ini karena kedua orang tuanya yang meninggal? Seperti perkataan Luke bahkan Mr. Eldrich tidak memiliki pacar sejak itu.

"Hey, kau baik-baik saja?" Tori membuyarkan lamunanku.

"Ya, aku harus berada di poa jagaku," kataku akhirnya.

"Apa kau membawa makanan?" tanya Tori lagi sebelum aku masuk ke ruanganku.

Aku memang membawa bekal kali ini dan camilan seperti biasanya. "Ya," jawabku.

"Boleh aku memintanya? Aku lapar," pinta Tori.

Jika aku memberikanya, aku yang akan lapar nanti. "Sebentar lagi koki kakakmu akan datang, kau bisa memintanya untuk dibuatkan makan malam."

Tori memutar bola mata. "Maksudmu Goddess of Bitch? Aku tidak akan mau makan masakannya, apalagi makan satu meja dengannya."

"Aku kira hanya aku yang memanggilnya Goddess of Bitch," kataku seketika.

"Oh, percayalah, dia menyebalkan. Kau tahu kenapa aku dikirimkan ke Rusia bersama dengan paman dan bibiku? Itu karena dirinya. Aku membencinya seumur hidup." Tori mulai menggerutu.

Don't Play With a PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang