Pagi hari sebelum semua orang pergi beraktivitas Jia sudah berada di dapur membuat sarapan spesial untuk anak-anaknya. Dibantu oleh ahjuma, Jia juga menyiapkan bekal makanan kesukaan Jea dan Jae Seon. Sayangnya Wonwoo berangkat lebih awal saat Jia masih tertidur, karena itu Jia tidak bisa menyiapkan sarapan untuk suaminya.
"Eomma.. berikan aku lebih banyak tomat." Ucap Jae Seon yang daritadi menganggu sang ibu sambil memeluknya dari belakang.
"Araseo. Eomma siapkan satu kotak khusus untuk tomat ceri milikmu." Kata Jia.
Meskipun sang ibu sibuk kesana kemari namun Jae Seon tidak mau melepaskan Jia. Ia terus memeluknya dari belakang sambil menyandarkan dagunya ke pundak Jia. Kemana pun Jia pergi, Jae Seon akan mengikutinya.
"Eomma eomma, aku mau itu." Tunjuk Jae Seon pada piring berisikan bulgogi pedas.
Jia menyuapi Jae Seon, hingga sang anak mencium dirinya setelah menikmati makanan enak itu. "Kenapa ini enak sekali? Apa eomma selalu membuatnya seenak ini?" Goda Jae Seon membuat Jia tertawa kecil mendengarnya.
Tak lama berselang Jea muncul dengan seragam lengkap dan menggantungkan tasnya di bahu sebelah kanan. Melihat anaknya sudah rapi, Jia pun segera menyapa Jea, masih dengan Jae Seon yang tak mau lepas darinya.
"Jea-ya, kau mau sarapan? Eomma sudah membuatkanmu bekal makan siang." Ucap Jia tersenyum manis padanya.
Namun tidak ada jawaban dari gadis yang memakai hoodie berwarna putih itu. Bahkan Jea juga tidak melirik Jia saat melewatinya. Jea berjalan terus tanpa menghiraukan Jia seperti menganggapnya tidak ada.
"Anak nakal itu.." Gerutu Jae Seon kesal.
"Eomma, jangan hiraukan dia. Dia sedang pms." Ucap Jae Seon menenangkan Jia.
"Ah jinjja? Pantas saja." Jia tertawa renyah.
Jia tahu Jae Seon sedang mencoba membuatnya agar tidak kepikiran dengan sikap Jea. Tak heran, Jea pasti masih marah dengan dirinya apalagi kejadian semalam cukup berantakan dan membuat semua orang di rumah ini menjadi terlihat berbeda dari biasanya.
Sebuah halte dipadati oleh antrian panjang orang yang ingin menaiki bus berwarna hijau. Beberapa orang yang mengantri itu menggerutu membicarakan gadis yang tak lain adalah Jea. Jea sedang kebingungan didepan mesin pembayaran bus. Sang sopir bus cukup kesal karena menunggu terlalu lama dan tanpa sadar membuat bus lainnya tersendat dibelakang.
Pagi ini diawali dengan adegan ngambek, Jea memilih untuk pergi ke sekolah lebih awal dari biasanya. Jika biasanya Jea akan berangkat bersama Jae Seon diantar oleh sopirnya, kali ini untuk pertama kali dalam hidupnya Jea akan naik bus ke sekolah. Anak perempuan Wonwoo itu tidak pernah naik bus sendirian, selama ini Jea selalu hidup dengan fasilitas mewah sang ayah. Kemanapun ia selalu naik mobil, atau paling tidak dia pergi bersama Jae Seon naik motor sport. Jea tidak pernah sendirian. Jadi ini benar-benar pengalaman pertamanya.
"Hakseng. Sebenarnya kau punya uang atau tidak?" Tanya sopir bus itu.
"Ne. Bisakah pakai kartu?" Tanya Jea mengeluarkan dompetnya.
"Jika kau punya kartu kenapa tidak pakai itu saja dari--" Sopir bis itu sempat terdiam saat melihat kartu yang ditunjukkan Jea padanya.
"Apakah bisa pakai ini?"
Sopir itu tak bisa berkata karena kartu yang Jea tunjukkan adalah blackcard.
"Tentu bisa. Kau juga bisa membeli busku." Ucap sopir itu menggeleng pelan.
"Aku bayar untuk dua orang." Ucap nada berat siswa laki-laki yang berdiri disamping Jea, Ki Jun.
"Ah, ne.." Jawab sopir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINWHEEL 3 [DISCONTINUED]
Teen Fiction[Cerita ini DISCONTINUED/ tidak akan dilanjutkan, berakhir pada chapter terakhir yang di upload author -ARE] ___ 18 tahun setelah Jia dan Wonwoo menikah dan membangun keluarga kecil mereka. Jeon Jae Seon dan Jeon Jea, si kembar tidak identik itu sek...