"Ne, lanjutkan pekerjaan kalian dan jangan lupa kumpulan tugas minggu depan." Ucap sonsaengnim sambil merapihkan buku, lalu keluar sesaat bel pulang berbunyi.
"Khamsamnida, ssaem!" Ucap para murid berbarengan.
Beberapa detik setelah sonsaengnim meninggalkan kelas, murid-murid secara cepat merapihkan barang-barang mereka dan memasukkannya ke dalam tas. Mereka ingin segera pergi dari sekolah setelah seharian pusing karena belajar.
"Yedera, jangan lupa piket hari ini. Jika tidak melakukannya akan aku adukan pada sonsaengnim." Ujar murid laki-laki berkacamata yang merupakan ketua kelas.
"Yaa! Bagaimana jika kau bekerja sukarela menggantikan kami?" Ejek siswa lain yang mengundang tawa satu kelas membuat ketua kelas tadi berlari keluar dengan wajah kesalnya.
Satu persatu murid meninggalkan kelas. Beberapa murid lainnya sudah memegang alat kebersihan untuk melakukan giliran piket di hari ini. Termasuk Jea yang tengah menyapu lantai.
"Dongsaeng, aku duluan ya." Ucap Jae Seon yang muncul dari belakang Jea dan mencium pipinya.
"Kau mau kemana?" Tanya Jea.
"PC bang! HEHE.." Ujarnya tertawa renyah.
"Jea-ya, kami duluan!" Ucap kedua teman Jae Seon yang sudah berdiri didepan pintu kelas.
"Eoh, hati-hati!"
Jea memperhatikan Jae Seon langsung pergi bersama kedua temannya sampai mereka menghilang dari pandangan. Kemudian Jea menghela nafas pelan sambil menggelengkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya.
Sepuluh menit berlalu. Jea adalah murid terakhir yang selesai dengan tugas piketnya sementara teman-teman lain sudah pergi lebih dulu. Memang selalu seperti ini setiap kali piket. Tidak ada yang ingin benar-benar menyelesaikannya. Mereka hanya melakukan piket agar tidak terkena hukuman dan yang penting terlihat memegang alat kebersihan jika ada guru lewat walaupun sebenarnya tidak melakukan apapun. Tapi Jea tidak bisa seperti mereka. Jiwa kebersihan membuat Jea tidak bisa meninggalkan kelas dalam keadaan setengah bersih. Karena Jea juga menggunakan kelas ini dan dia banyak menghabiskan waktu di kelas jadi tidak mungkin Jea ingin tinggal ditempat yang terlihat seperti kandang babi.
Drrtt..drrtt.. Jea merasakan getaran ponsel di saku roknya. Ia meletakan sapu kembali ke lemari lalu mengambil ponselnya.
"Hm.. eomma?" Jia adalah orang yang menghubungi Jea.
"Dal, kau masih disekolah?"
"Ne. Aku piket hari ini."
"Ah geurae? Um.. mau temani eomma makan sesuatu yang manis?"
"Eoh, johayo. Aku ingin sekali makan cake coklat."
"Araseo. Tunggu disana. Eomma sedang dalam perjalanan ke sekolahmu."
"Ne. Eomma. Aku akan menunggumu."
Jea tersenyum kecil setelah menutup panggilan dari ibunya. Pas sekali Jea butuh makanan manis karena akhir-akhir ini banyak kejadian yang membuat moodnya turun. Dan Jea benci itu.
Jea membawa ranselnya di pundak sebelah kanan. Kemudian ia mematikan lampu dan menutup pintu kelas dengan rapat. Jea berjalan di lorong kelas menuju tangga sambil melihat ke jendela. "Apa mau hujan?" Gumamnya menatap langit sangat gelap.
Sampai didepan lobby benar saja tiba-tiba hujan turun sangat deras. Jea mendengus pelan. Sialnya hari ini ia tidak bawa payung sementara ia harus berjalan agak kedepan untuk menghampiri Jia karena sekarang ada truk besar yang terparkir tepat didepan lobby.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINWHEEL 3 [DISCONTINUED]
Teen Fiction[Cerita ini DISCONTINUED/ tidak akan dilanjutkan, berakhir pada chapter terakhir yang di upload author -ARE] ___ 18 tahun setelah Jia dan Wonwoo menikah dan membangun keluarga kecil mereka. Jeon Jae Seon dan Jeon Jea, si kembar tidak identik itu sek...