19. Cape

698 71 0
                                    

"Gue juga pengin lupain Lo, tapi hati sama otak gue udah terlanjur keisi sama Lo" -Aghata Laskreira

***

Mata pelajaran hari ini melelahkan, baru satu sih. Tapi Aghata sudah ingin cepat-cepat pulang.

"Gue cape" ucap Aghata dengan mata menatap lurus ke depan.

"Gue juga. Kantin yuk" ajak Fany.

Aghata berdiri menyesuaikan langkahnya disamping Fany.

"Raka enggak pernah chat Lo?" Tanya Aghata kepada sahabatnya.

"Enggak. Kan Lo yang sahabatnya masa chatnya ke gue. Kenapa Lo tanya gitu?" mata Fany melirik Aghata yang wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Dia juga enggak chat gue lagi" jawab Aghata lirih.

"Udahlah gapapa, kan ada kak Bagas" ledek Fany dengan senyum jahilnya.

"Apaan sih Lo" ucap Aghata ketus.

Aghata memesan susu cokelat hangat dengan beberapa camilan. Meminum susu di gelasnya sedikit demi sedikit, seperti memikirkan hal yang cukup berat.

"Enggak apa-apa, Gha. Ntar gue coba hubungin Raka deh" ujar Fany mencoba membuat sahabatnya keluar dari lamunan tidak bergunnya itu.

"Enggak usah, Fan. Dia bakal balik buat gue kok. Seengaknya itu yang dia bilang ke gue sebelum kita pisah" ujar Aghata lirih dengan kepala menunduk memperhatikan cairan coklat yang mulai dingin itu.

"Yaudah Lo jangan sedih gitu dong. Ntar gue juga sedih" ucap Fany.

"Lebay Lo" jawab Agahta sambil menyenggol bahu sahabat baiknya. Untung saja dia punya Fany, kalau tidak ada Fany entahlah dengan semua masalahnya.

Mata kuliahnya sudah selesai, Aghata cepat-cepat membereskan tasnya lalu keluar fakultas menunggu kendaraan umum apapun yang lewat. Sebenernya Agahta punya mobil di rumahnya, tapi dia tidak pernah menggunakan untuk ke kampus. Tapi kalau jalan-jalan mah pasti dipakai.

Sesampainya di rumah, Aghata tidak melihat siapapun. Mungkin belum pada pulang, pikirnya. Agahta menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Aghata menempatkan dirinya di salah satu sofa panjang di depan tv. Tidak untuk menonton tv tapi dia memilih untuk membaca komik dengan judul One piece, salah satu anime dengan episode dan volume komik terbanyak.

Baru beberapa halaman dia membaca, ada seseorang yang duduk di sofa yang dekat dengan kaki nya. Aghata melirik sebentar lalu kembali melanjutkan kegiatan membacanya tanpa ingin bertanya kepada makhluk itu. Bukan waktu yang tepat untuk bertanya pikirnya, karena yang dia lihat adalah seorang pria dengan rambut acak-acakan namun malah menambah kadar ketampanan pria itu. Kemeja yang dua kancing paling atas dibuka dan lengan di lipat sesiku. Frustasi sekali.

Tapi kalau dia tidak menyapa takutnya dianggap tidak sopan, apa lagi orang itu lebih tua darinya.

"Sore pak" ucapnya sedikit menurunkan nada bicaranya takut-takut lawan bicaranya tersinggung.

Bram sedikit terkejut, dia tidak menyadari kalau ada Aghata di sekitarnya.

"Sore. Saya masuk dulu" jawab Bram singkat.

Tanpa ambil pusing Aghata kembali membaca komik yang berada di tangannya. Namun Bram kembali lalu menarik komik yang berada di atas wajah Aghata.

"Komik?" ucapnya singkat.

Aghata mengangguk.

"Saya boleh pinjem?" ujar Bram sambil menatap Aghata.

Cepet banget berubahnya dia itu.

"Boleh, tapi jangan yang itu" jawab Agahta sambil menunjuk komik yang di pegang oleh pria itu.

"Kenapa?" tanya Bram dengan satu alis yang tampak terangkat.

"Bapak harus baca dari awal biar bapak tau jalan ceritanya. Ada di kamar saya, bapak ambil aja" jawab singkat Aghata sambil meraih komiknya. Kegiatan membacanya kali ini benar-benar di kacaukan.

Bram tidak menjawab kalimat Aghata lalu dia pergi menuju kamarnya.

"Aneh, cih" umpat Aghata.

Baru satu lembar Agahta membaca komiknya, pintu kembali terbuka. Tidak ada niat untuk melihat siapa yang datang, kalau tidak Salsa pasti Nanda pikirnya karena hanya ada mereka berempat di rumah ini dan dua di antaranya sudah didalam rumah.

Benar saja Salsa datang lalu duduk di sofa yang sebelumnya diduduki Bram.

"Cape banget gue. Lo bayangin masa gue presentasi di kelas sampe sore gini? Gila emang dosen gue, dia mah enak-enakan keluar kota" gerutu Salsa dengan nada ketus tidak ceria seperti biasanya.

Aghata menghela nafasnya kasar, meletakkan komiknya lalu duduk menghadap Salsa yang sedang mengoceh tidak jelas. Nanda yang baru saja datang, langsung mendudukkan bokongnya di sebelah Aghata.

"Gue enggak nemu anak kecil kak" ucapan Nanda membuat Agahta mengalihkan pandangannya ke Nanda dan Salsa yang sedang mengoceh pun langsung diam.

"Emang enggak ada, Nda" jawab Salsa mencoba memberi Nanda pencerahan.

"Kak Agahta suka komik?" Tanya Nanda antusias.

"Iya, gue kecanduan komik gara-gara dulu waktu SMP dikasih komik sama Raka biar gue enggak gabut katanya, eh keterusan" ujar Aghata lengkap.

"Raka?" ucap Salsa dan Nanda bersamaan dengan wajah bertanya-tanya.

"Sahabat gue, kalian belum pernah ketemu. Soalnya sejak kalian disini dia udah di Inggris" jelas Aghata lagi, kenapa semakin di korek semakin sakit? Aghata bertanya kepada dirinya sendiri.

Mereka berdua hanya ber-Oh ria, Untung saja mereka tidak bertanya yang lain-lain lagi. Aghata memutuskan untuk mandi saja, siapa tau dia bisa rileks dan otaknya tidak terus-terusan kepikiran Raka.

Sebenernya Aghata juga ingin bertemu omah Maria, tapi beberapa bulan lalu omah Maria juga menyusul Raka ke Inggris, katanya dia kesepian kalau sendirian. Alhasil sekarang rumah mereka kosong dan Agahta tidak punya siapa-siapa lagi untuk ditanya keadaan Raka yang entah dimana tempatnya.

***
Sebenernya Raka bakal balik enggak sih? Chat nggak, telfon apa lagi.

24 Desember 2020.

AGHATA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang