8. Kenapa Pergi?

949 87 0
                                    

"Kehilangan itu sangat sangat sangat menyakitkan" - Aghata Laskreira

***

Jum'at, pikiran Aghata merencanakan hal yang akan dilakukan nya dihari Sabtu besok.

Siapa sangka Sabtu yang sudah di rencanakan tidak pernah terjadi sama sekali.

Seorang laki-laki berpakaian rapih masuk ke kelas Aghata bersama wali kelas nya, Aghata mengenal laki-laki paruh baya itu.

"Aghata Laskreira" panggil wali kelas XII MIPA 3 dengan mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kelas. Perasaan Aghata tidak enak, dia berdiri dengan tatapan bertanya kepada laki-laki di sebelah wali kelas nya.

Paman Gio hanya menatap Aghata dengan mata uang sendu, sepertinya paman habis menangis tapi pikirnya tapi kenapa.

Aghata dibawa ke ruang BK bersama wali kelas dan paman nya,

"Aghata yang tabah ya" ucap Gio dengan suara yang terdengar bergetar di telinga Aghata.

"Aghata gapapa kok om, ada apaan si?" Tanya Aghata dia penasaran dengan apa yang terjadi sekarang ini.

Gio memeluk Aghata, tanpa alasan Aghata menangis di pelukan paman nya itu,

"Ada apa om? Kenapaa?" Suara Aghata lirih, menyakitkan.

"Mamah sama papah kamu kecelakaan, nyawa mereka ngga bisa tertolong" jelas Gio sambil terus memeluk keponakan nya, takut-takut nanti Aghata berlari tidak tentu arah dan menyelakai diri sendiri.

Aghata menangis sejadi-jadinya hari itu, Fanny masuk ruang BK dengan membawa tas dan barang-barang Aghata.

"Ghaa..." Ucap Fany lirih. Aghata berbalik menatap Fanny sejenak, lalu dia berhambur kedalam pelukan Fanny.

Aghata pulang bersama paman nya ke rumah tempat kenangan-kenangan bersama mamah nya tercipta.

Sepanjang jalan Aghata menangis, dia tidak memikirkan Raka sama sekali bahkan tidak memberi kabar kepada Raka perihal mamah nya.

Sesampainya di rumah, Aghata melihat tubuh orang tua nya sudah ditutupi kain. Hati Aghata hancur sehancur-hancurnya, Hampir semua saudara nya hadir disana, Aghata lemas tanpa sadar tubuhnya ambruk di depan banyak orang.

"Rakaaa!!!" Fany berteriak di depan kelas Raka, seisi kelas menatap Fanny dengan pandangan bingung.

Raka menghampiri Fany di depan pintu,

"Kenapa?" Tanya Raka polos, memang Raka tidak tahu apa yang terjadi.

"Aghata! Lo harus pulang!" Fany menarik nafas sebelum melanjutkan bicaranya.

"Tante Ambar sama om Anton kecelakaan, nyawa mereka nggak tertolong. Aghata butuh Lo ka!" Air mata Fany meyakinkan Raka untuk pulang sekarang juga, persetan dengan pelajaran yang akan dimulai Raka mengambil tas lalu berlari menuju parkiran dan melesat dengan sepeda motor nya menuju rumah Aghata.

Mata Raka menatap sekeliling rumah Aghata, sudah sepi? Pikirnya. Jakarta memang selalu macet dan itu membuat Raka sangat muak to di ibu kota. Raka berjalan menuju pintu rumah Agahta, dia menghampiri seorang pria paruh baya yang sedang mengobrol dengan beberapa bapak-bapak yang tinggal di komplek nya.

"Om..." Panggilnya, sontak pria yang merasa dipanggil menoleh menuju sumber suara,

"Oh Raka, Aghata di kamar nya. Kok baru datang?" Ucap Gio sambil menatap Raka,

"Maaf om, dijalan macet banget" balas Raka merasa bersalah,

"Langsung naik ke kamar Aghata aja, dari tadi dia ngga keluar" perintah Gio langsung ditanggapi anggukan oleh Raka.

Raka berjalan dengan cepat menuju kamar Agahta, tanpa mengetuk pintu dia membuka pintu di depan nya. Dilihatnya gadis yang sangat berantakan duduk menghadap jendela, tanpa aba-aba Raka memeluk Aghata.

Aghata menyadari seseorang membuka pintu kamar nya tapi dia tidak peduli, tiba-tiba tangan kekar memeluknya dari samping.

Entah kenapa dia kembali menangis.

"Ghaaa... Kenapa Lo ga ngasih tau gue? Lo gaboleh ngelakuin apa-apa tanpa gue, Lo gabakal bisa apa-apa tanpa gue, Ghaa" Raka menangis dengan tangan masih memeluk Aghata dengan lembut.

Dia bahkan bisa merasakan kesakitan yang dirasakan sahabatnya itu.

***
Hai hai hai author disini!!!
Dapet feel nya nggak? Maaf ya author masih amatiran soalnya😭

Happy Reading Mina-San!!!

AGHATA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang