Kabar Gembira

120 12 2
                                    


HARI pertama sebagai sarjana dimulai. Kupikir, matahari akan bersinar lebih cerah dan angin berembus lebih sejuk untuk menyambut hari yang baru ini. Tapi, nyatanya semua berjalan biasa saja. Aku bahkan melewatinya dengan bangun siang, itu pun terpaksa bangun karena Mama sibuk memanggilku.

"Kenapa, Ma?" tanyaku begitu keluar dari kamar.

"Tolong jemput Dennis di sekolah, dong, Sof! Mama musti selesaiin setrikaan, nanti sore harus dikirim," sahut Mama.

Baik, mari kita memulai hari pertama ini dengan menjemput adik di sekolah. "Ya udah, aku mandi dulu."

"Nggak usah, cuci muka aja!" sanggah Mama. "Kasihan adik kamu, pasti udah nunggu sendirian di depan gerbang."

Dengan langkah gontai, aku mencuci muka dan mengeluarkan motor dari garasi. Jam menunjukkan pukul dua belas siang, matahari terasa sangat menyengat. Untunglah sekolah Dennis tak terlalu jauh dari rumah kami––omong-omong, dia kelas 3 SD sekarang, seharusnya bocah itu memang mulai belajar naik angkutan umum sendiri.

Tidak seperti dugaan dramatis Mama, Dennis justru sibuk mengelilingi penjual telur gulung bersama teman-temannya. Kulihat bocah laki-laki gembul itu menuangkan saus banyak-banyak ke plastik, kemudian memakannya dengan lahap tanpa memedulikan minyak di bibirnya. Dia hanya belum tahu dari mana asal minyak, saus, beserta micin dari jajanan yang dia makan sekarang.

"Dennis, ayo pulang!" teriakku tanpa turun dari motor. Dennis langsung menghampiriku, kemudian melompat ke boncengan.

"Gimana sekolah hari ini?" tanyaku saat motor melaju.

"Susah," jawab Dennis sambil mengunyah telur gulungnya.

"Kok susah?"

"Dennis nggak ngerti pelajarannya."

"Kalau nggak ngerti, kamu tanya Bu Guru, dong," sahutku. "Terus gimana? Kamu ada PR, nggak?"

Kudengar Dennis mendecakkan lidah. "Banyak banget PR-nya. Yang kemarin aja belum selesai, eh, ini ada lagi."

"Ya udah, nanti begitu sampai rumah, kamu kerjain, ya, PR-nya. Biar bisa dapat nilai bagus."

"Iya, iya."

Namun, begitu motor terparkir di halaman, Dennis justru berlari masuk ke ruang tamu dan menunggu film kartun favoritnya dimulai alih-alih menunaikan janjinya untuk mengerjakan PR. Terserah. Aku hanya menghela napas dan berjalan menuju kamar.

Ketika aku mengecek e-mail, belum ada tanda-tanda pesan masuk dari WMCG untuk menginfokan status lamaranku. Aku memperbaharui laman e-mail berulang kali, tapi hasilnya nihil. 

Akhirnya aku memilih untuk membuka akun LinkedIn. Entah sejak kapan jejaring sosial yang satu ini menjadi lebih menarik bagiku ketimbang Instagram. Ada banyak lowongan beserta informasi tentang dunia kerja yang berguna di sana, meski di sisi lain, tingkat mental yang harus disiapkan untuk membuka LinkedIn jauh lebih tinggi ketimbang Instagram. Kalau kamu iri hanya karena teman-temanmu memosting momen liburannya di Instagram, percaya, deh, kamu akan merasa seperti remahan rempeyek begitu melihat profil orang-orang yang punya segudang prestasi di LinkedIn.

Aku masih sibuk menyempurnakan profilku, sampai beberapa notifikasi muncul di layar laptop. Ternyata, beberapa temanku mulai bergabung di LinkedIn, salah satunya Fay. Mereka memintaku untuk terhubung, aku menerima permintaan koneksi mereka dan membuka profil mereka satu persatu.

Setengah jam kemudian, aku sudah beralih menelusuri profil para pegawai WMCG. Kebanyakan dari mereka adalah lulusan dari universitas luar negeri, meski tak sedikit pula yang berasal dari universitas ternama di Indonesia.

Aku membayangkan betapa bahagianya menjadi bagian dari orang-orang itu. Mereka pasti tipikal pegawai yang memulai harinya dengan secangkir hazelnut latte sambil memantau berita klien dalam koran-koran pagi, menyetir MPV sambil menggunakan kacamata hitam di jalan mulus SCBD, menyemprot parfum mahal di blus atau kemeja slim fit, mengadakan media gathering bersama para wartawan, menghadiri jamuan makan siang dan acara besar klien...

Tiba-tiba, sebuah notifikasi kembali muncul.

Namun, kali ini bukan dari LinkedIn, melainkan e-mail.

Dengan jantung yang bergemuruh kencang, aku langsung membuka pesan yang baru saja masuk itu. Tanganku mulai dingin, aku membaca isi pesan tersebut dengan saksama.


From: Yogi Anggara (yogi.anggara@wmcg.com)

Subject: Invitation to Interview_Junior Consultant

_________________________________________________________

Dear Sofia Prajna Susanto,

As a result of your application for the position of Junior Consultant, we would like to invite you to attend an interview on November 2nd at 9 AM at our office in The Energy Building 17th floor. Please come 30 minutes before.

You will have an interview with the human resources manager and associate consultant. Please bring your CV as well as a copy of cover letter to the interview.

If you have any questions, do not hesitate to contact me. We look forward to meet you!

Best regards,

Yogi Anggara

Human Resources Officer of Walter Martin Consulting Group Indonesia

The Energy Building, SCBD Lot 11A, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53

(021) 29955779 ext 214


Demi Tuhan...

AKU MENDAPAT PANGGILAN WAWANCARA DARI WMCG!!!

"Mamaaa!" Secepat kilat, aku berlari menuju ruang tamu. Mama yang tengah menyuapi makan Dennis, langsung melonjak. "Aku dapat panggilan wawancara dari WMCG!!!"

Mama langsung mengusap dada. "Ya Tuhan, Sofia, Mama kira ada apa."

Aku masih bersorak girang. "Akhirnya, aku bakal jadi pegawai WMCG sebentar lagi, Ma!!!"

"Syukurlah. Ya udah, sana siapin dulu berkas-berkas buat wawancaranya, Sof. Jangan sampai ada yang ketinggalan."

"Siap, Ma!" seruku sembari menari kegirangan. "WMCG, I'm coming!!!"

Melihatku yang heboh sendiri, Mama tak berhenti menampilkan senyum lebar, sedangkan Dennis menatapku heran seakan tengah melihat orang yang kesurupan.

Aku kembali berlari menuju kamar dan membuka lemari pakaianku lebar-lebar. Oke, Sofia, ini adalah kesempatan besar! Tidak semua orang bisa mendapatkan panggilan wawancara dari WMCG, paling-paling sainganku hanya tiga sampai lima orang. Jadi, aku harus persiapkan diri sebaik mungkin!

Aku menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan dan mengeluarkan semua kemeja, blus, dan blazer yang kupunya. Wawancaranya memang masih satu minggu lagi, tapi impresi pertama adalah hal yang penting. Aku harus mencocokkan setelan yang akan kupakai saat wawancara nanti, sebaiknya aku juga pergi creambath satu hari sebelum wawancara berlangsung. Rambutku sepanjang ketiak dan selalu mengembang sampai beberapa temanku berkata aku keramas pakai baking soda. Tapi, demi menjadi pegawai di WMCG, rambut kering ini harus bisa diajak kompromi!

Sembari memilih setelan, mendadak aku teringat sesuatu. Buru-buru, aku meraih ponsel dan membuka kolom chat dari Bas.


Sofia Susanto

Guess who will go to the interview at WMCG next week? :p

Sent at 13.28


Baskoro

WOW, GOOD LUCK! One step closer!!!

Received at 13.32


Fresh Grad [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang