"Ada beberapa jenis pisau, kegunaannya juga tidak sama."----
Setiap manusia memandang dunia dengan cara yang berbeda. Mereka bisa saja mengartikan puisi menjadi makna yang berbeda dan mengambil amanat dari sudut pandang yang berbeda setelah menonton sebuah drama. Tidak peduli mereka berdiri si usia yang sama, berasal dari darah yang sama, tinggal di rumah yang sama, atau kriteria sama yang lain.
Setiap perempuan juga memiliki cantiknya masing-masing, menghadapi masalahnya masing-masing, dan menyelesaikan masalah-masalah yang datang dengan cara masing-masing. Orang bilang, masa remaja adalah masa dimana seseorang masih labil dan terus mencari jati dirinya, masih senang mencari dan melakukan hal yang disukai, dan belajar dari pengalaman-pengalaman yang mereka temui. Jadi, bukankah setiap orang memiliki hak untuk memproses dirinya menemukan siapa mereka?
Harusnya, punya. Sebagai seorang wanodya a.k.a gadis remaja, banyak hal yang harus dilakukan, banyak kepentingan yang harus dijalankan, dan banyak peraturan yang harus diperhatikan. Sebagai seorang gadis remaja pula, ada banyak hal yang harus ditemukan, banyak hal yang harus dipelajari pelan-pelan. Juga, sebagai manusia biasa pasti ada salah dan kelemahan dalam diri seseorang.
Anara tidak pernah memaksa dirinya mencari cara menemukan jawaban pada soal-soal fisika dan matematika, namun ia sudah terlanjur candu, senang mencari buku dan membiarkan kepalanya bekerja lebih keras karena semakin lama soal itu semakin sulit. Anara tidak pernah terpaksa untuk membaca satu buku tebal karena ia tidak akan sanggup jika harus memaksa tubuhnya menari dalam waktu yang lama.
Karena Anara bukan Aruna. Aruna yang mengomel pada tugas matematikanya dan lebih memilih memutar lagu dari sebuah Kpop Girlgroup dan menari di depan cermin kamar yang memantulkan bayangannya. Aruna tidak akan sanggup duduk bersama Anara di kelas IPA dan lebih memilih memainkan pianonya meski harus dalam waktu yang lama.
Anara bukan gadis cantik seperti yang ada di layar kaca, tapi rambut panjangnya yang selalu dikuncir rapi dan mata bulatnya membuat ia tersenyum di depan kaca. Anara tidak sama seperti anggota girlgroup yang dia contoh tariannya, tapi Anara senang melihat tubuh tingginya menari di depan cermin. Ia senang ketika ia memakaikan sebuah bandana sebagai aksesoris untuk rambut sebahunya.
Anara bukan Aruna yang piala lombanya menumpuk dan videonya dilihat ribuan orang. Aruna bukan Anara yang mengoleksi piala hasil olimpiade yang menguras pikiran.
"Kamu kok ga seperti Anara?"
"Kamu kok berbeda dari Aruna?"
Sebenarnya jawabannya hanya satu, karena mereka bukan satu sama lain. Mereka adalah dua gadis remaja yang berbeda. Tidak peduli mereka memiliki bentuk hidung dan bibir yang sama, tidak peduli mereka berasal dari keluarga yang sama. Karena status kembar bukan hal yang harus menunjukan bahwa seluruh dari mereka sama.
Maka jangankan yang berbeda jauh, yang kembar saja bisa menjadi dua kutub yang berbeda.
Tapi, dunia itu memiliki penutup telinga paling ampuh.
Orang-orang lebih suka membaca berita tidak pasti daripada menelaah lebih jauh atau mencari sumber yang lebih valid.
Orang-orang lebih suka membicarakan orang lain daripada mengenalnya.
Memangnya dua benda diciptakan dengan fungsi yang sama? Bukankah dua tanaman tumbuh tidak dengan persis dengan yang lainnya?
Bahkan jangan bilang, mereka ingin sepasang anak kembar juga jatuh pada lawan main yang sama?
Tentu tidak. Dan Anara maupun Aruna tau ia harus menunjukan pada dunia karena mereka tidak bisa membungkamnya.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanodya
Teen FictionBagi Anara, Aruna itu luar biasa. Baik parasnya, bakatnya, maupun sikapnya itu melebihi kriteria sangat baik. Aruna itu nyaris sempurna, punya banyak hal yang ia tidak punya. Terlalu berat untuk menjadi seperti Aruna. Bagi Aruna, ia terlalu lemah u...