🌿 11. Another sad day

62.3K 1.9K 35
                                    

Pandanganku terkunci pada ricuhnya kota Seoul yang bisa kulihat dari atas sini, tepat aku memeluk lutut di ranjangku menghadap kaca besar yang membatasi.

Hampir satu minggu aku terdiam di apartementku, bahkan posisi koreo yang seharusnya ngelatih member aku serahin ke lead dance.

Bahkan setelah kejadian di apartement Naeun, Jaehyun bener bener ilang, dia sama sekali nggak meduliin kondisiku apalagi aku hiatus dari latihan. Bisa bisanya nggak nyariin, berharap? Iyalah berharap, secara dia mempermainkan perasaanku bahkan tubuhku.

Disaat seperti ini yang mondar mandir di apartementku buat ngingetin aku makan dan aktivitas adalah orang yang nggak pernah aku harapin. Hyunjin, yakin banget dia tu masih ada sisa perasaan ke aku makanya dia masih sempet perhatian kaya gitu. Gabakal Je, aku gabakal balik sama dirimu, lagian kan dia udah punya pacar lagi. Mungkin dia tu cuma nunjukin sisi perhatiannya aja ke aku.

Lah iya ya? Kenapa si Haje yang mondar mandir dihidupku akhir akhir ini. Jadi keinget Jaemin yang biasanya hampir setiap sore dateng kesini buat masakin atau ngajakin makan malam.

Semenjak terkahir kali dia ngungkapin perasaannya ke aku langsung ilang, kita nggak ada ngomong sama sekali. Atau mungkin aku terlalu fokus ke si bangsat Jaehyun?

Kenapa semakin kesini gua semakin bodoh, kenapa gua harus ngejar orang yang gajelas kaya si Jay. Dan, Jaemin yang dari awal selalu ada buat gua bener bener gua lupain tanpa sebab.

Rasa bersalah semakin menguasai perasaan, mungkin ada baiknya kalau aku ke dorm dreamies kali ya? Lagian udah lama ga asik asikan sama mereka.

Dahiku berkerut menandakan diriku sedikit berpikir tentang keadaan dreamies. Kenapa? Ada apa dengan mereka? Baru sadar kalau aku sama mereka akhir ini minim interaksi banget.

Arrrggggghhh! Semua ini tu gara gara si bangsat Jaehyun! Lagian dia kelainan atau apa sih? Yakali dia seenaknya bikin gua mabok permainannya, tapi dia punya sesuatu yang disembunyiin dari gua terkait Naeun. Apasih bacot! Katanya Naeun yang suka Jay, lah napa dia sepeduli itu anjing! Ah taulahya makin pening pala gua mikirin si aneh Jaehyun.

Huhhh... aku berusaha menarik nafas panjang lalu kuhembuskan dengan mulut. Dahlah mending ke dorm dreamis aja.

Aku berusaha untuk tersenyum di setiap langkahku sebelum terhenti tepat didepan pintu unit nomer 304 lantai 8, Berharap kembali ke jalanku walaupun entah nanti apakah aku masih tersesat.

"Haha.. dah puas lu? Baru inget sekarang sama orang yang peduli banget sama hidup lu?"

Seseorang tiba tiba keluar dengan tatapannya yang dalam diiringi dengan smirknya berhasil membuatku mundur beberapa langkah sebelum aku masuk ke dorm dreamies.

"Maksut lu apa sih? Serem amat jadi orang"

Awalnya aku kira dia bercanda tapi setelah melihatnya langsung beranjak pergi setelah menerima respon dariku membuatku berpikir jika ada sesuatu yang tidak beres.

"Lee Dong Hyuk!"

Aku berteriak memanggil namanya ketika dia menjauh pergi dariku, namun tiba tiba jari tengah yang kudapatkan.

Ini bener bener ada yang nggak beres, sejail apapun sejengkelin apapun Haechan gapernah sekasar ini.

Aku bergegas masuk untuk segera memastikan keadaan, namun dihadang dengan seseorang lagi dengan tatapannya yang tak kalah tajam dari Haechan. Dia tidak menatapku tapi terlihat pandangan kebecian yang sebenarnya tertuju kepadaku.

Apa aku ada salah? Kenapa? Kenapa mereka tiba tiba bersikap seperti ini? Kemana mereka yang sangat menyenangkan seperti sebelumnya?

Posisiku tidak berubah, aku masih bungkam karena bingung dengan keadaan yang aneh. Dia juga tetap diam didepanku, sepertinya dia menungguku bersuara terlebih dahulu.

"Jen lu gapapa kan?"

Dengan smirknya dia merespon perkataanku dan akhirnya dia menatapku, namun bukan ini tatapam yang kuharapkan. Ini bukan tatapan puppy Jeno seperti biasanya, ini benar benar tatapan kebencian.

"Lu butuh apa kesini? Sebenernya kita ganerima orang yang datang pas butuh doang"

"Emang gua kelihatan kek gitu ya Jen?"

Kekacauan perasaan dan pikiranku karena si bangsat Jaehyun bener bener masih kerasa, ditambah Jeno yang berkata seperti itu membuat perasaan dan pikiranku hampir mati rasa.

"Oh enggak? Maksut gua kita ganerima penghianat kek elu?"

Haha apalagi omong kosong yang dia omongin? Aku masih bisa menahan air mata agar tidak lolos menetes, namun mataku tidak bisa berbohong untuk tidak menampakkan kesedihan yang dalam. Namun tetap aja Jeno nggak akan paham.

"Gua gatau persis permasalahan kalian berdua. Gua tau lu nolak Jaemin, semenjak itu dia berantakan dan semakin berantakan."

Kepalaku pusing, badanku lemas ketika mendengar pernyataan tentang Jaemin dari Jeno. Oke gua beneran bodoh bodoh banget. Gua pikir dia bahkan mereka baik baik aja, tapi gua seenaknya mengabaikan dia demi ngejar orang lain.

"Berapa lama lu mengabaikan Jaemin? Bahkan kita. Lu tiba tiba berubah Nara..."

Belum selesai Jeno ceramah, aku langsung nerobos masuk dan berdiri di depan kamar Jaemin. Aku tau ini bukan hal yang mudah membujuk Jaemin ketika dia merajuk.

"Jaeminiii...."

"Kamu didalam? Kamu denger aku kan?"

Kantung mataku sudah tidak bisa membendung air mata lagi, aku terus menggedor pintu kamar sembari memanggil namanya. Dia denger kok, dia tau aku disini, dan aku tau dia berusaha nggak peduli.

"Jaeminiii.... aku mau ngomong bisa kan? Bukain pintunyaaa plisssss"

Aku terus memohon dengan kalimat yang berbeda beda namun hasilnya tetap nihil, hingga membuat diriku semakin memberontak.

"Jaeminnnnnnn! Plisss bukain gua mau ngomong!"

"Jaemin gua minta maaf pliss jangan giniin gua, gua gabisa pliss Jaemin maafin gua, Jaemin plisss keluarrrr"

Tanganku mulai terasa sakit karena terus menggedor pintu kayu, dadaku sesak karena terus terisak, ragaku tak berhenti memberontak memohon kepada Jaemin.

—————

Emmmhh sepertinya mataku lebam karena terlalu banyak mengeluarkan air mata, aku masih berusaha memfokuskan pandanganku. Punggungku sakit, ternyata tulang punggungku menjadi tumpuan sandaranku pada dinding karena aku menunduk memeluk lutut.

Hah? Jadi aku ketiduran dengan posisi duduk dilantai, sandaran dinding dan meluk lutut? Ohh aku ingat. Berapa menit yang lalu, menit? Enggak! Tepatnya berapa jam yang lalu aku merengek dan berontak agar seseorang dibalik pintu tepat disampingku keluar.

Ahhh! Aku berusaha berdiri, namun terasa ngilu di tulang punggungku. Oh benar benar kenapa aku selalu kalah dengan permainan laki laki. Sekarang jam 11 malam, aku disini 2 jam lebih, percumah lah Mau aku berusaha gimanapun kalau Jaemin mode gapeduli dia bakal gapeduli sama sekali.

"Jemini.. lusa aku kembali ke California. Ada banyak hal yang harus aku kerjain terkait studyku. Ingat kan satu semester lagi aku lulus"

Sengaja aku berhenti berbicara, berharap ada respon dari Jaemin.

"Aku nggak tau kapan bisa balik ke Korea, kemungkinan terburuknya aku bakal mutusin kontrak sama agensi kalian dan fokus sama studyku. Aku harap kamu selalu sehat dan bahagia"

Oke, sepertinya aku hanya menyia nyiakan waktuku disini dengan harapan yang mustahil terjadi. Memang tujuan awalku datang kesini untuk menyampaikan salam perpisahan dan berharap bisa bersenang senang diwaktu ini sebelum aku kembali ke negaraku.

About J | Jung Jaehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang