"Waktu ranting mengalami patah, pohon memang kehilangan bagiannya. Tapi pohon itu tidak hanya memiliki satu ranting. Sama hal nya tangga menuju mimpimu, jika ambruk sekali masih banyak tangga lain. Kalau patah, tumbuhkan lah lagi." - Saat kakak laki-laki sulungnya- Malaka Prawidja berhasil menggapai tujuan terbesar dalam hidupnya untuk dipersembahkan pada Ibu ; Kahiyang tahu bahwa yang akan dipecut asa berikutnya adalah ia. Bukannya Kahiyang tidak suka atau merasa terpaksa, sebab mempersembahkan keberhasilan pada Ibu juga merupakan tujuan ia hidup. Hanya saja, sampai Lily Desember bermekaran menghabisi penghujung usia 20 tahunnya ; Kahiyang belum juga dapat memenangkan apapun yang bisa dibanggakannya di depan Ibu dan keluarganya. Entah sudah berapa banyak waktu yang sudah ia habiskan untuk mengejar asa dari bakat yang paling dibanggakannya. Tapi tetap tidak ada hasil yang memuaskan. Kahiyang benci, jika menyadari bahwasanya suatu saat nanti bisa saja usaha mati-matiannya di masa muda hanya menjadi sejarah hidup belaka untuk diceritakannya saat sudah menjadi istri dari seorang pria. Cangkir teh kembali ia isi, terus menerus sampai ada kemungkinan bahwa teh dalam cangkir itu bisa melelehkan cangkir yang menampungnya.