28 parts Ongoing 'Dasar mesum! Aku bahkan gak pernah mikir ngasih keperawanan aku sama, Om!' umpat Aruna jengkel.
Bola mata Dewandaru membulat dengan umpatan Aruna. Pipinya memerah padam. Bahkan matanya berwarna merah menyala.
"Tidak berniat memberikannya padaku? Lalu pada siapa kamu berniat memberikannya?" tanya Dewandaru kesal dan tersinggung.
'Ya pada orang yang aku cintai, Om!' balas Aruna. Meski bibirnya bahkan tak bergerak dalam berucap, tapi Dewandaru dapat dengan jelas mendengar isi hati Aruna.
"Orang yang kamu cintai? Lalu aku siapa bagimu, istriku!?" sungutnya setengah murka. Meski sekuat tenaga Dewandaru menahan amarahnya, tak ingin mengotori malam pertamanya dengan amarah.
'Siapa om, bagi aku? Mana aku tau! Yang jelas, om bukan orang yang aku cintai!' jawab Aruna blak-blakan. Komunikasi keduanya cukup lancar meski jawaban yang diberikan oleh Aruna melalui umpatan batinnya.
Rasa kesal dengan jawaban Aruna benar-benar naik ke ubun-ubun Pangeran Dewandaru. Dengan berang, Dewandaru pun membuka kasar pakaian adat pengantin yang dikenakan oleh Aruna.
"Akhhh!" jerit Aruna berteriak dengan suara keras dan lantang. Ia benar-benar ketakutan dengan aksi Pangeran Dewandaru yang melucuti pakaiannya satu persatu secara paksa.
Mata Aruna terbuka seraya tubuhnya refleks terbangun dari ranjangnya. Gadis itu mengerjap lalu melihat ke arah tubuhnya. Utuh. Aruna saat ini tengah memakai baju tidur yang lengkap, yang semalam dikenakannya.
"Syukurlah cuma mimpi!" ucapnya pada diri sendiri.
Ia pun bergegas untuk beranjak dari tempat tidurnya. Namun matanya hampir saja melompat dari kelopaknya saat dirinya melihat sebuah cincin pernikahan yang tersemat melingkar di jari manisnya. DEWANDARU. Cincin itu mengukir sebuah nama yang ia dengar dari seorang pria yang mengenalkan nama di mimpinya.
Untuk beberapa saat gadis itu menahan napasnya beberapa detik. Tubuhnya kaku. Bukankah semalam hanya mimpi?
Garut perbatasan, 30 Oktober 2021
By Juwita Abdillah