21

5.8K 545 15
                                    

Satu minggu kemudian.
Daddy Arnod merasa sedih karena ia harus berpisah dengan putri tercintanya. Dia harus kembali ke Italia dan melanjutkan pekerjaan. Padahal ia masih ingin bersama dengan putrinya.

Berkali-kali ia menghela nafas dan merasa berat untuk meninggalkannya. Dia selalu berpikir semua kesalahannya menjadi seorang ayah yang tak berguna.

"Putri ku maafkan Daddy."

"Daddy selalu meminta maaf pada ku. Maka dari itu aku akan memaafkan Daddy." Selena tersenyum. Ia pun memeluk Daddy Arnod.

"Jaga dirimu baik-baik." Daddy Arnod mencium kening Selena berulang kali.

"Daddy juga, aku titip mommy dan kakak."

Daddy Arnod mengurai pelukannya, dia mencium kedua cucunya dengan bergantian.

Setelah itu, dia pun masuk ke dalam mobil yang akan mengantarkannya ke bandara. Selena terasa berat namun ia harus menjalaninya sendirian. Alangkah baiknya jika ia bersama dengan seseorang yang menemani hari-harinya.

Mengingat hidupnya yang terasa sepi, ia pun bergegas masuk ke dalam. Tanpa dia sadari seorang pria turun dari mobilnya dan menuju ke penjaga gerbang.

Penjaga gerbang pun membukakan pintu, dia mengantarnya masuk ke dalam dan memberitaukan pada wanita setengah baya.

"Nyonya katanya ada tamu, dia teman nyonya," ucap seorang wanita setengah baya.

"Teman ku?" Tanya Selena. Setaunya, tidak ada satu pun orang yang mengetahui keberadaannya kecuali kedua orang tuanya. Dia pun bergegas keluar sambil menggendong Kenzo.

"Siapa?" Tanya Selena. Dia hanya melihat bahu pria itu yang membelakanginya sambil duduk di sofa.

Deg

Melihat postur tubuhnya, tentu saja Selena merasa kenal. Bibirnya bergetar jantungnya terasa berhenti berdetak. "Ka-kau,"

"Ini aku Selena mantan suami mu."

Selena memeluk erat Kenzo ia merasa pria itu mendatanginya ingin mengambil kedua anaknya. Pria itu seakan mengatakan bahwa dirinya telah menemukan sesuatu. "Apa mau mu datang kesini? Aku sudah tidak memiliki urusan dengan mu," ucap Selena dengan nada dingin.

"Aku ingin kau mengakui sesuatu."

Pria berjas hitam yang tak lain sekertaris Jhonatan menghampiri Selena. Dia memperlihatkan sebuah vidio dan pengakuan seorang dokter.

"Kau tidak bisa mengelaknya."

Selena memejamkan kedua matanya. "Mereka memang anak-anak mu, tapi jangan ambil mereka dari ku."

Jhonatan menunduk, kemudian menarik dalam nafasnya. Dengan langkah lebar ia menghampiri Selena dan memeluknya. Jantungnya terasa berhenti berdetak, semua kesalahannya tidak bisa di maafkan. Seharusnya ia mempertahankan Selena, tapi ia takut bahwa ia mengikat Selena akan membuat penderitaan dua kali baginya.

"Maafkan aku Selena. Aku tidak menuntut mu untuk memaafkan aku, tapi aku ingin kau tidak menjauhkan diri ku dengan anak-anak ku. Aku ingin menjadi sosok ayah baginya."

"Cukup!" Selena merasa keberatan. Ia tidak ingin putranya jatuh pada Julia. "Kau sudah punya Julia, kenapa kau tidak memiliki anak darinya? Bahkan aku tau dan mengerti suatu saat nanti kau akan memiliki anak dengan Julia dan melupakan anak-anak mu dari ku. Bukankah aku selama ini menjadi wanita yang paling kau benci?"

Jhonatan menatap dalam kedua netra Selena yang mengobarkan api kebencian padanya. "Aku memang membenci mu, tapi kaulah alasan penyesalan terdalam ku Selena. Aku tidak ingin kejadian masa lalu terulang."

Jhonatan merasa lalai menjadi sosok ayah. Ia tidak ingin melihat Selena terbujur kaku dengan anak di dalam rahimnya. Bahkan saat di masa lalu Julia hamil pun ia meragukannya. Ia tidak tau jika Selena menghubunginya dan mendengarkan perkataan Julia, tapi semua itu terlambat.

"Lupakan kami, kau bisa memiliki anak dengan Julia. Kau bisa pergi."

Benih Rahasia Mantan Suami Yang Kejam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang