1

23.7K 889 5
                                    

"Yang punya aplikasi Fizzo, suka reinkarnasi dan transmigrasi, suka konflik mampir ke cerita ku kak dengan nama pena sayonk_29 atau ketik saja cerita baru ku "Transmigrasi Istri Lima Pria"

"Dad, Mom!" teriak Selena. Ia melihat rumahnya terbakar dengan api memerah seakan api memiliki kemarahan. "Mommy!"

Ia menggelengkan kepalanya, ia tidak percaya ayah dan ibunya berada di dalam.

Ia berlari ke arah pintu, namun pintu itu sudah di lahap oleh api. Ia melihat kanan dan kiri, ia berlari ke pintu samping, lagi ia melihat pintu samping dan jendela di lahap oleh api. Ia pun mencari pintu lainnya dan jendela lainnya namun ia tidak melihat celah. Semua pintu dan jendela berkobar.

Ia jatuh dengan terduduk lemas di atas rumput hijau itu. Ia berharap langit menurunkan hujannya, kedua orang tuanya berada di dalam. Baru tadi ibu dan ayahnya meminta tolong. Kedua orang tuanya di bunuh oleh orang yang tidak di ketahui. Bahkan kakaknya kemarin meninggal karena sebuah kecelakaan.

"Tidak!! Mom Dad." Sekalipun urat lehernya terputus ia akan tetap memanggil ayah dan ibunya. Ia meneguk ludahnya susah payah, ia mengambil sebuah batu dan melemparkannya ke arah jendela hingga kaca itu pecah. Ia melangkah ke arah jendela dan tangannya ia masukkan ke kaca yang pecah itu, ia tidak peduli sakit dan perihnya akibat tusukan dari sisa kaca yang masih menempel itu.

"Mommy, Daddy!" teriaknya.

Ia tidak tau harus berbuat apa lagi. Air matanya terus mengalir dan tak ingin berhenti, ia sangat takut kehilangan orang tuanya.

"Jhonatan." Ia menghubungi Jhonatan dan darah yang mengalir sebelah tangannya.

"Jhonatan aku ..."

"Hallo, ini aku Julia. Jhonatan sedang tidur. Ya sudah aku tutup dulu Selena, aku minta maaf karena tidak berani membangunkan Jhonatan." Tanpa menunggu perkataan Selena, Julia memutuskan panggilannya.

Ponsel Selena jatuh ke lantai, ia pun mencari-cari ibu dan ayahnya, namun sama sekali tak menghasilkan apa pun. Tubuhnya jatuh ke tanah, ia menekukkan kedua lututnya dan menangis dengan hati yang begitu perih melihat rumahnya terbakar dan kedua orang tuanya masih berada di dalam.

"Mommy!" Seandainya saja ia tidak memaksa kedua orang tuanya tinggal di rumah neneknya dan jauh dari keramaian kota hanya demi Jhontan. Seandainya saja ia tidak egois, ia tidak akan melihat kedua orang tuanya berada di dalam.

"Daddy!"

"Mommmy!!"

"Arkh!!"

Api di depannya semakin berkobar, ia memukul tanah di depannya dan mengacak-ngacak tanah itu. Kini sebuah penyesalan yang tak kan pernah ia lupakan. Bayangan demi bayangan saat bersama dengan kedua orang tuanya bagaikan kaset berputar namun hancur berkeping-keping. Semua salahnya yang egois, yang selalu melakukannya hanya demi Jhonatan.

"Jika pun aku harus mati, maka aku harus mati bersama kedua orang tua ku."

Tanpa berbikir panjang, ia menuju ke arah pecahan kaca yanh ia pecahkan tadi. Ia pun menggores lehernya hingga darah segar itu mengalir deras.

Tubuhnya melemas dan jatuh ke lantai, air matanya merembes keluar. Ia tidak memiliki siapa pun di dunia hanya bergantung kepada kedua orang tuanya, kini orang tuanya sudah meninggal. Ia tidak memiliki siapa pun lagi. Ia berharap hanya dirinyalah anak yang bodoh di dunia yang mengabaikan kedua orang tuanya hanya demi seorang pria yang tidak mencintainya.

Seandainya ia hidup kembali, ia ingin menuruti semua permintaan kedua orang tuanya tanpa memikirkan keegoisannya.

Tik

Tik

Tik

Urat di dalam tubuhnya seakan di tarik keluar, di paksa hingga tubuhnyq terasa sakit dan panas. Kedua matanua sangat berat untuk di buka. Tubuhnya seakan di tarik oleh ribuan tali.

Hah

Hah

Hah

Kedua netra cokelatnya terbuka lebar. Nafasnya terasa panas, dadanya terasa nyeri. Tubuhnya terasa di banjiri oleh keringat.

Ser

Ia menoleh, angin menerpa tubuhnya. Kedua matanya mengedarkan pandangannya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh, bukankah ia sudah meninggal, tapi ia merasa berada di kamarnya. Apakah ada seseorang yang menolongnya.

"Nyonya sudah bangun." Seorang maid melangkah ke arahnya sambil membawa teko air. "Nyonya minum dulu?"

Selena merasa bingung dengan keadaannya, lantas ia bertanya. "Elia apa kau menolong ku? bagaimana dengan kedua orang tua ku? Siapa yang menolong mereka?" Selena mengguncang tubuh Elia.

"Aku harus bertemu dengan mereka," ucap Selena.

Elia merasa bingung dengan pertanyaan nyonya mudanya. Ia berpikir majikannya sedang bermimpi yang menyeramkan hingga membuat raut wajahnya sangat khawatir. "Apa maksud Nyonya."

"Nyonya Helena dan Tuan Arnod sedang berada di langtai bawah. Mereka menginap di sini karena khawatir nyonya demam."

"Demam?" Selena pernah demam sebelumnya dan kedua orang tuanyalah yang merawatnya.

"Nyonya muda selamat, nyonya muda hamil."

Bagaikan di sambar petir di sing bolong. Mulutnya menganga dengan lebar, ia tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Elia. "Tidak mungkin."

"Dokter mengatakan sudah tiga minggu nyonya hamil."

Ceklek

"Selena sayang." Sepasang suami istri setengah baya itu masuk dan menghampiri Selena.

"Sayang kau sudah sadar, syukurlah. Mommy sangat takut kehilangan mu. Mommy takut ada apa-apa dengan mu."

"Iya Selena, Daddy sangat takut terjadi sesuatu. Untunglah Elia menghubungi kami."

Air mata Selena mengalir deras, ia melihat kedua orang tuanya lagi. Ia melihat wajah orang yang selalu mencintainya dan menyayanginya.

"Mom, Dad Selena menyayangi kalian, Selena mencintai kalian."

Helena mengerutkan keningnya, ia melirik suaminya dan pria itu tersenyum. Ia pun memeluk mereka.

"Daddy dan Mommy juga menyayangi mu sayang," ucap Arnod.

"Sayang selamat kau hamil, kini kau menjadi seorang ibu."

Air mata Selena semakin deras, anak ini bagi Jhonatan sebuah kesalahan. Dia yang menjebak Jhonatan hingga terjadilah malam itu. Selama satu tahun Jhonatan tidak pernah menyentuhnya hingga sebuah ide gila muncul. Saat Jhonatan menyentuhnya, pria itu justru menyebutkan nama Julia.

"Mommy, Daddy, Elia siapa saja yang tau tentang kehamilan ku?" tanya Selena sambil mengurai pelukannya.

"Apa Jhonatan tau?" tanya Selena.

"Tidak, Daddy menghubunginya tapi dia tidak mengangkatnya."

Selena merasa senang, setidaknya Jhonatan tidak tau tentang kehamilan. "Mommy, Daddy, Elia, aku mohon jangan mengatakan pada siapa pun tentang kehamilan ku, termasuk Jhonatan."

Ketiga orang itu terkejut, bukankah Jhonatan harus tau dan seharusnya Selena merasa senang karena sedang mengandung anak Jhonatan.

"Kenapa? Apa Jhonatan pria brengsek itu mengatakan sesuatu pada mu? Apa dia berbuat kasar?"

Selena menggelengkan kepalanya. Ia sudah lelah mengejar cinta Jhonatan dan ingin menyerah, ia hanya fokus pada kedua orang tuanya. Ia merasa bersalah karena ayahnya pernah memohon pada Jhonatan deii dirinya bahkan ayahnya berbohong pada Jhonatan tentang pembunuhan kedua orang tuanya. Sampai sekarang ayahnya tidak mengetahui siapa pembunuh kedua orang tua Jhonatan.

"Aku ingin kembali ke kota, aku tidak mau di sini. Jhonatan juga tidak bersalah dan aku yang salah karena aku sudah mengganggunya. Aku menyerah atas pernikahan ini Dad, Mom, Elia. Jadi aku ingin berpisah dan aku berharap kalian tidak mengatakan apa pun pada Jhonatan kalau aku sedang mengandung."

Ia tidak ingin Jhonatan tak mengakui anaknya di depan kedua orang tuanya yang pada akhirnya membuat kedua orang tuanya sakit hati, biarlah ia pendam rasa sakit hati ini seorang diri.

===> mampir ke cerita ku, "Malam kelam istimewa dengan tiga mantan suami" atau klik saja profil ku.
==>

Benih Rahasia Mantan Suami Yang Kejam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang