Sindrom kecanduan angst

785 43 11
                                    

Keknya jadi hal yg lumrah ya bagi setiap orang buat menginginkan akhir bahagia dalam media cerita bentuk apapun, entah itu Webtoon, drakor, novel, fanfic. Nah tak alahnya gue pula.

Gue ini budak fluff happy end, yang selalu menghindari tirani tag angst di ao3 atau wattpad. Jujur, terkadang gue penasaran untuk membaca cerita dimana ship gue di luluh lantakan dan karakternya ditampar dan dirajam siksa author dengan cipratan realisme yang pait kek ketek.

Kalau pun gue harus baca angst, cerita tersebut harus berakhir bahagia.

Sampai...

#angstweek

BANGSAAAAAAT

Dimana mata gue berlabuh disana pula angst nongol, menghantui dan ngikutin gue kek makhluk halus. Ngintilin gue dari ao3 ke youtube, ke twitter, ke Instagram sampai ke pinterest. HAYATI CAPEK!.

Setiap online gue selalu disambut konten berlinang air mata, dan yang bikin frustasi adalah GUE TERTARIK.

Akhirnya keperawanan angst gue harus berlayar.

Gue akhirnya menyerahkan diri ke maha kuasa *coret* ke rangkulan tuhan *coret* ke rangkulan author angst. Dengan segenap rasa takut akan hal yang menyambut gue, gue pun memberanikan diri untuk menginjak dunia baru. Dan...

1 fanfic

2 fanfic

3

4

5

6

Ini yang keberapa? Eh?!

12

23

Dengan itu terjerumus lah gue ke liang genre baru yang depressing. Air mata gue meluap-luap setiap hari bagai air mancur taman sri baduga. Tapi apa gue stop? Kagak!.

Mood board gue setiap hari:

 Dan dengan hobi baru gue buat menangis tiga hari tiga malem kek orang kondangan, gue pun membangun mental

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan dengan hobi baru gue buat menangis tiga hari tiga malem kek orang kondangan, gue pun membangun mental.

Dari banyaknya angst ff dan komik yang gue baca pada akhirnya gue memberanikan diri menghadapi musuh gue yang selama ini gue hindari dan jauhi. Satu piece media yang gue sendiri nggak berani selesaikan.

 Satu piece media yang gue sendiri nggak berani selesaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banana fish...

Gue tau, gue tau... payah banget ya?

LO NGGAK NGERTI PENDERITAAN GUE! jadi ini cerita punya sejarah.

Pas gue smp gue suka buka website ilegal buat baca manga, gue pas smp adalah jiwa tak suci yang rapuh. Gue paling lemah sama yang namanya bad end atau angst.

dihari yang gue kira biasa-biasa aja gue buka lah website ilegal tadi di hape iphone 6 yang kalo lu salah nafas dikit aja force close, Duduk rapi lipat tangan diatas kasur sambil nyemil emping dari toples wafer.

Gue juga bukan seorang pembaca yang baik, sering kali gue harus membaca manga sampah picisan hanya karna satu hal

GUE NGGAK SUKA BACA TAG DAN SINOPSIS

bagi gue dulu tag yang terpenting adalah hadirnya tag yaoi, shonen ai, BL atau BXB sisanya sampah.

Setelah menscroll cukup dalam gue melihat cover dengan warna cerah dengan karakter yang kyut kyut.

BANANA FISH

Judulnya membuat gue mengerutkan dada eh dahi. Tapi gue sabodo amat dan mulai membaca. Agak kaget saat gue disambut dengan tema yang cukup "berat" untuk manga dengan judul ikan pisang.

Setelah beberapa chapter gue mulai merasa deg degan, dada gue bergetar dengan getaran cinta atau lebih tepatnya lagi getaran ketakutan.

Dinamika ash dan eiji membuat gue gemes dan seperti rambut wong yang jadi botak kek dedi kobujer gue jatuh cinta dengan mudahnya. Tapi entah mengapa, ada yang aneh entah energi makhluk halus yang memperingati gue akan incoming depression atau emang gue punya deduksi hebat.

Gue merasa kaya ada yang bakal mati...

Dan gue nggak salah, setelah kematian pertama yang bikin gue shock, gue terlalu takut buat lanjutin ceritanya dan akhirnya banana fish gue kubur dalam dalam di memori.

Sampai...

Gue hidup aman dan tentram melupakan trauma cerita tentang ikan pisang, dan membuka twitter untuk melihat siapa lagi yang cancel. Hanya untuk melihat

#BANANAFISH trending

Tydaaaaaaaaacccccck, manga nya diadaptasi jadi anime.

Rasa penasaran gue dikalahkan oleh PTSD dari berapa dahsyatnya gue terguncang dari manga yang gue sudah kubur dalam-dalam. Melihat warga twitter tampak mengularkan radiasi ekspresi yang hampir sama dengan gue, gue pun memilih untuk menghindari luka lama yang bikin gue nangis kejer sehari semalem dan mogok makan kek orang sakit gigi.

Tapi dengan mental yang gue bangun dari puluhan angst yang harus gue telan dari #angstweek gue merasa gue pada akhirnya ready untuk menamatkan musuh bebuyutan gue.

Rasanya bagai protagonist anime yang dihajar habis-habisan oleh musuhnya lalu berlatih dan memperkuat diri pada training arc. Hingga pada akhirnya harus berhadapan lagi.

Namun bedanya adalah...bahkan setelah 2 tahun animenya keluar, gue overestimated my own training.

Prayer X bersenandung selama mata gue bengkak dan nafas gue bengek, gue dapat mengalahkan ketakutan terbesar gue dengan HP 0,1 tersisa dengan tenggorokan gatel habis tereak-tereak dan nangis kenceng banget.

Besoknya gue sakit...gue nggak becanda.

Gue beneran kena pilek dan demam cukup tinggi, gue pun kena gejala paranoid korona tapi syukurlah nggak.

Setelah battle besar pada hari itu, gue puasa angst selama hampir 2 bulanan. Dan harus diberi asupan fluff dua menit sekali, untuk mengisi energi dan memperbaiki hati gue yang hancur berkeping-keping.

Meski gue bukan angst addict, gue merasa cukup bangga untuk berani step out of my comfort zone once in while sometimes. Meski nggak bisa sering-sering. Tapi gue sekarang paham daya tarik angst yang sering diagung-agungkan oleh fandom.

Tapi...apakah angst lebih baik atau buruk dari fluff atau romansa lain? Jawabannya nggak dua duanya.

Meski fluff bikin kita terbang keawan dan merasa happy dan content seharian, terkadang baca angst bisa bikin kita lebih bersyukur. Iya bersyukur, bersyukur karena ada yang hidupnya lebih apes dari kita.

-Love author

I'm fujoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang