Sebuah pangkuan

17 4 0
                                    

Biasakan follow sebelum baca✨
Jangan  lupa VOTE AND COMMENT yah🖤
Happy reading,guys 🖤

•••

" Yaudah ayo ikut gue." Sembari memegang tangan anggi.

" Mau kemana sih? Di sini view nya juga udah bagus kali." Protes anggi

" Sutttt... Bawel bet, udah ngikut aja napa sih." Tegas juang.

Mereka pun berjalan melalui semak-semak teh setinggi perut, yang begitu hijau dan rimbun. Mereka berjalan di antara riuhnya daun-daun yang belum di petik.

" Ayo cepet dikit lagi."

" Bisa tenang dikit ngak sih jalannya? Cape tahu." Rewel anggi.

Mereka sampai di tatanan kayu, mereka berjalan menaiki bidak tangga yang begitu cantik. Hingga akhirnya mereka pun sampai di papan kayu teratas.

" Ta daaa......" Sambut juang

Anggi speechless, melihat pemandangan kebun teh dari atas sana. Ia terpukau atas apa yang ia lihat.

Anggi mulai berjalan maju beberapa langkah, kemudian  menghirup udara segar itu dalam-dalam.

Tiba-tiba juang menghampiri anggi dari belakang, lalu meletakan tangannya di mata Anggi.

" Coba deh sambil merem, bayangin lo lagi ada di suatu tempat yang paling nyaman yang pernah lo datengin." Sambil meletakkan tangannya dan menutup mata Anggi.

Anggi mulai mencoba, ia menarik nafas, lalu mulai merasakan udara yang masuk ke dalam paru-paru dengan begitu nyaman.

Ia mulai membayangkan berada di suatu tempat bersama ibu. Ia tertawa bersama ibu. Lalu tiba-tiba ia melihat sesosok laki-laki di dalam kahayalannya.

Anggi heran, karena ia tidak mengenali lelaki itu sedikitpun, dan wajahnya pun tidak jelas, seolah ada sesuatu yang menutupi wajahnya.

Tiba-tiba kepala Anggi sakit.
" Aahh......, aw." Anggi memegang kepalanya. Rasanya ada sesuatu dalam kepala Anggi, kepalanya terasa benar-benar berat dan sakit.

" Gi, lo kenapa? Kepala lo sakit lagi?."
Lalu Juang memapah Anggi menuju tepi.

Mereka duduk di tepian papan. Juang merangkul Anggi, dan mencari obat penghangat di dalam tas nya.

Ia menemukan fresh care, lalu mengoleskan nya ke Kepala Anggi.

" Kita balik sekarang aja, yah gi." Ucap juang.

Anggi membalasnya dengan mengangguk. Tapi ketika ia hendak berdiri, dunia terasa berputar dan berbayang dalam penglihatannya.

Lagi-lagi ia hampir ambruk.

Tanpa aba-aba, juang langsung merengkuh dan sedikit membukuk. Lalu memohon agar Anggi mau naik ke punggung nya.

" Ngak papa, gue bisa jalan sendiri." Balas Anggi

" Kalo lo ngak naik, gue tinggalin lo di sini. Biar di makan ulet kebun sekalian." Tegas juang

" Hmm.. Tega banget sih lo, gue lagi sakit gini juga." Dengan suara yang lemas.

" Makanya ayo, nakal banget sih."

Anggi pun naik ke punggung juang.

Juang menggendong Anggi melewati kebun teh, Anggi terlihat begitu lemas. Anggi mengunci tangannya ke leher juang agar tidak jatuh.

Dan saat itu, Mereka berdua benar-benar hening dan tak saling bicara. Hingga Anggi memecah keheningan.

" Sebenarnya gue kenapa sih?." Tanya Anggi.

" Lo ngak papa, lo cuman kecapean aja kayanya." timbal juang.

" Tapi.."

"Sutt, udah jangan pake tapi-tapi. Lo kalo digendong trus lo nya banyak ngomong, jadi makin berat tau." Canda juang.

" Ihhh, tunggu aja sampe pala gue udah ngak pusing. Gue jadiin sambel dadakan lu." Masih dengan suara yang lemas.

Anggi menyandarkan kepala nya ke bahu kanan juang.
Dan juang hanya tersenyum.

" Maafin gue,gi." Ucap juang dalam hati.





Kependekan yah, maaf deh🙏🏼
Author nya lagi ngak enak badan, maksain update buat kalian,🤗

Makanya jan lupa follow, Vote and comment yah🖤

TERJEBAK INGATAN ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang