Dua angin

23 3 0
                                    

VOTE AND COMMENT yah🖤

" Baik pak, Terima kasih."

" Perkenalkan nama gue, Venya putri. Pindahan dari Universitas Yogyakarta."

Anggi yang sedang memainkan pulpennya pun tanpa sengaja melihat ke arah depan.

Ia kaget saat melihat itu adalah venya. Tanpa sadar ia menjatuhkan penanya, dan terlihat oleh venya.

" Eh, Hai Anggi. Lo ngampus di sini juga ternyata." Ia melambaikan tangan dengan senyumnya yang sok manis.

Ya meskipun dengan balutan dress di bawah lutut dan riasan yang lumayan lah, ia terlihat sedikit fashionable.

Anggi tak membalas sapaan ve, ia hanya melirik sekilas kemudian memalingkan wajah.

Ve terlihat gugup, karena malu telah di abaikan oleh anggi

" Oke venya, kamu boleh duduk di kursi kosong di samping juang." Ucap pak dosen

" Baik pak." Venya pun berjalan menuju kursinya.

Venya sekilas melihat ke arah juang dan tersenyum, tapi juang tak meliriknya sedikitpun.

Juang hanya fokus menghadap ke depan.

" Ok, inget. Gue tim Anggi, ngak boleh ke goda cuman gara-gara si venya yang modal mulus doang." Bisik juang dalam hati.

•••

Pelajaran pun berlangsung cukup lama. Pukul 12 siang mereka baru selesai melakukan pembelajaran.

Teman-teman yang lain ada yang bergegas ke kantin kampus, ada yang ke mushola dan ada yang langsung pulang karena tak ada lagi mata kuliah.

Anggi yang sedang membereskan barang-barang nya. Menghiraukan suara yang sedari tadi memanggilnya.

" Anggi."
" Gi."
" Anggi."

" Apa sih kutu beruang, berisik banget dah."

" Nih buat lo." Juang sembari menyodorkan coklat yang ia bawa.

Anggi terdiam.

" Maksud lo apaan nih?." Anggi bingung menatap juang yang berdiri di depan mejanya.

" Mmm.." Juang gelagapan.
" Ini ambil aja pokoknya, mau kagak?."

" Ya kalo gratis gua ngak bisa nolak, hehe." Ucap anggi sembari tersenyum.

" Mending lo ikut gue deh, gue mau nunjukin tempat bagus yang ada di Bandung sama lo." Ucap juang

" Jangan bilang lo mau bawa gue kabur?."

" Bensin motor gue ngak cukup kalo buat bawa lu kabur, udah ah. Ayo ikut aja ngapa." Juang Pun menarik tangan Anggi dan mengajaknya dengan cepat.

Di sudut kursi lain, terlihat Venya yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.

•••

Anggi dan Juang pun melesat melewati jalanan kota bandung yang ramai.

" Serundeng tikus, emang lo ngak punya temen perempuan lain selain gue?." Tanya Anggi

" Hah.. Gimana?." Juang yang sedang menjalankan motor tidak terlalu mendengar ucapan Anggi, karena angin yang cukup kencang. Seperti abang-abang ojol yang di ngajak ngobrol Penumpangnya.

Anggi berbicara lebih keras.

" EMANG LO NGAK PUNYA TEMEN CEWEK SELAIN GUE?.."

" Ada, banyak. Yang lebih bahenol malah." Gurau juang

Anggi menggeplak helm juang.
" Dasar PEA lu lem tikus, liat yang begitu aja demen lu."
" Maksud gue bukan yang gitu, maksudnya yang deket sama lu, serius nanya nih."

" Rahasia, lagian tumben kepo banget si lu nanya gitu."

Juang malah semakin menambah kecepatan motornya, membuat Anggi hampir terjungkal kebelakang. Dan refleks memeluk erat ke perut juang.

Juang tersenyum melihat Anggi dari kaca spion, dan Anggi terlihat kikuk.

Mereka pun terus melaju menembus teriknya matahari siang.

•••

Setelah perjalanan cukup lama, mereka sampai di daerah perkebunan teh yang berada di pangalengan.

Anggi bergegas turun dari motor, lalu berputar-putar sembari tersenyum merasakan udara yang begitu sejuk.

" Euh kebiasaan ni bocah." Juang turun dari motor menghampiri Anggi dan memegang bahunya agar berhenti bergerak.

Anggi terdiam sekejap, tersentak saat juang mulai merendahkan wajahnya.
lalu juang pun membukakan tali dan helm yang di pakai Anggi.

" Buka dulu, baru boleh seneng-seneng kek bocah." Setelah terbuka. Juang mengacak-acak bagian atas rambut Anggi.

Anggi masih terdiam atas apa yang di lakukan juang. Anggi masih terlihat kikuk.

" Hmm,, udah deh. Apaan sih, berantakan kan jadinya." Protes Anggi sambil merapikan rambutnya.

Juang hanya tersenyum.

" Yaudah ayo ikut gue." Sembari memegang tangan anggi

TERJEBAK INGATAN ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang