Mobil Natta sudah bertengger di depan hostel tempat Letta menginap, Natta menunggu sambil bersandar pada mobilnya. Wajahnya tetap segar meski ia bahkan belum mandi, Letta keluar dari hostel, tersenyum ramah pada Natta.
"Sorry ya, Mas Natta jadi ngerepotin" Natta menggeleng, dia bahkan merasa senang dibanding direpotkan. Mereka berdua masuk ke dalam mobil
"Mau kemana?" Tanya Natta yang hendak mengetikkan alamat ke google maps
"Ke cafe aja mas, 15 menit dari sini aja kok" Natta mengangguk, dia lebih memilih pakai maps manual sepertinya. Yup, arahan dari suara Letta saja sepertinya sudah cukup.
Mobil mereka berjalan, membelah jalanan kota yang siang itu lumayan ramai.
"Mas Natta kemarin bilang lagi cari pasangan kan?"
Letta membuka perbincangan lebih dulu, Natta terbatuk mendengar pertanyaan itu."Saya gak pernah bilang kalau saya lagi nyari, dan satu lagi, jangan panggil saya Mas Let. Natta aja, gak usah pake Mas"
"Iya deh, Natta aja gak usah pake Mas" letta diam, dia memilih melihat pemandangan Jogja dari jendela mobil ini.
"Tapi kenapa kamu nanya itu?" Suara Natta membuat Letta menoleh
"hah? Apa Mas? Eh maksudnya Nat"
"Kenapa kamu nanyain saya itu?"
"Ya saya sih cuma bermaksud baik, toh Mas Natta juga gak mau dijodohin kan? Gimana kalau saya kenalin ke temen temen saya aja Mas, cantik cantik kok mereka, Mas tinggal pilih aja yang sesuai sama kemauan dan kriteria Mas Natta"
"Kamu kira nyari calon tuh kaya milih baju? Gak segampang itu Let, kriteria saya sama kriteria calon mantu Mama saya tuh beda"
"Temen saya baik semua kok, mantuable semua, siapa tau salah satunya sesuai sama kriteria Mama Mas Natta"
"Ada apa nih? Kok baik banget nyariin saya jodoh?" Sambil fokus menyetir, Natta mengintip Letta dari ekor matanya.
"Ya gapapa, bales Budi aja karena Mas Natta kan juga udah baik ke Letta. Eh, itu cafenya Mas" Letta menunjuk ke salah satu cafe yang berada di perempatan jalan.
Natta dengan sigap mengarahkan mobilnya ke parkiran cafe, mereka berdua turun. Cafe ini tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil, tapi terlihat cukup nyaman untuk cafe bergaya aestetik.
Letta berjalan lebih dulu, memasuki cafe, tak lupa menarik tangan Natta untuk disuruh duduk di kursi samping jendela. Bau kopi menyeruak dalam ruangan ini, Natta jadi rindu es Americano yang sering di belinya. Letta pergi meninggalkan Natta setelah memastikan lelaki itu sudah duduk, dia memesan beberapa menu yang ntah apa itu, lalu kembali duduk di hadapan Natta.
"Kamu gak mesenin saya?" Tanya Natta bingung, dia bahkan tidak ditanya ingin makan apa atau minum apa.
"Udah kok"
"Tapi, kok kamu gak nanya dulu saya mau pesen apa?" Natta mengernyit heran
"Saya nebak aja, kayanya Mas Natta cocoknya minum es Americano"
"Kok tau kalau saya suka Americano?"
"Keliatan aja dari sikap Mas Natta"
"Maksudnya?"
"Iya gitu, Mas Natta kan suka gombal, kayanya juga suka kasih janji manis ke Mama Mas Natta, jadi ya butuh yang pait pait aja biar seimbang"
"Sembarangan kamu tuh" Letta hanya tertawa mendapati ekspresi kesal Natta.
"Temen kamu mana? Bukannya kamu bilang ada urusan sama temen kamu?" Letta yang baru teringat akan temannya itu langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang. Wanita yang niat ia temui belum terlihat, sampai seseorang masuk ke dalam cafe dengan kuncir kuda kebanggaan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOADING MATCH
RomanceCERITA INI DIMULAI TANGGAL 10 DESEMBER 2020 DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT!!! Bagi sebagian orang, Mapan dan Tampan adalah hal paling penting. Begitu juga bagi Natta Andriano Devara, namun sayangnya sang Mama berharap lebih, menikah dan punya kehidupa...