Udara malam yang dingin tidak membuat mereka membatalkan rencana barbeque, meskipun rencana game mereka gagal total. Alat dan bahan untuk memanggang sudah diangkat ke rooftop apartemen, yang berbeda 3 lantai dari unit apartemen Natta.
"Wah Nat, bisa kurus ini gue begini!" Protes Dimas saat berhasil meletakkan barang barang terakhir di rooftop.
Seharusnya sih tidak terlalu melelahkan, namun malam ini lift apartemen tiba tiba rusak, dan baru akan diperbaiki besok atau lusa. Jadi ya begini, mau tidak mau mereka naik menggunakan tangga darurat."Ye, Lo mah dah kurus Dim. Ini gebetan Lo kalo kesini capek dong anjir, naik tangga sampai lantai ke-8. Bisa pingsan mereka!" Kali ini Gara buka suara.
Benar juga, kalau mereka saja naik 3 lantai sudah kelelahan, bagaimana Letta dan temannya yang harus naik ke lantai 8? Tumben si Gara pinter.
"Eh iya, gimana dong? Emang ide Lo mah goblog banget, Nat. Kita aja capek ini 3 lantai, apalagi mereka!" Meski nafasnya masih tersengal, namun Dimas masih saja protes akan segala hal sejak tadi.
"Terus mau Lo gimana? Ini dibawa balik? Yaudah ayok." Buru buru Dimas dan Gara menggeleng. Enak saja, peluh mereka saja belum kering, gimana bisa mereka harus membawa balik semua ini? Hah?!
Dering telepon terdengar dari ponsel Natta. Tebakan Dimas sih mengatakan itu panggilan masuk dari Letta. Taruhan deh sama Dimas, eh tapi taruhan dosa. Yaudah gak jadi deh taruhannya.
"Halo, Let. Maaf banget nih, tadi lift apartemen tiba tiba rusak, rooftopnya ada di lantai 8. Kamu sanggup naik tangga kesini?" Tanya Natta saat sambungan telepon baru saja ia angkat.
Dimas yang sudah duduk di sebelah Gara hanya menggeleng tak habis pikir.
"Gar, temen Lo goblog ya emang? Ngapain kaya begitu aja ditanyain, ya pasti gak sangguplah anjir" bisik Dimas sambil tetap menatap Natta yang mengobrol di telepon.
"Dih, temen Lo tuh. Gue gak punya ah temen segoblog dia, males anjirr!" Gara balik berbisik, mereka berdua hanya bisa menatap dalam diam sampai Natta menyelesaikan panggilan nya.
"Gimana? Gak sanggup kan pasti?" Tanya Dimas langsung saat Natta sudah mematikan panggilan tadi. Dengan mata memicing dan ekspresi berfikir, akhirnya Natta malah mengedikkan kedua bahunya lantas bergabung dengan mereka untuk duduk di bangku yang memang sudah mereka sediakan.
*****
Letta yang baru selesai menelpon Natta itu dengan ragu melihat ke arah kedua temannya.
"Kalau kita naik tangga darurat mau gak?" Dia tersenyum canggung.
"GAKK!! Gila aja Lo, masa naik tangga sih? Emang gedung ini gak punya lift?!" Mata Airin melotot tak terima, begitupun Thea yang terlihat kaget.
"Liftnya lagi masa perbaikan, belom bisa di pake, Rin."
"Gak ah, betis gue bisa besar ntar. Lagian capek kali, Let kalau harus naik tangga darurat." Thea menimpali, memang kedua manusia di depan Letta ini paling kompak soal hal hal begini.
"Terus gimana? Yaudah pulang aja kalau gitu?" Yasudah lah, dia juga tak mungkin memaksa mereka ikut bersamanya. Bahkan dia saja kaget waktu diberitahu harus naik tangga darurat hingga lantai 8. WHAT THE HELL?!
Airin dan Thea saling pandang, saling bertanya lewat tatapan. Perjalanan mereka sih tidak terlalu jauh, masih bisalah kalau harus balik, tapi kasihan Letta kan?
"Oke, fine. Kita masuk lewat tangga darurat" keputusan yang diambil lewat tatap menatap itu akhirnya di putuskan. Letta tersenyum puas tanpa memberi tahu kedua temannya harus pergi ke lantai berapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOADING MATCH
RomanceCERITA INI DIMULAI TANGGAL 10 DESEMBER 2020 DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT!!! Bagi sebagian orang, Mapan dan Tampan adalah hal paling penting. Begitu juga bagi Natta Andriano Devara, namun sayangnya sang Mama berharap lebih, menikah dan punya kehidupa...