casting

44 17 2
                                    

Baru saja Natta dan Dimas masuk ke dalam apartemen, sebuah bantal sudah melayang mengenai kepalanya.

"Apaan sih Gar?!" Natta duduk di sofa sembari menatap Gara yang ada di kursi makan

"Tau ah, males gue!" Gara tanpa menatap Natta masih terus melanjutkan aktivitas nya, makan mie instan yang ia beli pagi tadi.

"Kaya cewek aja Lo, Gar. Biasanya juga bawel" Dimas sudah mengambil alih remot tv dan menyalakan stasiun TV favoritnya.

Sebuah berita muncul di layar itu, menampilkan sang pewarta berita dan liputan artis yang ditutupi wajahnya dengan sebuah jaket.

"Lo pada kok gak perduli banget sih! Gue lagi ngambek loh ini!!" Dua orang yang dimaksud Gara tadi hanya menoleh sekejap, lalu kembali fokus pada layar televisi.

"Gue tuh bikin dosa apa sih di kehidupan sebelumnya? Sampe dapet temen model begini?" Gara menggumam sendiri sambil memperhatikan punggung kedua temannya yang masih fokus menonton berita.

"Hati hati ya Lo Nat. Jangan sampe kejerumus kaya gitu" Dimas mulai menasehati Natta saat berita itu memuat tentang publik figur yang terjerumus obat obatan terlarang.

Ada rasa takut dalam diri Dimas jika melihat lagi Natta yang mudah terpengaruh oleh orang lain. Walau mereka belum dikenal seantero negeri, tetap saja dunia kelam begitu selalu ada di sekitar mereka.

"Kalian beneran cuekin gue?! Tega banget sih?! Gue ngambek 7 hari 7 malem!" Gara bergabung di tengah tengah mereka, dengan wajah sebalnya.

"Cewek Lo ngambek tuh, Nat"
Dimas menyenggol lengan Natta yang hanya ditanggapi dengan tatapan tak peduli.

"Cewek Lo kali Dim, gue mah normal"

"Maksud Lo gue gak normal?" Sahut Gara tiba-tiba. Dimas dan Natta berpandangan lagi, saling bertanya lewat tatapan. Sebenarnya Gara ini kenapa?

"Lo kenapa sih, Gar? Gak usah sok imut Lo ngambek segala" Dimas menoyor kepala Gara yang terus membuat ekspresi kesal sejak tadi

"Bodo! Pokoknya gue gak mau ngomong sama kalian berdua!" Gara berdiri, pergi ke dalam kamar dan menyendiri. Dimas dan Natta saling pandang lagi, lalu serempak mengedikkan bahu dan tertawa.

"Yah padahal gue mau traktir Lo makan di tempat all you can eat." Teriak Natta sedikit keras. Umpan yang diberi Natta memang tak pernah gagal, dalam sekejap kepala Gara sudah muncul di balik pintu dengan senyum cerah di wajahnya.

"Yaudah gue gak jadi marah" Gara dengan cepat memeluk kedua temannya itu dari belakang, bahkan dia tak segan ingin mengecup kedua temannya yang segera ditolak mentah-mentah

"Jijik!" Teriak Natta dan Dimas bersamaan.

*****

Riuh suasana jalanan menemani tiga sekawan itu menuju tempat makan incaran mereka. Klakson mobil seakan meramaikan jalanan, diikuti rintik hujan yang mulai turun. Mereka secara bersamaan menatap langit dari luar jendela, hujan tampaknya semakin deras. Beberapa kendaraan bermotor memilih menepi untuk berteduh, atau sekadar memakai jas hujan.

"Gue jadi inget jaman dulu deh, waktu kita masih susah dan naik motor kemana mana, Sekarang gak kerasa kita udah bisa naik kendaraan yang lebih baik" Gara membuka perbincangan sambil terus melihat orang orang yang menepi.

"Hidup emang gak ada yang tahu, orang kaya Lo yang dulu dirundung, sekarang jadi temenan sama kita yang keren banget ini" sambung Dimas sambil membanggakan diri.

LOADING MATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang