pertemuan keluarga

40 8 1
                                    

"Lett? Kok tau rumah Budhe? Kenapa kesini?" ntah karena senang atau panik, suara Natta justru terdengar sangat cepat di telinga Letta.

"sabar Mas Natta, tenang, santai, relax. jangan panik. sabar, orang sabar disayang pacar." Letta diam sejenak, terlihat kaget setelah menyadari sesuatu.

"Astaga, tapi kan Mas Natta jomblo, mana bisa di sayang pacar." Letta dengan tampang polosnya tertawa kecil. sebelum kaki Letta melangkah lebih dalam, tangannya lebih dulu ditarik Natta.

"kata siapa gak bisa disayang pacar? kata siapa gue jomblo?" kali ini dahi Letta terlihat mengkerut, tanda gadis itu sedang berfikir.

"gue gak jomblo, lagian kan lo sendiri yang memperkenalkan diri di depan Bude jadi pacar gue. berarti kalau gue sabar, gue bisa disayang sama lo, dong? kan lo pacar gue." setelah mengatakan kalimat itu, Natta lebih dulu memasuki rumah Budhe, meninggalkan Letta yang masih berfikir.

"pacar? LOH.....Mas Nattaaaaaaaa....." gadis itu berlari masuk menyusul Natta yang sudah lebih dulu masuk.

*****

langkah kaki Natta terhenti ketika melihat ada seorang lelaki cukup tua dengan kumis tebalnya, lelaki itu adalah suami Budhe alias Pakde Seto

"Assalamualaikum, Pakde...." Dengan cepat Natta menyalami tangan Pakdenya itu.

"Mana toh pacarmu itu?" Kepala Seto celingukan mencari sosok wanita yang disebut sebagai pacar keponakan satu satunya ini.

Kepala Natta ikut berbalik melihat sosok Letta dengan malu malu berjalan mendekat. Wanita itu dengan cepat menyalami tangan Pakde dan kembali ke sebelah Natta.

Jangan salah, Letta tidak hanya berdiri dengan diam saja, tangannya perlahan mencolek pinggang Natta, hingga lelaki itu menoleh ke arahnya.

"Mas minjem duit dong," Letta berbisik pelan sambil terus menatap lurus ke depan.

"Pakde, pinjem keponakannya sebentar ya," dengan senyuman canggung Letta menggeret paksa Natta kembali ke teras rumah.

"Mas pinjem uang dong, buat bayar taksi." Tangan Letta sudah terulur untuk meminta uang.

Dengan wajah malas, tangan Natta menyambar dompet di saku belakang dan mengeluarkan selembar uang untuk diberikan pada Letta.

"Makasih Mas Natta, nanti uangnya Letta ganti." Sebelum Natta menjawab, Letta lebih dulu berlari ke arah supir taksi yang sudah terlihat marah.

Setelah itu dia digeret untuk kembali masuk ke dalam rumah beraksen kayu itu, jari jemari Natta sukses menggenggam tangan Letta. Tadinya sih Letta ingin protes, tapi kata Natta biar saja, biar lebih meyakinkan katanya.

Mereka sudah duduk di ruang keluarga, berhadapan dengan Pakde dan Bude. Letta sejak tadi hanya diam, tersenyum, dan sesekali menjawab jika ditanya.

"Jadi kapan hubungan kalian ini di resmikan?" Pertanyaan tiba-tiba itu sukses membuat Letta yang sedang meneguk es teh buatan Bude jadi tersedak.

"Uhukk...." Tangan Natta naik perlahan ke punggung Letta, menepuk pelan beberapa kali.

"Ini kan sudah di resmikan, Bude." Ucap Natta setelah selesai menepuk punggung Letta. Letta hanya tersenyum saja sebagai jawaban.

"Bukan, maksudnya tuh kapan ke jenjang yang lebih serius?" Untungnya Letta tidak sedang minum, jadi dia tidak tersedak lagi walaupun rasa kagetnya masih sama.

"Kamu udah tua loh, Nat. Sudah waktunya punya keluarga kecil, nunggu apalagi sih?" Kali ini sesosok wanita yang diperkirakan seusia Natta keluar sambil menggendong anak bayi.

"Loh, Mbak Rena? Natta kira masih di Jakarta. Apa kabar, Mbak?" Natta berdiri memeluk wanita itu, sedangkan Letta hanya bersalaman sembari tersenyum manis.

"Pacarmu?" Tanya wanita bernama Rena itu setelah duduk di sebelah Pakde Seto.

"Cantik, Nat. Pinter juga kamu nyari pacar." Dia terkekeh ringan setelah nya.

"Kok mau sama dia?" Letta melirik sekilas Natta.

"Mampus, jawab apa nih gue?!" Paniknya dalam hati.

"Saya rasa semua wanita pasti mau kalau sama dia, Mbak. Mas Natta tuh baik, perhatian, gak suka ngekang, tipe ideal pacar semua kaum hawa, Mbak."

Tenang, jangan salah paham. Sifat yang tadi dia sebutkan tidak sepenuhnya benar, hanya bagian baik saja yang benar dan sisanya Letta menyebutkan sifat sifat mantannya. Sungguh pintar kan alasannya?

"Tapi yang begitu kan banyak, yang lebih ganteng juga banyak. Kenapa harus Natta?"
SKAKMAT!! otak Letta berputar memikirkan jawaban terbaik.

Letta sekali lagi melirik Natta, lelaki itu terlihat ingin menjawab.

"Yang punya sifat begitu mungkin banyak, tapi yang kaya Mas Natta ya cuma satu, cuma orang di sebelah saya ini yang bisa Mbak. Cuma dia yang bisa melengkapi saya, saya rasa itu sudah cukup untuk menjalin hubungan." Yup, Letta berkata lebih dulu. Gak salah ternyata nilai karangan dia waktu sekolah tinggi, sekarang skill itu bisa dia gunakan dengan baik.

"Pacarmu ini nampaknya baik, kenapa gak sekalian diikat secara resmi saja? Kasihan Mamamu itu, dia pasti pengen punya cucu." Pakde kali ini menyahut, segelas kopi yang sejak tadi di seruput nya sudah tinggal setengah.

"Oh iya, Bude denger kamu mau dijodohkan? Terus pacarmu yang ini gimana?" Nah ini, ini pertanyaan yang ditunggu Natta sejak tadi.

"Nah justru itu Bude, Natta mau minta tolong, tolong bilangin Mama dong biar gak menjodohkan Natta. Natta sudah punya pilihan sendiri Bude, tolong Natta dong Bude?" Pintanya dengan mimik wajah yang dibuat sedih.

"Mas Natta lebih cocok jadi artis daripada model, jago banget actingnya." Bisik Letta pelan, terdengar helaan nafas Natta setelah itu.

"Oke, Bude bantu. Tapi ada satu lagi yang harus kamu tahu," Natta dan Letta saling melempar tatapan. Dahi mereka berkerut tanda berpikir.

"Apa Bude?"

"Kenalin dia sama Mamamu, gampang kan?"
Belum sempat Natta mengangguk sebagai jawaban, suara wanita menginterupsi dari belakang.

"Oh, jadi udah punya pilihannya sendiri?" Sontak semua mata menoleh ke sosok orang tersebut.

"Ma-Mama?!"

*****

Nah loh, emaknya Dateng.

Haiiii, kangen sekali up cerita ini.

Masih ada yang nunggu? Semoga ada ya, jangan lupa vote dan commentnya untuk mendukung cerita ini ya 💜

Sampai bertemu di chapter selanjutnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOADING MATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang