Part 50

11 2 4
                                    

"Gue bingung dengan rasa ambigu yang gue rasain"
-Arka Mahesa Pangestu

____

Milo telah sampai dirumah ia pun menaiki lantai dua menuju dimana kamar Fani berada ia pun sampai di depan kamar Fani segera mengetuk Pintunya.

Tok... Tok...

"Iya bentar" teriak Fani dari dalam kamar yang tadinya sibuk dengan laptopnya.

Fani segera membuka pintu lalu muncullah dihadapan Fani, Milo yang berdiri yang masih membawa album di tangannya.

"Lo lagi ngapain?" tanya Milo pada adiknya sembari mengintip kamar adiknya.

"Lagi biasa, ngurus bisnis" jawab Fani seadanya, jangan dilupakan jika Fani masih marah sama Milo.

"Gue masuk ya?" izin Milo pada adiknya untuk di perolehkan masuk ke kamarnya.

Fani pun mengangguk mengiyakan untuk menolak abangnya ia rasa percuma, pasti Milo akan membujuknya. Fani pun  segera menuju dimana laptopnya masih terpampang layar bagaimana laporan keuangan yang tersaji diikuti oleh Milo di belakangnya.

Setelah tidak lama kemudian, Milo pun menyodorkan benda yang ia pegang sejak tadi milik Fani "Nih punya lo" kata Milo yang diterima oleh Fani.

Fani yang menerima benda itupun hanya diam saja tanpa bersuara dan tetap melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Milo memilih tiduran sembari melihat adiknya yang sibuk dengan laptopnya.

"Berharga banget sih album itu buat lo Fan" suara Milo yang memecahkan kesunyiaan.

Fani menghela nafas lalu berkata "gue udah sejak lama ngincar album itu Mil," yang masih asyik menghitung entah apa yang di hitungnya jika Milo melihatnya.

"Bukannya ngincar orang yang ngasih album ini kan Fan?"  tanya Milo pada adiknya. Fani yang mendengar perkataan Milo pun menoleh "Nggak Mil" jawab Fani singkat, lalu kembali menatap laptopnya kembali.

"Yakin Fan, enggak nih?" Milo mulai menyudutkan Fani.

"Mil, nggak usah bikin gue kesel bisa nggak sih" Fani dengan ekspresi sebal pada abangnya yang sudah mulai mengusilinya.

"Bukannya tadi pagi lo pamitnya kerumah Shawa?"  tanya Milo pada adiknya. Pagi tadi Fani mengatakan padanya jika ia akan kerumah Shawa, namun tadi malah mengatakan jika ia bertemu dengan Arka.

Mendengar kata Shawa Fani menghentikan kegiatannya lalu memandang polaroid yang terpajang rapi didinding, menatap fotonya bersama Shawa yang sedang tertawa lepas.

"Mil tadi gue kerumah Shawa tapi rumahnya kosong, dia ninggalin gue Mil dia nggak ada pamitan sama gue. Sejak pagi tadi gue WhatsApp dia, dia nggak aktif" papar Fani dengan raut wajah sedih, ia merasakan kesepian.

"Fan," panggil Milo pada adiknya.

"Mil, kenapa semua orang harus pergi sih?" tanya Fani pada Milo.

"Fan hidup ini berputar, memiliki peran, dan juga semua sudah memiliki takdirnya masing-masing" 

"Apa lo nanti bakalan ninggalin gue kalo lo udah punya istri, lo bakalan nggak sayang gue lagi, gue bakalan ngerasain nggak punya abang lagi" ungkap Fani sedih.

"Gue tetap jadi abang lo, lo nggak usah takut gue berusaha selalu ada buat lo Fan" ujar Milo menenangkan adiknya ia paham sekali apa yang ditakuti oleh adiknya ini.

Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang