Part 2 🐠

109 38 130
                                    

"Aku tidak ingin belajar membenci terutama didalam solidaritas.
-Shawa Aila Disi"

🌻🌻🌻

Mereka berdua masih sama-sama diam tanpa membicarakan hal apapun. Sehingga membuat Nano membuka suara.

"Wa, kamu suka quotes?" Tanya Nano, temannya selalu mengatakan bahwa Shawa pandai dalam menyusun kata maksudnya itu berquotes.

"Suka, kalo ada inspirasinya," jawab Shawa.

"Wa nanti malam aku jemput kamu jam 7 malam dirumah,"  jelas Nano pada Shawa.

"Ngapain?" Tanya Shawa.

"Jalan" jawab Nano.

"Tapi kakak yang langsung ngizinin langsung ke ayah aku, kalo berani." Shawa takut, ia sebelumnya tidak pernah ada cowok datang kerumahnya hanya untuk mengajaknya jalan.

"Malam minggu Sha, memangnya kamu nggak pernah keluar malam?" Tanya Nano.

"Itu bukan duniaku kak, aku lebih suka dirumah," kata Shawa dengan nada malasnya.

"Tapi nanti kalo diizinin, mau kan?" Tanya Nano.

"Asalkan kakak tanggung jawab," ujar Shawa menatap Nano seolah menantangnya.

"Kan aku nggak ngapain-ngapain kamu kenapa harus takut," ujar Nano.

"Nyesel aku bisa ketemu kakak" ujar Shawa cemberut.

"Kamu yakin nyesel ketemu aku?" Tanya Nano.

"Iya" jawabnya santai.

"Harusnya bersyukur," jawab Nano.

"Kenapa?" Tanyanya polos.

"Karena aku titisan dewa," ujar Nano asal, ia takjub dengan perempuan yang disebelahnya biasanya perempuan itu jika udah kesal marah-marah ataupun seperti mencari perhatian berbeda dengan Shawa.

"Kok dewa?" Tanya Shawa.

"Kamu tu jangan polos banget Wa, jadi pengen aku kantongin" ujar Nano mengacak rambut Shawa.

"Auahh. Kesel," ujar Shawa.

"Wa, lain kali jangan di rooftop sendirian," larang Nano pada Shawa.

"Kenapa? Disini tempat ternyaman kok kak," kata Shawa merasakan kenyamanan di tempat itu.

"Pokoknya jangan, nanti kamu mau ada orang nggak jelas nyamperin kamu," ujar Nano menakut-nakuti.

"Ihh, yang bener dong kak," Shawa yang mulai was-was mendengar perkataan Nano.

"Iyaa, nggak percaya banget sih" kata Nano meyakinkan Shawa.

"Nggak papa deh kalo cogan kak," ujar Shawa santai, merubah mimik wajahnya yang tadi mulai was-was.

"Terus gimana dengan aku ntar wa, aku cogan juga nih," rajuk Nano sedikit menjahili Shawa.

"Ya nggak gimana-gimana" jawab shawa santai.

"Nanti malam bener loh Wa aku mau kerumah kamu," Nano mengingatkan ajakannya lagi bahwa ia serius mengajak Shawa ke pasar malam.

"Emm... Kakak bener mau ngajak aku jalan ya, ke pasar malam?" Tanya Shawa dengan rasa tidak nyaman.

"Jadi dong," Jawab Nano semangat.

"Nanti kakak bangkrut loh, kalo ngajakin aku jalan" ujar Shawa memperingatkan Nano walaupun sebenarnya tidak begitu.

"Emang kamu mau apa?" Tanya Nano.

"Aku makannya banyak loh kak" jawab Shawa berharap Nano membatalkannya, sebenarnya ia tidak pernah untuk pergi ngedate karena ia takut jika papanya akan marah dan akan sulit untuk mendapatkan izin dari sang papa.

Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang