Part 3 🐠

81 34 125
                                    

"Setiap hal sederhana akan bisa membuat kita luluh ketika orang tersebut melakukannya dengan tulus" 🌻🌻🌻

Nano memberhentikan mobilnya di halaman rumah Shawa, dan segera turun dari mobilnya. Terlihat ia telah berpakaian rapi dengan kemeja hitam celana panjang krim serta rambut yang tertata rapi. Nano sampai di depan pintu ia merasa ragu untuk mengetuknya, namun lelaki sejati tidak pantang mundur bukan, setelah beberapa detik menghela nafas ia pun segera memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Tok.. Tok...

"Assalamualaikum" Nano mengetuk pintu terdengar dari dalam ada yang menjawabnya.

"Waalaikumsalam" jawab mama Shawa seraya berjalan menuju membuka pintu.

Via, mama Shawa pun membuka pintunya terlihat bingung siapa seorang anak muda yang datang ke rumahnya, jika ia teman Dio pasti ia mengenalnya namun ini lebih mendekati umurnya dengan Shawa. Via pun memperhatikan dari atas ke bawah anak muda itu terlihat rapi, Via pun tersenyum pada Nano. Membuat Nano kikuk lalu membuka suara.

"Shawa nya ada tante?" tanya Nano sopan.

"Ada, Kamu siapa ya?" tanya Via bingung.

"Saya temannya Shawa tante, boleh bertemu dengan papanya Shawa tante?" jawab Nano dengan senyumannya.

"Boleh," jawab mama Shawa langsung mempersilahkan Nano untuk masuk.

"Pah, ini ada teman laki-laki Shawa ingin bertemu sama papa" ujar mama Shawa mempersilahkan masuk membawa Nano dimana Papa Shawa sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Duh gue grogi, gue kira papa Shawa nggak semenakutkan gini, njim rasanya" batin Nano sebelum duduk di sofa dimana Danu masih fokus siaran tv berlangsung mengenai berita yang menyajikan banyak hal politik.

"Malam om" sapa Nano, sedangkan yang di sapa memandangi dari atas kebawah, seakan menilai dari sisi penampilan.

Danu pun hanya menanggapi hanya mengangguk saja tanpa menjawab lalu kembali lagi fokus pada layar kaca lagi.

"Silahkan duduk nak Nano," ujar Via mama Shawa.

"Iya tan" Nano menjawabnya dengan senyum ramah yang ia tampilkan.

"Untung nyokap nya ramah" batin Nano menghela nafas lega.

Nano pun duduk di sofa di seberang dimana Danu duduk juga sembari menatap layar kacanya.

"Bentar ya, tante panggilin dulu Shawanya" ujar Via dengan senyum ramah tentunya lalu menuju kamar Shawa berada.

Sepeninggalan Via, Nanopun merasa di suasana canggung. Nano berusaha memberanikan diri membuka suara untuk meminta izin mengajak Shawa jalan.

"Maaf Om saya mau ngajak Shawa keluar boleh tidak?" tanya Nano dengan lugas.

Danu pun menoleh ke arah Nano, ia perhatikan ekspresi Nano ketika bertanya padanya.

"Bagaimana jika saya tidak mengizinkannya?" tanya Danu dengan nada datarnya.

Mendengar hal itu Nano meneguk salivanya, bagaimana bisa ia di hadapkan seperti di depan guru killer.

"Saya tidak jadi mengajaknya om tanpa seizin dari om," jawab Nano sopan.

"Baik saya izinkan, sebelum jam 10 harus sampai rumah. Jika telat jangan kembali menemui anak saya" ujar Danu tegas, sembari menatap anak muda yang didepannya itu.

"Siap om" jawab Nano menyetujuinya.

"Kamu siapanya anak saya?" Tanya Danu menoleh ke arah Nano.

Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang