Part 28

21 3 4
                                    

Jangan buat gue jadi berharap ke lo, tapi buatlah gue berharap sama Tuhan
-Fani Amaya Nelaifi

***

Malam telah tiba, sekarang pukul 7 malam Milo dan Fani menikmati keindahan malam di villa.

"Setidaknya gue tenang disini, " ujar Fani bermonolog  menikmati angin meniup anak rambutnya. Angin yang membelai kulit membuatnya merasa terasa dingin.

"Kenapa lo minta kesini, lo bisa ngajak teman-teman lo nongkrong kan?" ujar Milo dari arah samping menyusul adiknya yang tadinya sendirian.

"Malas gue nggak butuh itu, lo terganggu gue ngajak lo kesini?" tanya Fani ia merasa Milo terpaksa menerima ajakannya, yeah meski ia sedikit memaksanya.

"Gara-gara lo gue nggak jadi acara ngumpul bareng teman-teman gue." Milo harus menunda acara ngumpul bersama teman-temannya demi untuk mengikuti kemauan adiknya liburan ke villa.

"Derita lo lah kalo itu," ujar Fani dengan bertingkah menyebalkan menurut Milo.

"Dasar adik nggak tau diri, " ujar Milo sebal pada adiknya.

"Fan lo ada hubungan apa sama siapa tu namanya tukang martabak?" tanya Milo lagi.

"Yang mana?" Fani bingung siapa yang dimaksud oleh Milo.

"Yang bawa mobil BMW ke rumah malam-malam itu loh, " ujar Milo mengingat Arka datang kerumah ia mngintip dari jendela, ia melihat mobil BMW terparkir didepan rumah.

"Ohh Arka, kenapa?" tanya Fani mengerti siapa yang dimaksud oleh Milo.

"Lo ada hubungan sama dia?" tanya Milo penasaran.

"Enggak ada Milo, gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia," ujar Fani cepat, dan faktanya memang ia tidak memiliki hubungan apa-apa.

"Jujur gue liat dia ke lo itu nggak kaya biasa, gue kira dia pacar lo," ujar Milo memperhatikan Fani dan Arka ketika mereka mengerjakan tugas dirumah ia diam-diam memperhatikan mereka dari jauhan.

"Enggak, dia udah punya pacar, bule lagi pacarnya," ujar Fani dengan nada ketus.

"Masa iya? Lo salah liat nggak?" tanya Milo.

"Beneran gue nggak bohong, nggak sengaja gue liat dia sama pacarnya di mal. Dan juga dia ada mesan ke gue gelang cople dan ditambah lagi kemarin dia minta buatin gue puisi tapi dia asyik sama ponselnya," ujar Fani, membuat Milo tahu apa yang dirasakan oleh Fani. Ternyata ini yang membuat adiknya muram beberapa hari ini.

"Lo cemburu Fan?" tanya Milo dengan selidik.

"Enggak, ngapain cemburu," Fani menjawabnya dengan cepat.

"Lo keliatan kayak sedih, galau nggak jelas. Tau-taunya gara-gara ini, jadi sebagai pelarian lo ngajak gue ke villa," ujar Milo meledek Fani.

"Huft, gue nggak tau Mil, gue bingung. Lo ngerti kan posisi gue? "ujar Fani mengadu pada Milo.

"Lagi terombang-ambing perasaan gitu kan?" tanya Milo menebak perasaan Fani.

"Ihh nggak juga. disamping itu gue mikirin masa depan juga," jawab Fani dengan cengirannya.

"Oke, kasus lo ada 2 yaitu asmara  dan kuliah lo?"

"Mungkin lah, Mil pacar lo nggak marah kan gue ngajak lo kesini beberapa hari?"

"Halahh, tumben lo mikirin asmara gue biasa lo nggak peduli," ujar Milo mengingat ia tidak ada menjalin hubungan meski banyak perempuan yang berusaha mendekati.

Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang