Part 7 🐠

34 9 13
                                    

"Prinsip kita berbeda,"
-Shawa Aila Disi

🌻🌻🌻

Hujan mengguyur deras kota jambi, aroma khas hujan pun menguap ke penjuru udara, petir pun menyambar kesana kemari. Shawa tidak tahu jika hari ini akan terjadi hujan, karena dia bukan peramal. Untuk hujan ia sangat menyukai setiap tetesannya namun ia tak menyukai petirnya yang selalu mengejutkan baginya itu mengerikan.

Shawa terjebak hujan, ia sekarang berteduh di halte. Ia duduk sendiri tanpa ada orang sekalipun kebetulan jam kerja telah berlalu sejak tadi sekarang jam 5 sore dan hampir menjumpai malam.

Saat dia menunduk mendekap tubuhnya menggosok pun lengannya akibat dingin sebab hujan tak kunjung berhenti awan putih setia mengiringi hujan.

Tidak lama kemudian ia merasakan tubuhnya dibaluti jaket hitam, dan ia mengadah keatas terdapat payung yang melindungi dari  terpaan hujan yang dibawa angin.

"Kak, Na-no," ujarnya terbata-bata.

"Kenapa pulangnya sore-sore seperti ini?" Tanya Nano datar tanpa berekspresi.

Shawa hanya menggelengkan kepala, karena saking dinginnya, badan menggigil sehingga ia merasakan kebas pada tubuhnya membuatnya tidak mampu menahan tubuhnya sendiri agar tidak jatuh terhuyung. sejak tadi Shawa menunggu hujan reda namun juga tidak kunjung reda.

Seketika badannya sudah tidak dapat lagi menahan dingin yang sangat membuat tubuhnya mulai pinsan, beruntung dengan sigap Nano menangkap badan Shawa jika tidak maka Shawa akan terjatuh.

"Wa.. wa.. Bangun!" panggil Nano panik melihat Shawa bibir pucat pasi yang ia tahan ditangannya supaya tidak jatuh, Nano menepuk pipi Shawa pelan namun tidak ada respon. Lalu Nano menggendong Shawa bridal style. Ia membawa Shawa ke mobilnya dengan sedikit kesulitan, ia terpaksa meninggalkan payung tersebut membuat bajunya ikut basah.

***

Shawa mulai membuka matanya terlihat ia menatap ke sekelilingnya, terdapat kamar berdinding Hitam, dan jangan lupakan aroma maskulin menunjukkan siapa pemilik kamarnya.

"Udah sadar Wa?" Ujar Nano dari arah pintu membawa tampan yang berisi makanan, Nano meletakkan di atas nakas sebelah tempat tidur.

"Kok, aku bi-sa disini kak?" Tanya Shawa dengan keadaan yang masih lemah.

"Makan." Ujar Nano, membimbing Shawa bersandar di sandaran tempat tidur.

"Aku mau pulang kak," ujar Shawa.

"Makan," Ujar Nano datar dan tegas,

Shawa melihat jam yang terdapat di dinding menunjukkan pukul 7 malam. Ia gusar, ia takut mama papanya mencarinya. Bagaimana jika ia sampai rumah, ia tidak bisa membayangkan jika sempat papa marah besar.

Nano melihat Shawa gusar gelisah setelah menatap jam dinding, ia tahu pasti Shawa khawatir dengan orangtuanya. Namun sebelum Shawa sadar Nano telah menghubungi orangtua Shawa bahwa Shawa bersamanya Sebab terjebak hujan ditambah kemacetan yang dialami. Nano tidak memberitahu jika Shawa pinsan, ia tidak ingin orangtua Shawa khawatir.

"Pulang kak," ujar Shawa pelan,

"Habiskan, setelah itu aku antarkan pulang," ujar Nano.

Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang