Setelah siaran vlive Treasure usai, para anggota kini tengah sibuk mengadakan wrap-up party untuk Christmas Day. Mereka berniat merayakan natal tahun ini bersama dengan para kru karena sebagian dari mereka, terutama anggota J-Line yang tidak bisa pulang kembali ke kota asal. Agar para member Jepang tidak tersisihkan, anggota yang lain pun memiliki ide random ini.
"Yah, Doyoung-ah. Kenapa kau melamun saja daritadi?" Tanya Jihoon setelah meniupkan terompet mini yang didapatinya di ruang dekorasi perusahaan ketika ia membantu mengambilkan bahan - bahan tadi. Doyoung yang terkesiap karena hyung-nya tersebut meniupkan tepat di depan telinganya hanya mampu mengerjap karena otaknya blank.
Hyunsuk mencubit pinggang Jihoon dengan brutal lalu menarik sosok Doyoung ke arahnya. "Berani sekali kau mengerjai dongsaeng-ku, Hoon-ah! Awas kau nanti, ya! Yah, sini dulu!" Lalu akhirnya mereka mengejar satu sama lain mengelilingi ruang latihan sembari tertawa.
Yedam yang menyaksikan kejadian kocak itu tertawa lepas. Matanya kembali membentuk bulan sabit dengan bibir merahnya yang membentuk lengkungan indah hingga menyentuh telinganya. "Yedam-hyung manis kalau tersenyum, tapi lebih manis lagi kalau tertawa." Celetuk Haruto yang diangguki oleh Jaehyuk dan Asahi.
"Dia itu tipeku sekali," Ucap Asahi pelan dengan pandangan yang masih menyorot sosok Yedam yang kini tengah memasang hiasan gantung sembari dijahili oleh Junghwan dan Yoshi.
Jaehyuk melotot tidak terima, "Lalu kau anggap aku ini apa, Sahi-ya? Huhu, aku merasa sudah musnah dari pandanganmu..." Ujar Jaehyuk pilu. Asahi memasang wajah jijik lalu memukul bahunya. "Kau ini berlebihan sekali! Sudahlah, aku ingin membantu Yedam, pergi sana!" Usir Asahi kejam kemudian berlalu dari sisi Jaehyuk yang sedang menangisi nasibnya dalam diam.
"Karena Yedam, Asahi jadi berubah..." Jaehyuk berkata sembari menyeka tetesan air mata gaibnya. Haruto yang sedari tadi di sana menyaksikan pertengkaran sejoli itu tertawa keras dan menepuk punggung Jaehyuk dengan maksud menenangkan namun menggunakan kekuatan penuh sehingga laki - laki bersurai hitam itu kesakitan.
"Sudahlah hyung, kendalikan dirimu!"
"Yedam-ah, kau perlu bantuan?" Tanya Asahi seraya memerhatikan sosok Yedam yang sedang berdiri di atas kursi agar membantu dirinya menjadi lebih tinggi. Yedam menoleh ke bawah dan menyunggingkan senyum ke arah Asahi. "Asahi-ssi, terimakasih sudah menawarkan bantuan. Untung saja kau tidak seperti Junghwan dan Yoshi-hyung yang menggelitiki pinggangku sedari tadi, huh."
Asahi tertawa mendengar ujaran Yedam. Dia mengangguk dan mulai membantu Yedam memasang dekorasi. Keduanya sibuk berinteraksi satu sama lain hingga tidak sadar ada sepasang mata yang mengawasi mereka.
Kim Doyoung.
Laki - laki itu termenung dengan hiasan berbentuk kepingan salju di tangannya. Dia ditugaskan untuk membuat hiasan gantung juga, bersamaan dengan Yedam namun bedanya dia membuat banyak macam sedangkan Yedam hanya mengerjakan satu yang cukup sulit untuk ditangani.
Bibirnya ingin mengatakan, "Yedam, sedang apa sih? Nanti jatuh!" Tapi hanya kehampaan yang ia dengar. Tidak ada satu patah katapun keluar dari bibir tipis milik pemuda bermarga Kim itu. Hanya melihat lurus ke arah Yedam lewat cermin besar yang terpasang di satu sisi dinding ruangan.
Dilihatnya Asahi juga menatap wajah Yedam dengan tatapan penuh arti. Spontan dirobeknya hiasan kepingan salju berwarna biru di tangannya tanpa sadar. Berani sekali Asahi menatap Yedam dengan seperti itu!
"Yah Kim Doyoung, sepertinya kau tertarik dengan manajer 'licik' itu." Ucap Yoshi di telinga Doyoung. Laki - laki itu tersentak dan memukul lengan yang lebih tua dengan sepenuh kekuatannya. "Aduh, Doyoung berhenti! Oke, oke aku tidak akan mengatakan itu lagi!"
"Ck, hyung! Berhentilah menggodaku! Kalau Yedam dengar bagaimana? Aku tidak mau dia merasa tak nyaman karena kata - kata yang kuucapkan dengan rasa kesal sesaat!" Doyoung berseru sambil berjalan menjauh dari Yoshi namun justru diuntit oleh pemuda berwajah baby tiger itu.
"Jadi kau sebenarnya tidak membencinya begitu?" Doyoung menghela nafas, tidak tahu harus menjawab apa. Sebenarnya dia membenci Yedam atau tidak, sih?
Doyoung menggeleng, tidak. Doyoung yakin ini adalah rasa benci.
"Tapi kau tanpa sadar selalu memerhatikannya, Doyoung-ah. Aku tau karena aku selalu melihat lagak kalian. Kurasa definisi bencimu itu adalah 'diam - diam cinta', kan?"
Doyoung mematung. Dia hanya memandang Yoshi dengan raut horor. Apa Yoshi ini sudah beralih profesi menjadi konsultan perasaan dan cinta, huh?
C-ci-cin-cinta katanya?!
Doyoung makin menggeleng dengan kuat. "Hentikanlah, hyung!" Serunya sambil menutup telinga. Doyoung tidak mau mencintai atau menyukai seseorang jika pada akhirnya mereka harus pergi tanpa berucap kata perpisahan kepada satu sama lain.
Doyoung dengar, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Apakah itu akan terjadi juga diantara dia dan Yedam nanti? Maka dari itu, sebaiknya Doyoung tidak dekat - dekat dengan Yedam agar dia tidak merasa kesakitan.
"Aku tau kau sedang memikirkan banyak hal negatif di dalam benakmu, namun tidaklah mudah untuk bertemu dengan seseorang dua kali, Doyoung-ah. Bagaimana jika dia pergi sebelum kalian sempat menjalin hubungan pertemanan? Setidaknya kalian bicaralah berdua dulu agar tidak memendam semua pertanyaan terhadap satu sama lain." Yoshi menepuk pelan bahu Doyoung, memberikan semangat kepada sahabat sekaligus dongsaeng-nya.
"Kau tidak akan menyesal jika melakukan seperti kataku, Doyoung-ah."
***
A/N: hmmm bagaimana doyoung ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacet ; DoDam
Fanfiction"tacet" (it) is silent. Treasure tidak mempunyai manajer, sementara Doyoung terus - terusan menerima surat misterius. "If you can feel it too, would you love?"