decem

708 150 18
                                    

"Doyoung-ah, kau menitip sesuatu pada Yedam?" tanya Hyunsuk yang menghentikan langkah Yedam untuk keluar dari ruang latihan. Sebagai manajer, sudah tugas Yedam untuk berbelanja jika para member membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan sesi latihan atau makanan mereka.

Doyoung menggeleng dan lanjut mengikat tali sepatunya. Yedam menatapnya kecewa, dipikirnya Doyoung mau dibelikan olehnya walaupun hanya air mineral.

Yedam kemudian melenggang keluar menuju kafe yang ada di kompleks yang sama dengan gedung baru YG. Dia agak menyesal telah meninggalkan sweater-nya di loker karena suhu di Kota Seoul sudah menyentuh minus.

Dirasakannya seseorang menyampirkan sweater berwarna merah di sebelah pundaknya. Yedam menoleh dan membulatkan mata ketika mengenali sosok yang tinggi beberapa senti saja darinya.

Kim Doyoung.

"Kenapa kau menyerahkan ini padaku, Doyoung-ssi?"

Doyoung menghendikkan bahu dan memasukkan kedua telapak tangannya ke saku celana. "Hanya ingin." Kemudian dia berjalan mendahului Yedam yang memelankan langkah karena sedang sibuk memroses jawaban singkat yang diberikan oleh Doyoung.

"Biasku... meminjamkan sweater kesayangannya padaku?" Gumam Yedam pelan dan mengelus sekilas sweater yang cukup tebal itu sebelum memakainya. Dia memperbaiki lengan sweater-nya yang sedikit terlipat dan berlari untuk menyusul langkah lebar milik Doyoung.

Dari sana Yedam tahu kalau sebenarnya Doyoung adalah sosok tsundere yang memiliki wajah tampan dan manis secara bersamaan seperti kelinci. Sangat berbeda dari ekspektasi Yedam terhadap sosok Doyoung yang dikiranya akan benaran hangat dan perhatian.

Yedam akhirnya mampu berjalan di sisi Doyoung yang kelihatan tidak peduli entah dia masih hidup atau sudah hilang dari peradaban. Yedam yang bucin tingkat max tidak dapat memikirkan hal selain sweater biru Doyoung yang melekat pada tubuhnya.

Sementara Doyoung diam - diam melirik ke sisi kanan, dimana ada sosok Yedam yang sudah mengenakan sweater pinjamannya. Sebenarnya itu outer kesayangan Doyoung, jika diberitahu nanti Yedam salah tingkah tidak, ya?

Sudut bibir Doyoung terangkat samar.

Yedam itu manis dan menggemaskan terlepas dari bagaimanapun penampilannya.








"Doyoung-ssi, kau ingin membeli apa? Biar aku pesankan, tunggu saja disini." Yedam berujar saat mereka sudah sampai di tempat duduk paling ujung, berhadapan langsung dengan jendela kaca yang menampilkan riuhnya jalanan Kota Seoul.

Doyoung menatap Yedam sejenak dan melenggang masuk dengan menggenggam pergelangan tangan Yedam yang terhalang oleh sweater. Yedam nyaris tidak bisa menahan diri saat sadar akan hal itu. Mereka sampai di meja pemesanan dan Doyoung dengan santai menyebutkan semua pesanan hyung dan dongsaeng-nya lalu menatap Yedam.

Sementara Yedam masih saja salah tingkah dengan Doyoung yang ternyata masih menggenggam tangannya sepanjang laki - laki itu berbicara dengan perempuan di seberang meja.

"Ak-aku ingin Moccacino Frappe." Cicit Yedam dengan menunduk ke bawah, takut wajahnya yang memerah disorot oleh manik tajam milik Doyoung.

Doyoung mengangguk ke arah perempuan berkuncir kuda tersebut dan kembali menarik Yedam ke tempat duduk pilihan laki - laki yang lebih pendek itu tadinya.

"Sebentar ya, aku ke toilet dulu." Ujar Doyoung dan perlahan melepaskan genggamannya. Dia melenggang ke arah belakang kafe meninggalkan Yedam dengan segala rasa senangnya.

Yedam menatap punggung Doyoung yang perlahan menghilang di balik dinding batu yang memisahkan tempat belakang dengan bagian depan kafe.

Hari ini cukup melelahkan namun menyenangkan sekali.

Tidak memakan waktu lama, sosok tegap Doyoung terlihat berjalan kembali dari arah toilet membuat senyum Yedam mengembang. Beberapa menit saja terasa sangat lama bagi laki - laki mungil nan manis tersebut.

"Maaf membuatmu menunggu lama." Ujar Doyoung seraya mengambil tempat duduk di hadapan Yedam yang menundukkan kepala. "Malam ini cukup dingin."

Yedam mengangguk dan tidak berkata apa - apa, hanya memainkan jemarinya yang terkait di atas meja dengan gerakan linglung. "Kau tidak apa, masih dingin?" Tanya Doyoung lagi kali ini sedikit menundukkan kepala untuk melihat wajah manis Yedam.

"Kau tidak nyaman bersamaku. huh? Bilang yang jujur saja padaku, aku tak akan marah." Ucap Doyoung dengan tatapan intens ke arah pemuda di seberangnya.

Yedam segera mendongak dan menggeleng cepat. Bukan itu maksudnya!

"Aku h-hanya merasa kikuk denganmu, Doyoung-ssi. Kau-terlihat membenciku tempo hari, bahkan tidak sudi berbicara padaku..." Gumamnya sedih. Doyoung menganga, kenapa dia baru sadar sekarang?

Apa dia sejahat itu bagi Yedam?

Tapi yang dia lakukan selama ini 'kan, hanya mencuekinya.

Kenapa juga tadi Doyoung berniat menemaninya membeli minuman untuk para anggota Treasure ke kafe?

Huh, sepertinya Doyoung mulai gila karena tertular virus alami Jihoon dan Junkyu.

Doyoung menghela nafas dan menyisir rambutnya ke belakang. "Aku juga bingung dengan diriku sekarang. Apakah aku membencimu atau justru menyukai keberadaanmu? Ah, aku tidak tahu. Aku tidak ingin percaya dengan mudah lagi dengan orang yang salah, dan hal yang aku takuti sekarang adalah kau yang bisa saja menjadi salah satu orang itu."

Doyoung kembali menatap manik hitam kelam milik Yedam yang selalu berhasil menariknya ke dalam lautan malam. "Tapi sekarang aku ingin mengenalmu dan menjalani hari bersamamu, Yedam-ssi."








***








A/N: senyum - senyum aku pas review chap ini, malah baper sendiri. parah sih😭

Tacet ; DoDamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang