Yedam baru saja sampai di depan gedung tempatnya bekerja, Kantor YG dengan basah kuyup. Sialnya, baju yang dia pilih untuk dipakai pagi ini adalah kemeja putih yang kini sudah basah dan menampakkan tubuhnya. Rasanya seperti Yedam sama saja tidak memakai apapun untuk menutupi badan pucatnya.
Dia segera berlari ke dalam gedung dengan langkah cepat namun berhati - hati. Laki - laki imut tersebut tidak mau terpeleset dan nyungsep di hadapan banyak orang. Huh, memikirkannya saja membuat Yedam sudah merasakan malu terlebih dahulu.
Beberapa staf yang mengenal Yedam sebagai ketua tim instrumen Treasure pun menyapa pemuda tersebut yang dibalas dengan anggukan kikuk. Yedam itu tipe yang pemalu dan susah sekali dekat dengan orang baru dalam waktu cepat.
Yedam memutuskan untuk pergi ke toilet setelah membeli handuk kecil di minimarket yang terletak di lantai dua. Dia sedikit kedinginan karena ruangan yang ber-AC.
Sesampainya di toilet yang terletak di ujung lorong, Yedam segera menutup dan mengunci pintunya. Dia menghadap cermin yang memantulkan bayangan sosoknya yang terlihat menyedihkan. Ya, sosok laki - laki yang surainya lepek dengan pakaian yang basah seluruhnya, itulah Yedam.
Mata Yedam berkaca - kaca, entah mengapa merasa kepercayaan dirinya menurun begitu saja. Apa ia seburuk itu di mata orang - orang? Apa Yedam tidak bisa menjadi panutan, meski untuk satu orang saja?
Yedam menghela nafas dan memutuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memasuki salah satu dari tiga bilik yang tersedia. Pikirannya melayang bebas hingga tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dari belakang.
"Kau?" Panggil suara tidak asing yang membuat Yedam membeku, tidak bisa menjawab. Kepalanya perlahan mendongak untuk menatap sosok yang dikenalnya, sedang berdiri di depan bilik yang tadinya tertutup dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Yedam membuka mulut, namun dikatupnya lagi. Sejujurnya dia terlalu syok sehingga tidak tahu harus menjawab apa.
Mungkin Yedam bermuka tebal saja kali, ya?
Tapi itu bukan gaya Yedam sekali, sih.
Yedam gelagapan saat melihat laki - laki yang mengenakan hoodie putih itu, melangkah ke depan. Berdiri di sampingnya dengan mata yang tidak terlepas dari sosok Yedam sedetikpun.
Oh, tidak.
Matilah Yedam disini, sekarang juga.
Yedam segera mengalihkan pandangan ketika sudah berhasil mengendalikan dirinya. Disisinya kini berdiri sosok Doyoung, dengan hoodie putih dan celana training putih. Yedam akui meskipun memiliki selera fashion yang dapat terbilang aneh, tetap saja Doyoung terlihat sangat tampan dan berhasil membuat hatinya klepek - klepek macam anak SMA.
Ah, kenapa Yedam jadi lebay begini sih!
"Yedam, kau tidak mengganti pakaian?" Tanya Doyoung dengan tatapan yang kini beralih pada kemeja dan celana Yedam. Laki - laki manis itu meringis kecil, malu sekaligus kaget karena Doyoung benar - benar memanggil namanya kali ini.
Katakanlah bahwa Yedam bermimpi dan dia tidak mau terbangun sampai kapanpun.
Yedam menggaruk pipinya, bingung mencari jawaban yang tepat. "Yah, kau lihat aku... tidak membawa pakaian cadangan, jadi yasudah aku pakai handuk saja untuk mengeringkan tubuh." Ucap Yedam dengan ragu. Doyoung mengangkat sedikit ujung bibirnya ketika mendengar jawaban yang dilontarkan oleh laki - laki pemalu tersebut.
Doyoung tiba - tiba mundur dan membuka hoodie putihnya. Membuat kaos dalam tanpa lengan yang dikenakannya terlihat, begitu juga dengan otot laki - laki itu yang lumayan terbentuk.
Yedam diam - diam menahan napas tanpa sadar, tangannya bergerak untuk menutupi mulutnya yang sedikit terbuka karena melihat proporsi tubuh Doyoung.
Yaampun, dia bisa gila!
Kekehan kecil lolos dari bibir tipis Doyoung. Tidak disangka respon Yedam akan seterkejut itu.
Doyoung jadi ingin menggoda Yedam, sedikit.
Kembali dia berjalan mendekati Yedam. Kali ini benar - benar mepet hingga tepat berada di hadapan laki - laki yang lebih pendek darinya itu.
Yedam kembali menahan napas dan merutuk dalam hati karena yang dibelakangnya sekarang hanyalah dinding wastafel.
Dia terjepit.
Diantara Doyoung dan wastafel. Sungguh konyol sekali kau, Yedam!
Doyoung memajukan kepalanya hingga jarak wajah mereka semakin terkikis. Yedam pun spontan memejamkan mata erat - erat. Dia takut dengan Doyoung yang sangat menempelinya.
Bagaimana jika Yedam tewas karena jantungnya melompat dari tenggorokan?! Tidak etis sekali kan.
Bukannya sentuhan bibir yang Yedam rasakan, melainkan tiupan pada hidungnya. Yedam reflek memundurkan kepalanya namun sebuah tangan menekan tengkuk Yedam. Dirasakannya sentuhan pada hidungnya kemudian iapun membuka matanya dengan perlahan.
Mendapati Doyoung yang sedang menatapnya dengan mata yang biasanya tajam itu, sekarang melembut. Yedam merasa semakin dekat dengan ambang kematian. Oh Tuhan, apakah setelah ini Yedam akan meninggoy dengan uwu?!
Senyum Doyoung pun mengembang melihat tingkah Yedam yang malu - malu. Dia gemas sekali dengan Yedam ini, bagaimana bisa ada laki - laki semanis dirinya?
Ah, Doyoung tidak tahu lagi.
Yedam sekali lagi pada hari ini, dibuat terpana oleh lengkungan manis yang terbit di wajah Doyoung. Senyum pemuda tampan itu begitu manis hingga membuat Yedam susah bernapas lagi dan lagi.
"YEDAM HYUNGGGG KAU PASTI BERADA DI DALAM SANA, KAN?!" Teriakan bass Haruto mengejutkan kedua insan itu hingga siku Yedam tanpa sengaja terpentok dinding wastafel.
Laki - laki manis itu menjerit karena terkaget sekaligus kesakitan yang disadari oleh Doyoung.
Oh, tidak. Haruto tidak boleh melihat keadaan Yedam yang seperti ini.
Dengan segera pemuda bersurai merah tersebut memakaikan hoodie kebesarannya kepada Yedam yang bertubuh mungil. Doyoung tersenyum miring melihat sosok dihadapannya, dengan begitu saja Yedam sudah memukau dan menggemaskan.
Sementara Yedam, kembali terpaku di tempat berusaha untuk menelan semua yang dilakukan oleh Doyoung terhadapnya. Dia kaget, namun tidak bisa dipungkiri senang sekali.
Yedam akhirnya bisa membuat senyum Doyoung terbit karena dirinya.
Yedam-lah alasan dibalik munculnya senyum lembut itu. Dan ia menyukai fakta tersebut.
***
A/N: hayoloh chapter uwu haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacet ; DoDam
Fanfiction"tacet" (it) is silent. Treasure tidak mempunyai manajer, sementara Doyoung terus - terusan menerima surat misterius. "If you can feel it too, would you love?"