trēdecim

535 123 14
                                    

Yedam memasuki ruang latihan dengan langkah pelan. Dia baru saja keluar dari toilet setelah mencuci muka dan tangannya. Potongan kejadian beberapa saat lalu terputar bebas di dalam benaknya.

Sejujurnya Yedam sangat malu. Apalagi dengan pakaian yang seperti ini, bisa - bisa nanti para kru mengiranya gembel di perempatan.

Sekarang Yedam sudah mengenakan hoodie putih milik Doyoung tanpa dalaman apapun. Hanya hoodie yang melindungi tubuh mungilnya sehingga rasanya sedikit aneh.

Tapi Yedam tidak mengeluh. Dia senang bisa menghirup bau khas Doyoung walaupun untuk sesaat saja.

"Yedam hyung, kau tidak apa apa?" Tanya Haruto yang melihat Yedam memasuki ruangan terlebih dahulu. Laki - laki jangkung itu segera menghampiri Yedam dan memegang kedua bahunya.

Yedam menggeleng kecil dan terkekeh. "Aku baik - baik saja, Haruto. Sudah, sana kembali latihan." Ucap Yedam yang diiyakan oleh yang lebih muda dan rambutnya diacak sekilas. "Katakan padaku kalau kau butuh sesuatu, mengerti?" Haruto mengacungkan jempol dan kembali ke tengah ruangan untuk bergabung bersama anggota yang lainnya.

"Yedam-ssi, kau baik - baik saja?" Tanya salah satu pelatih menari, Mentor Kim. Yedam tersentak dan segera mengangguk, tidak lupa dengan senyuman manis yang selalu mengembang diwajahnya.

"Dilihat - lihat kau ini manis sekali, ya." Ujarnya lagi dengan pandangan menilai. Yedam mengerutkan kening namun senyumnya masih belum luntur. "Apa kau memiliki masalah dengan wajahku, Mentor Kim?" Tanya Yedam dengan sedikit tajam.

Huh, dia tau dirinya imut namun tidak boleh semena mena juga terhadapnya.

Mentor Kim segera menggeleng dan mengoreksi perkataannya. "Maksudku, kau manis jadi kemungkinan besar sudah punya kekasih, haha."

Yedam segera menunduk dengan pipinya yang merona padam. Laki - laki tersebut menggeleng, "Tidak, Mentor! Aku belum memiliki... kekasih."

Mentor Kim tertawa melihat tingkah Yedam yang malu - malu dan mengacak rambutnya gemas. "Kau belum pernah menjalin hubungan?"

Tepat sasaran. Yedam ingin sekali menghilang karena Mentor Kim ini sudah seperti cenayang profesional saja.

"Mentor Kim!"

Tawa sang mentor kembali pecah ketika melihat wajah Yedam yang benar - benar sudah memerah sepenuhnya. Dia meminta maaf. Didekatkan bibirnya pada telinga Yedam.

"Yah, lihatlah disekitarmu. Kau tahu bukan, ada banyak orang yang mengagumi dan menyukaimu. Seperti... Doy-"

"MENTOR KIM!!!" Seru Doyoung dengan nyaring dan menghampiri keduanya dengan wajah tegang. Yedam mendongak dan menatap wajah Doyoung, yang sayangnya tidak bisa diartikan olehnya.

"Mungkin kau bisa ke sana. Junghwan dan Hyunsuk membutuhkan bantuanmu, hehe." Ucap Doyoung dengan tunjukan dagu ke arah Hyunsuk dan Junghwan yang sedang sibuk berlatih.

Mentor Kim tertawa kecil dan mengangguk, mencoba untuk menurut saja karena dia tahu pemuda itu hanya mencoba untuk mengusirnya.

"Semangat, kiddo." Bisik Mentor Kim di telinga Doyoung dan berjalan melaluinya dengan langkah santai. Doyoung lalu mengambil posisi duduk di sisi Yedam.

Yedam sedikit menggeser diri untuk memberi celah bagi Doyoung namun tangan pemuda itu menahannya. Dia menarik Yedam mendekat hingga hanya sedikit tersisa jarak di antara mereka. "D-Doyoung-ssi..." Gumam Yedam dengan wajah yang masih memerah.

Ah, Yedam bisa gila!

"Doyoung, kau juga menyukai manajer kita, huh?" Ledek Jihoon dengan wajah menyebalkan yang membuat Doyoung ingin sekali meninju hyung-nya yang satu itu.

Namun tertahan karena tangan Yedam yang -entah sadar atau tidak- melingkar di lengannya sedari beberapa saat lalu. Sementara Yedam sedang sibuk menertawai Junghwan dan Hyunsuk yang dimarahi oleh Mentor Kim.

"Hahaha, Doyoung-ssi lihatlah mereka. Dimarahi tapi masih saja membuat kesalahan dengan sengaja!" Yedam menunjuk sepasang manusia yang dijuluki sebagai leader dan maknae itu dengan tawa.

Doyoung sibuk memerhatikan Yedam yang terlihat sangat gembira dan cerah hari ini. Mulai dari matanya yang menyipit, hidung yang mancung, dan bibir yang melengkung ke atas, dan suara tawa merdu yang keluar dari bibirnya. Membuat Doyoung tanpa sadar terjerat candu.

Candu pada semua hal yang ada pada diri seorang Bang Yedam.

Yedam yang masih tidak sadar semakin melingkarkan kedua lengannya pada milik Doyoung. Dia merasa nyaman, hangat, dan terlindungi. Entahlah, meskipun Doyoung bukanlah orang yang dikenal Yedam sudah dalam waktu lama.

Yedam juga tidak mengerti, mengapa dia merasa seperti itu.

Manik coklat tua Doyoung tidak dapat lepas dari sosok disampingnya. Mengapa dia begitu mengagumi Yedam? Bukankah saat pertamakali Yedam menginjakkan kaki sebagai manajer Treasure, dia sempat tidak suka, atau bahkan membenci fakta itu?

Yang jelas, Doyoung merasa... bahagia ketika ada Yedam.

"Apa hoodie-ku terlalu kebesaran untuk kau pakai?" Tanya Doyoung tiba - tiba. Yedam menoleh dan memandang wajah Doyoung yang berada cukup dekat dengannya.

Benaknya tiba - tiba kembali memutar momen di kamar mandi saat it-

Tidak! Yedam ingin menghilang lagi rasanya.

Doyoung yang melihat Yedam sibuk menggeleng - gelengkan kepala lucu tertawa pelan. "Kau menggemaskan sekali, sih." Ucap Doyoung sambil mencubit kecil pipi Yedam yang sedikit tembam.

"Omong - omong, meskipun hoodie itu milikku tapi anehnya cocok untukmu. Kau terlihat jauh lebih manis saat memakainya."

Yedam sempat terdiam, tidak percaya dengan perilaku Doyoung yang kian melembut padanya. Apa ini rasanya dekat dengan bias kita? Huh, Yedam senang sekali astaga.

Yedam tersenyum ketika melihat wajah Doyoung yang beraut datar, memerhatikannya. "Kenapa kau- menatapku terus, Doyoung-ssi?"

Doyoung menyunggingkan senyum tipis, "Aku tidak ingin kau tersenyum dan tertawa sesering itu, Yedam-ssi."

Yedam mengangkat alisnya, lalu berekspresi murung. "Kenapa? Apa aku terlihat buruk saat melakukannya?"

Doyoung menggeleng pelan seraya semakin mengikis jarak di antara mereka, "Aku tidak ingin, oranglain melihat fenomena manis itu terlalu sering. Cukup biarkan aku saja yang melihatnya."





***





A/N: meninggoy dengan estetik

Oke balik lagi akuh, tapi cuma buat apdey ini haha. Karna aku ada kerjaan long-term translate Korean Novel, jadi beberapa bulan ini life is rough, bruh. I'm sorry.

Tacet ; DoDamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang