Selamat membaca kisah dua saudara yang tidak pernah akur, jangan lupa tinggalkan jejak.
***
“Astaga!“ ujar wanita di depan Aisy.
Langkah Aisy terhenti dan menatap ke arah depannya, ternyata ia hampir saja menabrak Salma, untung saja kopi yang ia bawa tidak tumpah jadi masih aman meskipun tatapan Salma kini bagaikan singa yang mencari mangsa.
“Maaf, Kak. Hampir saja menabrakmu,” ujar Aisy mengundurkan sedikit langkahnya.
“Kamu ini, selalu saja mencari masalah denganku.” Salma menghentakkan kakinya kesal, “Tunggu, itu kopi untuk siapa?” sambungnya.
Aisy menelan ludahnya susah payah, ia tidak bisa menjawab sebab ia takut akan membuat masalah baru yang lebih rumit dari sebelumnya.
“Aku curiga—“
“Dokter baru itu yang memintaku untuk membuatkan kopi, Kak,” Susah payah Aisy meyakinkan Salma, ia benar-benar takut Salma marah besar kali ini.
“Kamu menggodanya?” tanya Salma, matanya menyorot tajam ke arah Aisy.
“Tidak, Kak. Bahkan aku tidak tahu siapa nama dokter itu,”
“Bohong.” Salma menatap tajam Aisy dan merebut nampan yang dibawa oleh adiknya, “Sini biar aku saja. Ingat janji kamu kemarin,” sambungnya.
Aisy mengangguk sesaat, ia benar-benar takut melihat wajah Salma yang memerah padam terlebih pasti masalah dengan dokter baru akan semakin berkepanjangan. Namun, tidak masalah untuk Aisy, setidaknya ia masih bisa membahagiakan kakak sepupunya.
Langkah yang harus Aisy lewati saat ini hanya bisa bersabar, semoga Salma, kakak sepupunya bisa kembali seperti dulu lagi.
***
Fariz dan Ari saling bertukar cerita, kebetulan Ari juga perawat baru yang ditugaskan di Desa Suka Maju, sama dengan Fariz yang hanya terpaut hitungan hari saja. Jujur saja, Fariz bukan laki-laki yang manja. Ia terbiasa hidup mandiri, maka dari itu ia memilih mengontrak rumah yang berada di dekat klinik agar dalam situasi apapun ia bisa sewaktu-waktu dipanggil, jika dalam keadaan darurat dan sedang libur tidak berjaga.
Fariz juga menanyakan perihal dua bidan dan perawat serta staf yang membantu bekerja di klinik desa ini. Ia juga butuh tahu tentang klinik dan seisinya, tidak mungkin ia sembarangan dalam bekerja dan tidak mengenal satu sama lainnya, meskipun ia lebih nyaman sendiri.
“Jadi, kedua bidan itu saudara?” tanya Fariz saat Ari selesai menjelaskan tentang hubungan antara Salma dan Aisy.
“Iya, Dok. Saudara sepupu, tapi mereka tidak pernah akur.”
“Sepertinya memang kebanyakan saudara begitu, Ar. Mereka akan sadar disaat salah satunya sudah pergi.”
Ari mengangguk, “Iya benar, Dok.”
***
Salma membenarkan jilbabnya saat mendekati di depan ruang dokter Fariz, meskipun sulit karena ia membawa nampan berisi kopi yang ia ambil dari tangan Aisy, tapi setidaknya ia akan masuk dalam keadaan rapi dan baik.
“Permisi.” Salma mengetuk pintu ruangan yang terbuka karena kuang praktik akan ditutup jika ada pasien saja.
“Silakan,”
Salma masuk dengan senyum yang mengembang, berbeda dengan Fariz dan Ari yang hanya terlihat biasa saja.
“Ini kopinya, Dok.” Salma meletakkan nampan berisi kopi pada meja kerja dokter Fariz.
“Di mana gadis itu? Kenapa jadi kamu?” tanya Fariz heran saat menemukan Salma bukan gadis yang ia suruh tadi.
“Aisy menolak membawa kemari, Dok. Dia bilang tidak mau beremu dengan dokter yang menyebalkan dan dia meminta saya untuk membuat kopi pesanan Dokter,” ujar Salma berkata seolah memang Aisy membenci dokter Fariz.
Ia sengaja mengadu domba Aisy supaya ia bisa leluasa dekat dengan dokter Fariz, untuk kali ini Salma tidak akan membiarkan Aisy dekat dengan dokter Fariz.
“Dasar tidak punya sopan santun—ya sudah kamu boleh keluar dari ruangan saya,” ujar dokter Fariz mempersilakan Salma keluar ruangannya.
Salma yang semula tersenyum cerah pun seketika memberengut ketika mendengar suara dokter Fariz menyuruhnya keluar, dengan langkah berat Salma keluar. Tidak biasanya ada laki-laki yang mengusirnya, dokter Fariz benar-benar aneh.
***
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisterlillah
ChickLitMencintai pria yang sama? Tidak pernah terlintas dipikiran sepasang saudara sepupu, cara mereka mencintaipun berbeda. Akankah mereka bisa tetap bersama meskipun mencintai pria yang sama? Dan akankah mereka bisa saling ikhlas jika nantinya hanya sala...