Siang ini Sukirman datang ke klinik, mengabarkan jika akan kedatangan dokter intersip dari kota yang akan membantu pekerjaan Aisy dan Salma. Rencana klinik akan buka 24 jam dan tentu harus ada dokter atau petugas yang jaga. Tidak mungkin kedua bidan itu harus lembur karena menjaga klinik.
“Tenang, kalian tidak hanya berdua. Rencana saya tetap akan menambahkan perawat lagi,” ujar Sukirman menenangkan kekhawatiran Aisy yang kurang setuju dengan rencananya.
“Jadi kita tidak akan berdua kan, Pak?”
“Tentu tidak. Kemungkinan klinik akan diperluas dan sistemnya seperti rumah sakit. Akan ada penambahan ruang inap dan kantin, jadi akan lebih ramai. Mengingat akses desa ke kota sangat jauh dan masih rawan begal, jadi pemerintah kota menyetujui jika klinik diperbaiki.”
Aisy mengangguk senang, “Alhamdulillah. Banyak kemajuan ya, Pak.”
“Iya, Bu.“
**
Kabar akan kedatangan dokter baru di klinik sudah terdengar Salma, ia diberitahu oleh Sisil lewat telepon. Salma senang karena menurut penjelasan Sisil dokter intersip yang akan datang masih muda dan tampan. Entah mengapa mendengar kata tampan ia langsung bersemangat dan siap menerima pekerjaan apapun sekalipun ia harus lembur.
Salma mempercepat langkahnya agar segera sampai di klinik. Ia ingin bertanya pada Aisy tentang kabar burung yang bisa saja tidak benar adanya kalau tidak mendengar penjelasan langsung dari Sukirman ataupun Aisy yang katanya diberitahu langsung oleh Sukirman.
Salma baru saja sampai di ruangan Aisy, ia melihat Aisy tersenyum manis padanya, “Aku tidak mau basa-basi, cepat ceritakan apa benar akan ada dokter intersip?” Salma melipat tangannya angkuh, bahkan ia sama sekali tidak menatap wajah Aisy.
Aisy menghela napasnya dalam lalu tersenyum sebelum menjawab, “Iya benar, Kak. Kata Pak Sukirman begitu, beliau bilang kalau akan membuka klinik selama 24 jam. Jadi, kita dibagi menjadi dua atau tiga shift, Kak.”
“Kamu jangan caper ya sama dokternya, awas aja kalau dokter itu suka sama kamu.” Salma mengancam dengan menunjuk muka Aisy.
“Astagfirullah, Kak. Kenapa bisa berpikiran begitu? Aku enggak pernah caper sama siapapun, Kak,” ujar Aisy membela dirinya.
Ia tidak pernah berpikir untuk cari perhatian atau diperhatikan orang di sekitarnya. Ia hanya butuh menjadi orang yang lebih baik dan selalu membuat nyaman lingkungannya.
“Tapi semua orang selalu menyukaimu, apa itu jika tidak caper?” tanya Salma sinis.
“Aku tidak tahu, Kak.”
“Bilang saja, kamu memang suka cari perhatian. Kamu kan gitu orangnya, orang yang tidak kamu kenal saja disapa.”
Aisy menggeleng-gelengkan kepala, “Menyapa kan bagian dari kesopanan, Kak. Lagipula hanya senyum kan tidak mahal dan tidak bayar, lalu apa itu digolongkan cari perhatian? Aisy rasa bahasa Kak Salma terlalu berlebihan.”
Salma mendengus kesal, “Jadi kamu nyalahin aku?”
“Tidak, Kak. Tidak ada maksud aku nyalahin Kakak,” kilah Aisy berusaha tidak membuat Salma emosi.
“Terserah kamu. Intinya, kamu tidak boleh cari perhatian ke dokter yang nanti datang kemari.” Salma bangkit dan pergi meninggalkan Aisy tanpa permisi.
Lagi-lagi Aisy membuat Salma kesal dan marah, kalau seperti ini terus bagaimana dia akan kembali berhubungan baik dengan Salma?
**
Aisy menelusuri ruang inap pasien yang akan melahirkan. Ada sekitar dua ibu yang sedang dalam proses kontraksi. Ada rasa kasihan dari dalam diri Aisy melihat perjuangan ibu yang sedang menghadapi proses persalinan. Tidak jarang mereka kehabisan energi sebelum menjalani persalinan, terlebih lamanya kontraksi sangat berpengaruh pada kondisi ibu.
Dulu pertama kali Aisy praktik langsung menangani pasien yang akan melahirkan ia menangis karena melihat peluh yang bercucuran dan wajah pucat calon ibu yang kebetulan baru pertama kali melahirkan. Dua hari satu malam, Aisy menunggu proses persalinan ibu tersebut hingga akhirnya pihak klinik tidak mampu dan memberi surat rujukan untuk si ibu agar bisa melahirkan di rumah sakit yang alatnya lebih memadai. Dari itu, Aisy memutuskan untuk menjadi seorang bidan yang bertanggung jawab atas tugas yang harus ia kerjakan. Tugas kemanusiaan yang tidak setiap orang mau, kenapa begitu?
Tidak setiap orang mau menjadi bidan atau tenaga kesehatan apalagi berhubungan dengan darah dan nyawa. Banyak resiko dan berat di bagian bertanggung jawab.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisterlillah
ChickLitMencintai pria yang sama? Tidak pernah terlintas dipikiran sepasang saudara sepupu, cara mereka mencintaipun berbeda. Akankah mereka bisa tetap bersama meskipun mencintai pria yang sama? Dan akankah mereka bisa saling ikhlas jika nantinya hanya sala...