Pak Sukirman selaku kepala Desa Suka Maju sudah mengumpulkan perawat, bidan dan pegawai klinik yang lain untuk menunggu kedatangan dokter baru. Sengaja agar mereka dapat mengetahui dan mengenal dokter yang ditugskan untuk membantu di klinik desa agar lebih maju.
"Apa semua sudah berkumpul?" tanya pak Sukirman.
"Belum, Pak. Bu Bidan Aisy, belum kemari," jawab Nina.
"Mungkin Bu Aisy masih membereskan ruangannya." Pak Sukirman menatap satu persatu pegawai klinik, "Tapi kenapa Bu Salma sudah di sini?" sambungnya.
Salma yang merasa terpanggilpun tersenyum, "Iya, Pak. Aisy mengusir saya, katanya takut datanya hilang kalau saya membantunya."
Suasana mendadak riuh ada yang menayangkan sikap Aisy pada Salma ada yang memaki ada pula yang tidak percaya.
"Sudah-sudah, tidak usah diributkan. Kita fokus saja menunggu Dokter Fariz datang," ujar Sukirman melerai.
Salma tersenyum sinis, seolah apa yang baru saja dikatakannya akan merubah pandangan pegawai klinik dan juga pak Sukirman yang dikenal dekat bahkan percaya dengan Aisy.
Salma benci, mengapa semua orang menyukai Aisy. Inilah mengapa Salma berusaha melakukan hal apapun untuk menghancurkan nama Aisy, adik sepupunya. Ia yakin Aisy tidak akan berani melawannya, sejak dulu memang Salma selalu menang melawan Aisy, tapi ia selalu kalah oleh penilaian orang-orang yang selalu memuji Aisy. Namun, untuk kali ini Salma tidak akan kalah begitu saja. Ia sudah lelah dengan sikap orang-orang yang hanya menilainnya dari luar. Mereka tidak tahu saja, di balik senyum manis Aisy, dia adalah gadis yang lemah bahkan selalu menangis. Salma benci sikap Aisy yang pura-pura baik-baik saja padahal selalu ia sakiti.
***
Bruk...
"Aduh!" Aisy mengusap lengan atasnya yang tidak sengaja menabrak seseorang saat ia ingin keluar membeli minuman dingin di kantin klinik.
"Kalau jalan jangan menunduk! Saya permisi," ujar laki-laki yang berjalan berlawanan dengan Aisy.
"Bukannya minta maaf malah marah-marah. Dasar aneh," ujar Aisy kesal.
Langkah laki-laki itu terhenti lalu menatap dingin ke arah Aisy, "Saya dengar. Bukan saya yang salah, harusnya kamu yang minta maaf,"
"Kenapa jadi saya? Sudah jelas kamu yang menabrak saya," kesal Aisy, melawan laki-laki di depannya.
Laki-laki di depan Aisy menatap jam yang melingkar di tangannya, "Sudah, saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni gadis aneh sepertimu, permisi."
Aisy menatap punggung laki-laki gagah dan tinggi yang semakin menjauh pergi darinya. Ia kesal, sebab ada laki-laki yang dingin dan menjengkelkan seperti yang baru saja Aisy temukan. Laki-laki aneh yang mengatakan Aisy aneh.
***
"Maaf saya terlambat," ujar laki-laki yang baru saja sampai pada ruangan yang sengaja disediakan untuk menyambutnya.
"Tidak masalah, Dok. Silakan, mungkin bisa langsung memperkenalkan diri saja." Sukirman bergeser memberikan tempat untuk laki-laki yang dipanggilnya dok tersebut.
"Terima kasih, Pak." Ia mendekat ke arah Sukirman, "Langsung saja, perkenalkan nama saya Akmal Al Fariz, panggil saja Fariz. Saya baru saja menyelesaikan pendidikan kedokteran dan sampai akhirnya saya berada di sini,"
"Terima kasih kembali, Dok. Sudah mau berkenan jauh datang dari kota dan mengabdikan diri di desa ini." Sukirman menjabat tangan Fariz, "Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan Dokter Fariz," sambungnya.
"Baik, Pak."
Fariz diantar Ari menuju ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan Aisy dan Salma. Tidak ada pembicaraan antara mereka berdua, sebab Fariz tipe laki-laki yang serius dan sering dinilai dingin bahkan seperti batu bernyawa. Namun, ia tetap bisa bersikap profesional jika berhadapan dengan pasiennya.
"Hei kamu, kemari!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisterlillah
ChickLitMencintai pria yang sama? Tidak pernah terlintas dipikiran sepasang saudara sepupu, cara mereka mencintaipun berbeda. Akankah mereka bisa tetap bersama meskipun mencintai pria yang sama? Dan akankah mereka bisa saling ikhlas jika nantinya hanya sala...