PF | PART 15

2.4K 124 4
                                    

Chapter 15 || Flashback.

. . .

Flashback

"Selamat Pak, kedua puteri Bapak sudah lahir ke dunia. Kedua puteri dan Isteri Bapak dalam keadaan sehat," Ucap seorang Dokter yang menangani persalinan Adela –Isteri Arvy.

"tapi, ada beberapa hal yang harus saya sampaikan ke Bapak." Lanjut Dokter itu lagi.

"Baik." Jawab Arvy singkat yang kemudian memberikan puteri keduanya, Adrienne ke salah satu suster yang berada di dekatnya.

"Sini, Pak." ucap Suster tersebut kemudian mengambil alih bayi tersebut.

"Mari, Pak" ajak Dokter itu ke Ruangannya untuk berbicara empat mata dengan Arvy. Bagaimana dengan Adela? Adela sudah kembali tertidur karena terlalu capek untuk melahirkan dua anak sekaligus. Sedangkan Adene, dia sudah di bawa terlebih dahulu ke ruang yang lebih intensif.

"Silahkan duduk, Pak." ucap Dokter tersebut mempersilahkan.

"Santai saja lah, Xel." Ucap Arvy yang tidak terbiasa dengan sikap ramah dan kaku Axel. Iya Axel, dokter yang menangani persalinan Adela tadi. Axel adalah sahabat Arvy semasa SMA. Tetapi, pada saat kuliah mereka terpisah. Arvy yang melanjutkan study ke negara kelahirannya, Amerika. Sedangkan Axel tetap di Indonesia.

"Gini, Bro," ucap Axel yang sudah tidak terlalu kaku.

"Anak pertama lu, Adene, jantungnya dia terlalu lemah." Ucap Axel memberi tahu kondisi salah satu puteri sahabatnya itu. Bagai tersambar petir, Arvy tak percaya hal itu dapat terjadi.

"K –kenapa?" tanya Arvy mempertanyakan sebab mengapa puteri nya bisa seperti itu.

"Hal seperti ini sudah biasa terjadi bagi anak yang kembar, salah satu dari mereka bisa di ibaratkan memberi nyawanya kepada sang kembaran akibat sang kembaran itu terlalu lemah. Hal ini juga terjadi dengan Adene dan Adrienne. Adene mengalah, sehingga mengakibatkan jantung dia lemah." Ucap Axel panjang lebar.

"Adene bisa di sembuhkan asal saja ada pendonor jantung yang sesuaai dengan Adene. Adene masih bisa hidup seperti manusia pada umumnya. Tapi tolong, jangan biarkan dia terlalu kecapean." Jelas Axel kembali.

"Sedangkan Adrienne sendiri, dia benar – benar sehat. Tidak terjadi apa – apa dalam dirinya. Btw Vy, gua mohon jangan terlalu kasarin Adrienne juga ya. Jangan gara – gara Adene ngalah, lu sama Adela jadi beda – bedain Adrienne." Kata Axel lagi.

"Ga bakal gua kayak gitu, Xel. Btw, terima kasih ya, Xel. Sekarang gua boleh lihat Adene?" ucap Arvy kepada Axel.

"Boleh, tapi dari luar aja ya. Sekali lagi, selamat atas kelahiran puteri kembar lu, Bro!" ucap Axel.

"Makasih, Bro,"

"Gua lihat Adene dulu ya." ucap Arvy pamit kemudian segera menuju ruang rawat intensif VVIP.

"Daddy gak akan biarin kamu pergi, Sayang. Daddy akan cari pendonor jantung untuk kamu, Sayang. Bertahanlah." Ucap Arvy dalam hatinya sambil melihat Adene dari kejauhan.

2 tahun kemudian...

"El, au tain ola?" (El, mau main bola?) tanya Adene kepada sang kembaran yang sedang duduk manis. Sang kembaran, Adrienne hanya mengangguk anggukan kepalanya saja sebagai pertanda bahwa ia menyetujui ajakan Adene.

"El di tana, Alla di tini," (El di sana, Darra di sini) ucap Adene memberi tahu posisi Adrienne dan dirinya.

"Oke" jawab Adrienne mengiyakan sambil mengacungkan jempolnya. Kemudian mereka bermain bola bersama dengan riang.

Possessive FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang