Cuek adalah karakter. Tapi nyuekin itu adalah pilihan.
-Bishoujo-
Berbagai macam makanan telah dihidangkan di meja. Ketiga cowok yang siap menyantap, kontan mengambil alat makan. Lalu melahapnya dengan cepat. Melihat masakannya yanh dimakan oleh mereka, membuat Hanako merasa senang tanpa disadari. Gadis itu hampir saja membalikkan tubuh, akan tetapi sebuah tangan yang menahan lengannya membuat langkah Hanako terhenti. Memutar tubuh dalam keadaan mati kutu. Rupanya, Sin lah pelakunya. Cowok tampan itu menatap Hanako dalam-dalam.
"Kamu harus makan juga. Pasti kamu capek, kan?" tanya Sin.
Hanako mengerjap. Sejak kapan Sin mendadak perhatian dengannya? Ah, ini pasti dalam rangka untuk balas budi. Hanako memahami gerak gerik cowok ini.
Hanako menggeleng pelan. "Hanako, sesekali makan bareng kita. Kamu udah masakin kita, masa kamu nggak ikut makan?" tawar Tan.
Sang lawan bicara menunduk, kemudian menggeleng pelan. Akan tetapi, lengannya yang ditarik paksa oleh Sin membuat Hanako tak bisa mengelak. Gadis itu tadinya meronta, tapi usahanya sia-sia karena Sin berhasil mendaratkan tubuh Hanako ke kursi.
Tan dengan cepat menyajikan makanan demi makanan di atas piring, dihidangkan untuk Hanako. Sejujurya Hanako merasa malu karena diperlakukan seperti itu.
"Selamat makan, Hanako!" Tan melempar senyuman manis ke arahnya. Pemandangam itu membuay Hanako refleks membuang muka. Sial, jika dilihat dari dekat. cowok berkacamata itu sangat manis. Terlebih lagi saat Tan melempar senyuman kepadanya. Ia tak bisa memandang lama, takut merasakan hal yang sama ketika memandang Sin.
Cos yang duduk di samping Tan tampak ikut menarik kedua sudut bibir. "Makasih udah masakin kami."
Mendengar perkataan tulus dari cowok-cowok yang tinggal bersamanya membuat dada Hanako berdesir tak tahu arah. Pertama kalinya, ia disambut manis oleh kaum adam. Biasanya hanya sebuah cacian yang Hanako dapatkan. Tetapi kali ini berbeda. Hanako merasa sangat diistimewakan, meskipun masih dibilanh menggunakan cara yang sederhana.
Akhirnya, makan malam bersama berjalan dengan indah. Semuanya fokus menyantap makanannya masing-masing. Perlahan, Hanako sedikit curi-curi pandang menatap tiga cowok di sekitarnya. Ia cukup tidak menyangka, mengapa dipertemukan dengan mereka? Sungguh, benar-benar di luar dugaan.
"Sin, kamu mau buka jualan apa buat besok?" tanya Cos memecah keheningan.
Sin menjeda proses makannya sejenak. "Kenapa kamu penasaran? Padahal kamu nggak mau join bareng aku, kan?" tanya cowok itu.
Cos menghela napasnya. "Nggak gitu, Sin. Aku sebenarnya nggak mau nolak, cuma–"
"Iya, aku tau. Cinta itu emang lebih dari segalanya. Tapi, usahain kalau mencintai seseorang jangan sampai lupa sama orang yang dari dulu bareng. Susaj senang bareng. Kalau ada apa-apa juga larinya ke siapa? Nggak mungkin ke pacarmu, kan?" potong Sin.
Perkataan cowok itu sukses membuat suasana mendadak hening. Cos dan Tan saling melempar tatapan. Cos mengembuskan napas pelan. "Kamu jangan salah paham, Sin. Aku nggak bermaksud menomorduakan teman, tapi–"
"Halah, udahlah!" Cowok bertubuh tinggi itu bangkit dari kursi. "Nafsu makanku mendadak hilang. Beresin semuanya nanti."
Sin pergi dari ruang makan. Cos dan Tan saling menatal risau. Mereka telah mengecewakan Sin.
Di sisi lain, Hanako yang melihat perdebatan singkat tadi tampak sedikit terkejut. Ternyata, persahabatan dari tiga cowok itu bisa goyah hanya karena kurangnya sebuah solidaritas. Hanako yang melihat ekspresi Cos dan Tan ikut sedih. Apa yang harus ia lakukan kali ini?
Hanako yang sedari tadi terdiam kini berusaha membuka mulut. "Kalian kenapa menolak ajakan Sin?"
Pertanyaan yang terdengar membuat Cos dan Tan kompak menoleh. Tan menghela napas. "Aku besok harus ke perpustakaan, mau meminjam buku yang udah kuincar sejak lama. Dan Cos besok udah ada janjian sama Ayra. Itulah kenapa kami nggak bisa gabung ajakan Sin," jelas cowok berkacamata itu.
Cos mendengkus. "Aku bingung. Aku mau menikmati waktu pameran bareng Ayra. Tapi kenapa Sin nggak bisa ngertiin perasaanku?"
"Coba kalian pikirkan lagi, kalian udah berapa lama tinggal bersama?" tanya Hanako.
"Udah sekitar tujuh tahun kami tinggal di sini bersama." Cos menunduk perlahan. "Dan kami dipertemukan saat kami nggak mengenal satu sama lain."
Hanako menggigit bibir bawahnya sendiri. "Kalau boleh tau, kenapa kalian bisa tinggal bersama dalam keadaan yang nggak kenal satu sama lain?" tanya gadis itu ragu.
Sangat terlihat jelas, raut wajah Cos dan Tan berubah menjadi sendu. Hanako yang menyadari perubahan tersebut kontan merasa sangat bersalah.
"Kami adalah anak yatim piatu yang diadopsi sama bibimu, Hanako," jawab Tan lirih.
Hanako menganga. Saking terkejutnya, ia tak bisa mengeluarkan suara untuk sementara.
"Bibimu ke panti asuhan dan mengambil kami. Dia mengadopsi random anak panti. Dan yanh terpilih adalah aku, Tan, dan Sin," tambah Cos.
Cos tertawa kecil saat mengingat pertemuan mereka bertiga. "Kami dulu benar-benar lugu dan nggak tau apa-apa. Tapi, bibi berhasil menyatukan kami bertiga, menjadi sahabat sekaligus saudara."
"Tan, dulu aku sama dia sering berebut mainan," kata Cos sambil melirik Sang pemilik nama. "Tapi beruntung ada Sin, dia yang sering kupanggil pahlawan pada masanya. Karena dia selalu melerai kami."
"Meskipun dia dari dulu tengil, jahil, nakal, tapi dia selalu ada buat aku dan Cos. Dia selalu melindungi kami berdua," tambah Tan.
Keadaan mendadak sunyi. Hanako kini telah mengerti masa lalu dadi geng Trigonometri. Mereka lucu, tetapi tersapat masa lalu yang menyentuh.
"Sekarang kalian tau, kan, apa peran Sin di hidup kalian selama ini?" tanya Hanako.
Kedua cowok di hadapannya mengangguk secara bersamaan.
"Jadi, kalian sekarang kalian pasti tau kenapa Sin marah kayak tadi?"
Kedua cowok itu diam termenung. Tanpa sadar, perkataan Hanako membuat mereka mengerti tentang perasaan Sin.
Di sela Cos dan Tan tengah berpikir keras, Hanako bangkit dari tempat, lalu melenggang pergi.
"Pikirkan baik-baik, ya."
ʚ˚ɞ
Musik yang mengalun pelan memecah keheningan di dalam mobil. Pagi ini terasa berbeda dari pagi biasanya, tiga cowok yang dulu sering gaduh kini berlomba-lomba menutup mulut mereka masing-masing. Tetap saja tak ada yang mau membuka suara. Mereka masih dalam keadaan canggung karena kejadian semalam.
Hanako merasa kikuk dengan keadaan seperti sekarang. Rasanya benar-benar berbeda. Ia berdeham pelan. Menatap cowok berseragam putih abu-abu di sampingnya yang hanya fokus menyetir sedari tadi.
"Sin." Suara kecil dari Hanako masih terdengar meski samar-samar. Sin hanya membalasnya dengan gumaman pelan.
"Jangan cuekin Cos sama Tan, kasihan mereka," kata gadis itu.
"Cuek adalah karakter. Tapi, nyuekin itu adalah pilihan," timpal Sin tanpa menatap lawan bicara.
Hanako menghela napas panjang. Daripada pusing memikirkan cowok tadi, ia mengeluarkan beberala peralatan untuk pameran pribadi. Tak lain, beberapa macam boneka koleksinya dan poster bertema horor.
"Hei, mau kamu apakan boneka dan gambar-gambar jelek itu?!" sergah Sin yang teralih. Cos dan Tan yang berada di kursi belakang pun ikut mendongak, menatap benda yang Hanako jejer di dalam mobil.
"Mau bikin museum horor, tapi buat pribadi." Gadis itu tersenyum miring, sangat menyeramkan. Sin, Cos, dan Tan yakin sepenuh hati, tidak akan ada murid yang mengunjungi tempat seram buatan Hanako.
Karena tak mau meladeni sosok Hanako yang maniak horor itu, mereka fokus menuju ke sekolah dalam keadaan mulut terbungkam.
-Bishoujo-
Salam hangat, Hana Shimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bishoujo
Teen FictionDihina tentang fisik secara terang-terangan oleh orang yang disukai adalah hal yang menyakitkan. Sama halnya seperti yang Hanako Akemi rasakan. Hanako menutup diri dan membenci soal kecantikan, merangkul sesuatu tidak wajar yang berhubungan dengan h...